#17 bagas dan segala sikap manisnya

11K 1.3K 46
                                    

Ayana tak mengerti kenapa setiap detik kehidupannya berjalan selalu saja ada kejadian memalukan yang terjadi. Dimulai sejak tragedi kirim chat absurd ke kontak WhatsApp Bagas sebab kegabutan Ayana yang ternyata nomor itu masih aktif dan Ayana mendapat balasan yang mengejutkan, ia jadi harus main kucing-kucingan. Enggan bertemu sebab bingung mau taruh muka di mana. Sudah kepalang malu. Takut dibilang cewek aneh atau yang lebih seramnya lagi penguntit, psikopat. Ugh, Ayana berani bersumpah kalau dia bukan jenis gadis yang seperti itu. Ya, walaupun ia memakai nama dan visual Bagas untuk dijadikan imajinasi yang dituangkan ke dalam komiknya. Ayana sangat menghargai Bagas. Saking menghargainya, ia bahkan membiarkan pacar Bagas yang bernama Yura itu hidup tenang walau tak bisa dipungkiri Ayana sering berpikir, bahkan berniat mencekik pacar cowok yang dia suka itu sampai bertemu goblin di alam baka.

"Win, kayaknya gue bolos aja, deh." Ayana merengek. Kebiasaan kalau Wina kebal dengan bujukannya, ia kembali merayu dengan tampang melas. Sebab Ayana tahu kalau sahabatnya itu takkan tega.

Wina mendengus. "Mau sampai kapan lo mau jadi pengecut sih, Na. Kalau Bagas udah tahu, emang kenapa? Kalau Bagas tahu lo suka sama dia juga kenapa?"

Mungkin Wina sudah lelah menghadapi spesies makhluk hidup seperti Ayana. Benar, Ayana memang pengecut. Ia takut Bagas tahu perasaannya. Sehingga ia mati-matian menyembunyikan itu rapat-rapat, seolah hewan sekecil semut saja tak dapat masuk melalui celah-celah. Tapi, rahasia itu seperti bau. Bau busuk, maupun wewangian. Sebagus dan seapik apapun ditutupi, akan tercium juga nantinya.

"Nggak ada yang salah dalam jatuh cinta, Na. Lo nggak bisa milih siapa orang yang akan lo sukai nanti, seberapa besar perasaan suka lo sama orang itu, pun seberapa besar lo nggak bisa kehilangan dia." Wina menaruh telapak tangan kanannya ke bahu Ayana, lalu menepuknya. "Rasa suka itu dipengaruhi naluri."

Ayana melongo. Bingung mencerna kata-kata Wina. Ah, bukan. Ayana lebih bingung dengan jenis jin apa yang sedang merasuki Wina di pagi hari yang cerah tanpa mendung seperti ini?

"Hai, Wina!"

Dengan secepat kilat Wina mengubah ekspresi seriusnya dengan wajah riang sambil melambaikan tangan, "Hai, Bagas!"

Bagas.

Bagas.

Bagas.

Otak Ayana mendadak eror mendengar nama itu disebut.

"Pagi, Ayana."

Dan semakin eror lagi mendengar sapaan yang begitu manis.

Ayana berdehem, "Iya, pagi."

"Bima bareng sama lo, kan?" tanya Wina tiba-tiba. Membuat Ayana seketika berprasangka buruk sebab mencium bau-bau kejahatan.

"Iya tuh, lagi di belakang. Parkir motor."

"Kalau gitu gue duluan ya, mau nyusul. Dah Bagas! Dah Ayana!" seru Wina lalu berlari secepat kilat.

Tuh, kan. Wina benar-benar jahat.

Ayana gelagapan. "Kalau gitu gue juga duluan—"

"Ngapain buru-buru sih, Ayana. Kan masih jam setengah tujuh. Gue ke kelas bareng lo, ya?"

Ini petaka.

"Nggak bisa!"

"Kok nggak bisa?"

"Gue mau ke toilet dulu. Udah, ya? Dahh!"

Ayana langsung berbalik dan mengubah haluan. Ia mempercepat langkah namun Bagas lebih sigap menahan lengannya. Ayana menepis galak, "Apa sih, pegang-pegang?!"

Hello, Bagas! ✔Where stories live. Discover now