#03 lagi-lagi malapetaka

19K 2.1K 70
                                    

"Lo kenapa, Na? Habis kena musibah?" tanya Wina dengan nada khawatir.

Ia kaget. Saat ada yang menggedor pintu apartemennya. Ia kira rampok. Tapi, untungnya bukan. Pas dia buka pintu, yang ia lihat pertama kali adalah wajah Ayana yang sudah memerah padam dengan rambut sedikit acak-acakan.

"Ini anak abis kecemplung di got mana, coba?" batin Wina beberapa saat lalu.

"Iya, gue emang abis kena musibah. Dan musibah ini gara-gara lo!" sahut Ayana bersungut-sungut. Wina susah payah menelan saliva. Heran. Ayana nggak pernah seseram ini selain lagi menstruasi. Jangan-jangan dia lagi kesurupan jin tomang?

"Kenapa gara-gara gue?"

Ayana melangkah mendekat, sementara Wina makin memundurkan tubuhnya. "Lo ngerjain gue, ya?!"

"Ngerjain apa sih, Na? Jangan bikin gue horor, deh!"

Ayana berhenti, kemudian mencebikkan bibir. Ia mewek sambil nangis bohong-bohongan. Maksudnya, tidak keluar air mata. Cuma rengek-rengek doang, kayak anak kecil yang lagi minta permen tapi tidak dikasih.

"Lo bilang nomor WhatsAppnya Bagas nggak aktif."

"Ya, emang nggak aktif. 'Kan udah gue tunjukin tadi buktinya kalo nggak aktif."

"Iya tapi kenapa pas gue chat dibales ama dia, Win?! Huaaaa!"

Wina mengernyit, "Masa, sih?"

"Lihat aja sendiri kalo nggak percaya!" sewot Ayana sambil menyodorkan ponselnya. Ketika ponselnya sudah pindah ke tangan Wina, cecunguk itu malah ketawa-tawa. "Kok ketawa sih, lo?! Jangan-jangan lo sengaja, ya? Lo bohongin gue? Ngaku, lo!"

Wina mengusap dada, "Astaghfirullah, istighfar lo. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan." Bola mata Ayana berputar kesal.

"Tapi kok dia bisa bales chat gueee?!"

"Harusnya bersyukur, dong. Kalo chat lo dibales ama Bagas. Hehe."

"Win, nggak lucu."

"Oke."

Ayana mendecak sambil mengacak-acak rambut. "Terus gue harus gimana?! Kalo gue ketemu Bagas muka gue mau ditaruh mana?!"

"Ditaruh depan, lah. Ngapain ditaruh di pantat."

"Gue sleding juga ya, pantat lo!"

"Bentar, ada chat masuk."

Ayana mengerutkan dahi. Wina terlihat serius dengan ponselnya. Kalau chatnya dari Bima tidak mungkin. Si Mak Lampir yang satu itu kalau dapat chat dari Bima pasti kegirangan sambil kejang-kejang. Tapi, ini tidak. Raut wajahnya tak terbaca. Tapi setelah itu, ia menahan tawa sambil mengulurkan ponselnya ke Ayana.

"Coba lo lihat ini, deh," kata Wina. Ayana melongok.

Wina meringis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wina meringis. Tampang Ayana mendadak pucat pasi. Ia tak tahu harus berekspresi bagaimana lagi. "Lo oke 'kan, Na?" tanya Wina takut-takut.

"Gue udah nggak punya muka lagi buat ketemu Bagas, Win." Ayana sudah pasrah. Tawakkal.

"Emang Bagas kenal sama lo, Na?"

Pertanyaan cukup singkat yang terdengar lumayan menyakitkan.

Eh, tapi iya juga, sih.

"Gue nggak tahu." Ayana mendesah. "Gue udah beberapa kali ketemu Bagas. Dan pas gue ketemu sama dia lagi, nggak ada reaksi yang menyatakan kalo dia inget sama gue." Ayana mendadak sedih, "Si Bagas pikunan apa gimana sih, Win?"

Wina merotasikan bola mata. "Gitu aja dipikirin. Yang penting dia nggak kenal lo, kan? Yaudah kelar masalah."

"Eh, tapi kan gue nyebutin nama gue, Win!" Wina tersentak, Ayana mengguncang bahunya. "Kalo dia nyari yang namanya Ayana gimana? Di sekolah kita yang namanya Ayana 'kan cuma gue!"

"Ralat, angkatan kita." Wina mengangkat tangan, mengusir tangan Ayana dari bahunya. "Siapa tahu ada adek kelas kita atau kakak kelas kita yang namanya Ayana juga, kan?"

"Ya, tapi Win—"

"Udah deh, Na! Gue mau tidur! Lagian goblok, sih. Ngapain pakai acara sebut nama segala, coba?"

Ayana mencebik, "Ya 'kan karena lo bilang nomornya nggak aktif! Makanya gue chat!"

"Yaudah, pajak ditanggung pemenang!"

Wina menutup pintu, tapi Ayana menahannya.

"Apalagi, sih?!" tanya Wina sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Gue punya ide!"

"Ide apaan?"

Ayana tersenyum miring sambil berbisik, "Lo masih ada, kan?"

Wina mengernyit bingung, "Ada apa?"

"Kontak dukun."

"Hah?"

"Waktu itu lo bilang kalo ada kontak dukun. Sini kasih ke gue. Gue mau jampi-jampi si Bagas biar lupa ama chat gue."

Botol mana botol? Ini anak memang benar-benar kerasukan jin tomang deh, kayaknya.

"Otak lo banyak setannya, tuh. Bawa ke Pak Kyai, sono!"

"Win, gue serius!"

"Yang gue punya itu kontaknya dukun beranak, Bambang! Lu mau brojol emang?"

[]

Hello, Bagas! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang