6 - What I Feel (2)

Start from the beginning
                                    

Ruwi duduk termangu. Susah payah ia menelan salivanya saat tenggorokannya terasa kering. Otaknya mulai berpikiran yang tidak-tidak tentang secret admirer-nya.

"Serius amat nonton beritanya." Singgung Mila yang baru keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju dapur yang terletak di belakang ruang TV. Lalu, mengambil tempat duduk di samping Ruwi sambil memegang segelas air putih di tangannya.

"Ada berita apa?" Tanyanya.

"Gawat, benar-benar gawat. Gue harus gimana, Mil?" Ruwi bergerak gelisah.

"Gawat kenapa? Ada ramalan gunung meletus?"

"Gimana kalo dia punya pemikiran yang sama kayak di berita?"

"Dia siapa? Pemikiran? Berita? Apa sih? Kalo cerita yang jelas dong!"

"Gue harus gimana?" Ruwi mulai meringkuk menangis. Menambah kebingungan Mila.

👣👣👣

"What?!" teriak Risti hingga orang-orang yang masih ada di kelas menengok sekilas ke arahnya.

"Woi, kalo mau teriak di lapangan sana! Ganggu aja," tegur salah satu mahasiswa yang duduk dibaris paling belakang dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Sorry Zaid." Risti mengucapkannya dengan setengah hati.

"Dasar preman! Untung cakep jadi gue gak tega tampol muka gantengnya," komennya sengaja diucapkan agak keras.

"Gue bisa denger omongan lo, ya." Ucap cowok itu dengan nada tak bersahabat.

Risti berbalik. "Ups, sorry...." Ia meringis sedikit takut.

Cowok yang barusan disinggung itu mendadak bangkit dengan wajah kesal. Ia berjalan dengan tatapan dingin yang menusuk mata. Nyali Risti menjadi ciut saking takutnya. Tapi, ia langsung bernapas lega saat tahu cowok itu hanya melewatinya dan malah berjalan keluar kelas.

Risti mendesis pelan. "Kenapa dia makin ganteng kalo lagi kesal? Bikin gue pengen nge-bucin dia aja," gumamnya. Ruwi hanya tersenyum menanggapi.

Risti kembali menatap Ruwi untuk membahas topik yang sempat terpotong. "Ok, back to the topic. Jadi, semalam ada yang ngasih buket bunga?"

Ruwi mengangguk. "Menurut gue itu dari secret admirer."

"Udah pasti orang itu. Begitu besarnya cinta dia sama lo sampai bela-belain datang ke tempat kerja lo buat ngasih buket. So sweet~" Risti justru memberikan tanggapan yang positif.

Ruwi memejamkan mata sejenak. Itu bukan reaksi yang ia harapkan. Sepertinya ia salah karena curhat pada orang seperti Risti.

"Terserahlah, nganggepnya so sweet atau apa. Tapi gue gak bisa se-santuy lo." Ruwi menghela napas.

"Gue udah blokir nomor teleponnya, tapi orang itu tetap gak menyerah, Ris. Semalam gue merasa ada orang yang mengikuti gue dari belakang. Gue yakin orang itu pelakunya," lanjut Ruwi dengan wajah serius.

"Berarti orang itu gak bisa dianggap secret admirer lagi. Levelnya bertambah menjadi stalker."

Wajah Ruwi bertambah cemas. "Sta-stalker? Gue harus lapor polisi." Ia tergesa-gesa mengetik sesuatu di layar ponselnya.

"Stop!" Risti menahan tangan Ruwi. "Emang apa yang dia lakuin sampai lo laporin dia ke polisi?"

"Jelas-jelas dia menguntit gue!"

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now