런쥔 9

9.7K 1.1K 59
                                    

Rayna dibantu supirnya untuk membopong Renjun menuju kamarnya, beruntung kamar Renjun dekat, jadi lebih cepat. Tubuh kurus itu menggigil hebat, giginya bergemelatuk kasar tak berhenti. Bibir Renjun hampir membiru sempurna.

Rayna segera mengambil selimut, dan melepas coat yang ia pakai untuk menambah kehangatan. Namun, genggaman Renjun di baju Rayna tak ingin terlepas, Rayna peka jika Renjun butuh dirinya. Gadis itu juga menyamankan tubuhnya di samping Renjun, memeluknya erat. Begitupun Renjun yang berusaha mencari kehangatan, ia erat memeluk pinggang Rayna.

"Ssst.....aku disini...." Rayna mengelus surai indah Renjun.

"Di--dingin...."

"Na...."

Rayna meneteskan air matanya, baru kali ini ia melihat sendiri bagaimana parahnya keadaan seseorang. Renjun itu sesungguhnya sangat rapuh, namun tidak ada yang tau soal unsur rapuh dalam diri Hwang Renjun.

"Bu-bunuh....aku, Yah...." racau Renjun.

"Bu-bunuh...."

"Sakit...."

"Bun--nuh....aku"

"Tidak....tidak, tidak ada yang ingin membunuhmu, Renjun....aku disini....Oppa...." lirih Rayna terus mengeratkan pelukannya, berusaha menghentikan racauan Renjun yang terus terdengar samar dan menyakitkan.

Hingga pada akhirnya, Renjun berhenti menggigil, giginya berhenti bergemelatuk, matanya mulai terpejam tenang, nafas dan detak jantung lelaki itu juga mulai terasa teratur secara bertahap. Rayna tersenyum disela tangis lirihnya, beruntung akhirnya Renjun bisa tenang, meski untuk sementara.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

"Kamu dimana?! Kok lama banget nganterin Renjun-nya?"

"Maaf, Eomma. Ini aku udah jalan pulang kok. Tunggu sebentar lagi aku sampai"

"Yaudah, hati-hati"

Air mata Rayna menetes untuk kesekian kalinya, mati-matian ia menahannya tadi. Tapi pada akhirnya, ia tetap harus meninggalkan Renjun, untuk istirahat sebentar. Rayna belum menjadi milik Renjun, jadi ia tidak harus untuk menemani Renjun setiap saat.

"Maafin aku Renjun....."















































Renjun terbangun dari tidurnya, seperti biasa, kepalanya pening tak karuan. Meskipun biasa, namun rasanya tetaplah sakit. Pandangannya memburam, Renjun sudah berusaha menetralkan penglihatannya, namun penglihatannya tak ingin kembali normal. "Tuhan....ampuni....aku"

Blamed |Hwang Renjun| [END]Where stories live. Discover now