런쥔 3

12.5K 1.4K 390
                                    

"a-ah....aku belikan bubur dulu ya, kamu istirahat dulu aja" ucap Rayna dijawab anggukan pelan dari Renjun.

"Perlu ya, sampai diinfus segala?" tanya Renjun pada seniornya yang tengah asyik memainkan ponselnya, setelah Rayna meninggalkan ruang kesehatan itu.

"Kau pingsan, juga demam, masa tidak diinfus, biar cepet sembuh tau?" Jaehyun menatap sinis pada Renjun yang bertanya sesuatu yang tidak perlu.

"Omong-omong, kau siapa? Kok tau bagaimana aku diinfus?" tanya Renjun lagi polos.

"Aku yang memasangkan infusmu, bodoh!" Jaehyun kembali diuji kesabarannya oleh anak lelaki di hadapannya.

"Memangnya kau siapa? Tidak ada perawat yang lain?" Renjun bertanya lagi dengan nada menantang, seakan tak percaya perkataan Jaehyun.

"Aku ketua palang merah remaja, kau tidak tau? Atau lupa sebenarnya?!" Nada bicara Jaehyun mulai meninggi, untung saja Renjun sedang sakit, kalau tidak bisa adu jotos mereka berdua itu.

"Hanya bertanya" cicit Renjun, kembali menundukkan kepalanya. Membuat Jaehyun sedikit merasa bersalah, sedikit kasihan pada anak seperti Hwang Renjun yang tak dipedulikan dan terabaikan.

Sibuk melamuni kondisi Renjun, atensi Jaehyun berubah menuju pintu ruang kesehatan yang terbuka. "Jaehyun sunbae, itu dipanggil Joo-ssaem" kata salah satu siswa yang masuk tadi.

"Ada apa memang?" tanya Jaehyun pada anak yang bernama Na Jaemin itu.

"Tidak tau, tadi disuruh ke ruang guru aja" singkat Jaemin sambil mengedikkan kedua bahunya.

Jaehyun mengangguk kemudian keluar UKS, meninggalkan Jaemin dan Renjun di dalam. Jaemin mendekat ke brankar dimana Renjun masih terbaring lemah.

Sret!

Jaemin menarik kasar kerah baju Renjun hingga membuat baju snag empu berantakan. "Jangan....kau berani dekati Rayna tau?"

Dukh!

Jaemin menghempaskan cengkramannya pada Renjun, membuat Renjun malah terbentur keras ke dinding yang tepat di belakangnya. Renjun meringis kala pening di kepalanya semakin saja menjadi. "Camkan itu, pembunuh!"

Sedetik kemudian, Jaemin meninggalkan Renjun tanpa rasa bersalah. Toh....disini yang patut disalahkan kan hanya Renjun?

Renjun menunduk, ia juga sadar, ia sama sekali tidak pantas untuk berada bersama gadis itu, meski tak dipungkiri dirinya memang tertarik dengan gadis itu. Rayna itu cantik, pintar, dan terbukti dari dirinya yang ikut akselerasi dua kali saat masih sekolah menengah pertama, yang kedua ia memang bukan juara kelas, namun olimpiade selalu dijuarainya.

Renjun melepas infus yang menempel di tangannya paksa, kemudian beranjak dari brankar yang tadi ia buat merenung. Meski sakit di kepalanya belum juga hilang, ditambah tulang-tulangnya yang remuk, Renjun tetap tak peduli dan memutuskan untuk kembali saja ke kelas.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Blamed |Hwang Renjun| [END]Where stories live. Discover now