런쥔 12

11.6K 1.1K 31
                                    

Renjun menghentikan kunyahannya, saat perlahan sakit menjalar di kepalanya, sekaligus kini ikutan persendiannya sakit, peluh bercucuran di dahinya, sakit itu mulai mengganggunya di malam yang indah ini.

"Enak kan? Oppa? Oppa....?" Rayna membanting kasar sumpit di tangannya, dan langsung mendekati Renjun yang duduk di hadapannya, tangan mungilnya langsung menyentuh dahi Renjun cepat, "Kamu demam?!"

Renjun menatap Rayna sayu, terlihat jelas sebenarnya Renjun tak ingin menghancurkan acara ini, namun tubuhnya tak ingin menyetujui harapannya. "Ke rumah sakit ya?" Rayna memapah Renjun, tak peduli apa jawaban Renjun nanti, tapi,

Bruk!

"Ka--kiku....mati rasa....Na"

"Oppa...."

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Kenapa gak bilang sama aku dari kemarin, dari saat kamu tau soal itu semua? Memangnya aku terlalu asing....hiks....buat kamu...." Rayna berbicara dengan isakan kecil yang terkadang lolos sari pertahanannya.

Renjun di brankar itu, menunduk diam, mendengarkan keluhan Rayna padanya, seakan sudah siap jika nanti ada kata berpisah di antara mereka. Renjun memang tak ingin menyakiti Rayna, Renjun tak ingin ada perpisahan, namun hanya dua kemungkinan yang akan memisahkan, keputusan Rayna saat ini atau Tuhan yang memutuskan.

Sejam yang lalu, Renjun dinyatakan kakinya lumpuh, itu memang sedikit mengguncang batin kedua insan yang mendengarnya. Rayna mendudukkan dirinya di kursi dekat brankar Renjun, mengusap wajahnya frustasi.

Renjun terkejut saat tangannya ditarik seseorang, mata Rayna sudah penuh dengan air mata, Renjun jadi tak tega melihatnya, biarlah tangannya itu bereaksi untuk mengusap air mata yang bercucuran itu. "Aku cuman minta kamu cerita, aku sama sekali gak minta lebih dari kamu. Tapi.....karena sekarang keadaannya sudah begini, aku akan tetap disisimu, menemanimu sampai nanti takdir yang misahin kita"

Renjun belum mengubah raut wajahnya, "apa keadaanku yang begini membuatmu kasihan?"

"Apa rasa kasihan itu masih ada saat aku terlalu mencintaimu, saat aku terlalu takut untuk kehilangan kamu. Oppa....biarlah hatiku siap untuk perpisahan itu dulu, biarkan hatiku selalu mengingatmu dulu, selagi aku masih bisa mengenangmu, Hwang Renjun...."

Renjun mengedipkan matanya, saat itu juga air matanya mulai menetes, tak menyangka sebesar itu cinta Rayna padanya. Renjun menarik Rayna dalam pelukannya, membiarkan gadis itu mengungkap segala kesedihan hatinya padanya, Renjun tak pernah ingin pergi dari dunia ini jika itu karena Rayna.

Blamed |Hwang Renjun| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang