런쥔 2

15.5K 1.6K 306
                                    

"ssh...." Renjun berusaha bangun dari posisinya, sesekali ringisan keluar dari bibir pucatnya, kepalanya pening sekali, tubuhnya terasa remuk bagai habis adu gulat.

Renjun menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi, ia tertidur di lantai ruang keluarga semalaman. Renjun berpikir ia harus cepat membuat sarapan sebelum kena amuk lagi oleh kedua orang tuanya. Ya, setiap pagi ia harus menyiapkan sarapan, dan sebelum kedua orang tuanya pulang kerja, makanan harus sudah tersaji di meja makan.

Pembantu?
Ada banyak pembantu di rumah ini, namun tidak ada berani membantah perintah majikannya, bahwa harus Renjun sendiri yang menyiapkan sarapan dan makan malam.

Renjun berkali-kali limbung saat memasak, kepalanya pening bagai dihantam batu besar, seluruh tubuhnya masih sakit tentunya, hingga Renjun memutuskan untuk berjongkok sebentar, menahan pening yang semakin lama semakin menjadi.

Renjun menerima semua ini, ia hanya pasrah akan semua perlakuan yang ia dapatkan, meski itu menyakitkan. Percuma dia terus mengelak bukan dia pelakunya, semenjak yang orang tuanya tau ia pembunuhnya, tidak lagi seorang Hwang Renjun dianggap ada sebagai seorang anak.

Renjun menyelesaikan masakannya, bukannya ucapan terima kasih, malah decakan kesal yang ia dapat dari dua tuan dan nyonya besar di rumah ini. "Lama sekali! Sudah pembawa sial, lamban sekarang!" umpat Jiyoung, beliau nyonya besar.

Renjun hanya menunduk tanpa memberi respon, kemudian ia duduk di kursi di meja makan dengan tenang, tapi siapa yang akan membiarkan dirinya tenang. "Sedang apa kau?" Kini sang ayah mulai bersuara.

"Sa--sarapan, Yah...." jawab Renjun ragu, menatap takut kilat mata sang ayah.

Sret!

Bruk!

"Siapa suruh kau makan disini?! Siapa suruh kau memanggilku begitu?! Sialan! Cepat pergi saja sekolah! Sudah muak aku dengan wajahmu" maki Yoongi, setelah menghempaskan tubuh Renjun kasar hingga membentur lantai.

Renjun hanya diam, menurut, dan akhirnya ia hanya pergi begitu saja, tanpa bisa lagi menghiraukan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Renjun masih ingin tau kemana ia yang selalu disalahkan? Kenapa tidak pacar kakaknya yang tidak bertanggung jawab itu?

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Renjun mengayuh sepedanya cepat-cepat, takut jika nanti sudah terlambat masuk kelas. Namun, fisiknya tidak dalam kata baik-baik saja, yang berakhir pada kayuhan sepedanya hanya melambat.

Renjun menghapus peluh yang membasahi wajahnya, menahan sakit sambil berolahraga itu bukanlah ide yang bagus. Namun, Renjun bukan orang yang mudah patah semangat, sampai akhirnya ia dapat menggapai gerbang sekolah yang sebentar lagi terkunci.

Blamed |Hwang Renjun| [END]Where stories live. Discover now