[04] :: Senyum Aneh Reyki

1.5K 273 4
                                    

"SELAMAT datang di kafe kami, mau pesan apa?" tanya seorang pelayan kafe setelah Irvi melihat-lihat daftar menu.

Irvi sejenak menoleh. Bukan Reyki rupanya yang melayani. Lalu Irvi sempatkan untuk menyapu pandangan ke seluruh kafe dan ia menemukan Reyki tengah melayani pelanggan yang lain. Cewek itu pun kembali pada buku menu yang ada di hadapannya.

"Saya mau Caffe Americano satu ya, Mas," ujar Irvi pada si pelayan yang langsung mencatat pesanan Irvi.

"Ada tambahan lain, Kak?"

"Itu dulu aja, Mas."

"Oke," balas pelayan itu, "atas nama siapa, Kak?"

"Irvia."

"Mohon ditunggu ya, Kak," ucap si pelayan sambil tersenyum ramah, kemudian segera meninggalkan meja Irvi untuk memberitahukan pesanan tersebut pada seorang barista di sana.

Irvi mengembuskan napas pendek. Sembari menunggu, ia menyibukkan diri dengan ponsel. Bosan juga datang sendiri ke kafe, Irvi jadi tidak mempunyai teman mengobrol. Sayang sekali Disa tidak bisa menemaninya karena temannya itu mempunyai urusan lain.

Irvi tiba-tiba kepikiran hal lain untuk ia kerjakan sekarang. Irvi pun membuka tas laptopnya yang sejak tadi berada di atas meja. Ia teringat ada tugas yang belum dikerjakan sementara deadline tinggal tiga hari lagi. Mumpung sedang di kafe dan suasananya cukup tenang, Irvi pun memutuskan untuk mengerjakan sebagian tugasnya di sana.

"Permisi, pesanan atas nama Irvia?"

Irvi yang baru membuka microsoft word di laptopnya langsung mendongak dan matanya kontan mmebulat.

Reyki yang mengantar pesanannya.

"Iya, Mas," sahut Irvi kemudian, berusaha terlihat biasa saja.

Reyki tersenyum kecil, lalu menaruh secangkir Caffe Americano beserta selembar tisu di atas meja, tepat di ruang kosong di sebelah laptopnya.  "Ada tambahan lain, Kak?" tanyanya kemudian, khasnya seorang pelayan kafe.

Irvi menggeleng pelan, diam-diam memperhatikan gerak-gerik Reyki yang nyatanya sama sekali tidak tampak mencurigakan. "Nggak, Mas," kata Irvi. "Makasih, ya."

Reyki lagi-lagi tersenyum, menampakkan lesung pipi yang tanpa sadar menambah kadar ketampanannya secara otomatis. Irvi yakin, para pelanggan cewek pasti akan betah karena pelayan kafenya saja tampilannya seperti ini. Termasuk Irvi juga, mungkin?

"Selamat menikmati, Kak, saya permisi." Setelah mengucapkannya, Reyki pun langsung kembali untuk mengerjakan tugasnya yang lain. Tidak ada adegan tatap-tatapan seperti kemarin, membuat Irvi ragu kalau Reyki adalah orangnya.

Mengabaikan sejenak kopi dan laptopnya, Irvi segera memeriksa tisu yang diberikan bersama pesanannya tadi.

Ternyata benar, ada kertas yang terselip lagi di sana. Kali ini, kertasnya berwarna merah muda. Irvi pun segera membaca apa yang tertulis di kertas tersebut.

🔹

Halo, Irvia.

Senang rasanya kamu kembali lagi ke sini. Saya tidak menyangka ternyata kamu suka kopi juga. Gimana menurutmu Americano buatan salah satu barista terbaik di sini? Kalau memang enak, kamu harus datang lagi, ya!

Semangat mengerjakan tugasnya, Irvia. Enjoy your coffee!

- E -

🔹

Irvi langsung memperhatikan sekitar. Seperti dua hari yang lalu, semuanya tampak normal, seolah semesta tidak mau memberikan petunjuk sedikit pun mengenai siapa sebenarnya penulis surat tersebut. Irvi mengembuskan napas kasar, tanpa sadar sedikit meremas kertas di tangannya.

Lalu, tanpa sengaja Irvi mendapati Reyki yang tengah mengelap meja di dekatnya. Entah merasa diperhatikan atau bagaimana, cowok itu tiba-tiba saja menoleh dan balas menatap Irvi. Yang selanjutnya terjadi adalah Reyki yang melemparkan senyum miring pada Irvi.

Tunggu ... apa maksudnya itu?

---

(4 Februari 2020)

Special Customer [END]Where stories live. Discover now