Menyambut Rindu

1.4K 118 17
                                    

Seminggu menjelang ujian nasional, beberapa memasang wajah tegang dan ada yang biasa saja seperti Devano dan Iqbaal ini. Saat ujian sudah di mulai dua pria ini mengerjakan soal bahasa Indonesia dengan sangat tenang. Sedangkan Frendy kini tak karuan, ia celingak celinguk dan sesekali menatap pengawas jika saja ia ketahuan bisa dikeluarkan dan tidak boleh ikut ujian.

"Baal.. Soal nomor 12?" bisiknya.

Iqbaal mengalihkan pandangan pada pengawas, setelah merasa aman, ia menggeserkan layar komputernya ke arah Frendy. Frendy memicingkan mata menyamakan soalnya dengan soal Iqbaal. Senyumnya mengembang, soalnya sama dan Iqbaal sudah mengisi jawabannya. Langsung saja Frendy mengisi jawaban yang sama. Iqbaal mengembalikan posisi komputernya. Itulah yang Frendy lakukan saat ujian. Dan hari hari berikutnya juga sama.

***

Setelah sebulan setelah ujian nasional, hasil ujian akhirnya keluar, dan anak kelas dua belas kini berkumpul dilapangan untuk mengetahui hasilnya.

"Selamat sore anak anak"

"Sore bu.." ucap seluruh siswa.

"Ya, sudah tiga tahun anak anak yang ibu sayangi sudah menempuh pendidikannya di SMA Pelita Bangsa, dan hasil ujian nasional bukan merupakan akhir dari proses belajar kalian selama ini, tapi hasil belajar kalian akan ditentukan bersama masa depan kalian semua, dan untuk anak kelas dua belas SMA Pelita Bangsa seratus persen lulus!" ujar Bu Nadin, kepala sekolah.

Seluruh siswa bersorak ria dan bertepuk tangan.

"Tentu saja ada nilai nilai dari kalian yang sangat membanggakan dengan nilai yang sempurna di satu mata pelajaran, dua, ada juga yang tiga, bahkan empat!" tepuk tangan kembali riuh.

"Ibu akan menyebutkan nama nama tersebut dan berhak maju ke depan untuk mendapatkan penghargaan!"

"Untuk yang mendapatkan nilai sempurna di salah satu matpel adalah Natesha, Raffa, dan Frendy!"

Frendy memasang wajah kaget. "Baal kok gue bisa dapet nilai sempurna?"

"Orang lo nyontek gue" sinis Iqbaal. Frendy dan lainnya maju ke depan untuk menerima sebuah piagam.

"Dua matpel nilai sempurna, Steffi, Karel, Aldi, Rifky, Rheno!"

Dengan wajah sumigrah Steffi, Karel, Aldi beserta yang lain maju ke depan. Devano berdecak kagum.

"Nilai sempurna tiga matpel kepada Iqbaal!" Iqbaal berdecak hebat. Ia maju dengan semangatnya.

(Namakamu) dan Maura sebenarnya juga datang, keduanya tengah duduk dipinggir lapangan mendengarkan pengumuman kelulusan. Keduanya tak berhenti berdecak kagum.

"Wah, ini dia nilai paling sempurna, ibu rasa kalian tahu siapa?"

"Devano...." teriak beberapa siswa.

"Ya! Devano!" ujar bu Nadin.

Devano tersenyum puas. (Namakamu) menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Otak kakak gue terbuat dari apa sih?"

"Pengen deh otak pacar gue kayak kakak lo" gumam Maura.

***

"Gue gak nyangka, kalian semua dapetin nilai sempurna" (Namakamu) dan Maura bersalaman dengan Iqbaal, Devano, Karel, Aldi dan Steffi.

"Nilai Frendy sih kagak murni ya, nyontek gue kok dia"

"Halah Baal, ikhlas kek!" sewot Frendy.

"Aku bangga loh sayang" ujar Maura.

"Makasih sayang"

One Day (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang