Bulan dan Bintang

1.2K 128 11
                                    

HARAP TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN COMMENTNYA KALAU KAMU MASIH MANUSIA😂

Happy Reading..

***
"Sekarang aku bukan matahari lagi, aku udah jadi bintang, kalau kak Iqbaal ingkar janji, bulan bakal kehilangan bintangnya"

***

Makan malam sudah selesai, (Namakamu) baru saja turun dari mobil, yang ada dipikirannya hanya Iqbaal. Ia tidak pernah berpikir setelah makan malam dengan keluarga sang kekasih malah membuatnya sesedih ini. Bagaimana jika Iqbaal akan keluar negeri? Mungkin hidupnya akan terasa hampa layaknya nasi tanpa garam.

(Namakamu) segera masuk ke kamar dan menutup pintu sedikit kencang. Ia menghempaskan diri begitu saja di ranjang. Sesuatu di hatinya mendesak air mata untuk dikeluarkan dengan arangan kecil.

"Hiks.."

"Apa gue enggak boleh bahagia sedikit lebih lama?"  monolognya pada diri sendiri.

'Clek!'

Pintu terbuka, Dira menelusupkan kepalanya ke dalam. Benar saja dugaannya, (Namakamu) terisak disana. Ia bisa mendengarnya.

"Dek"

(Namakamu) menoleh ke belakang. Ia segera menghapus air matanya karena tidak ingin Dira mengetahuinya jika ia menangis. (Namakamu) kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menyambut Dira dengan senyuman tipis yang terukir di wajahnya.

"Adek nangis?" tanya Dira. Walaupun tanpa bertanya ia sudah tahu dan mata (Namakamu) pun masih sembab.

(Namakamu) menggeleng.

"Kalau Iqbaal nyakitin kamu, lupain dek"

(Namakamu) tersentak tak terima dengan Dira. Sontak ia menggeleng cepat.

"Enggak ma, kak Iqbaal enggak nyakitin adek"

"Terus kenapa adek nangis?"

"Adek cuma enggak mau kak Iqbaal jauh ma" (Namakamu) mengerucutkan bibirnya.

"Kan Iqbaal cuma kuliah dek nanti juga balik lagi"

"Tapi lama ma" rengeknya.

Dira tersenyum, tangannya direntangkan untuk memeluk anak bungsunya.

(Namakamu) memeluk Dira dengan hangat. Berharap mendapat kekuatan untuk hatinya dengan pelukan sang ibu.

***

Diruang tengah ini, Iqbaal merasa kepalanya mulai berasap. Menghancurkan tembok tinggi yang dibangun Dimas begitu sulit, bahkan tidak retak sekalipun.

"Yah, Iqbaal di sini aja ya"

"Ayah mau Iqbaal dapat pengalaman baru Baal, kamu enggak mau nurut kemauan ayah?"

Iqbaal berdecak. Sudah berapa kali ia membujuk Dimas agar ia tetap di dalam negeri namun selalu tidak berujung dengan topik yang berputar seolah tidak ada ujungnya.

"Disini Iqbaal juga banyak pengalaman yah"

"Kalau di luar kan lebih beda pengalamannya"

Rani hanya hanya memijit pelipisnya mendengar debatan suami dan anak yang sama keras kepalanya. Jika seperti ini susah untuk ada yang mengalah.

"Dimas, udah lah enggak usah di paksa"

"Tapi aku mau yang terbaik"

"Tapi yang terbaik buat ayah belum tentu baik di Iqbaal yah" balas Iqbaal.

One Day (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang