Rujuk jangan?

1.5K 168 23
                                    

Mobil Farhan melaju dengan kecepatan di atas rata rata. Sesekali ia menglakson mobil karena jalanan sedikit macet. Mobil di depannya bergerak dengan pelan.

"Mas cepetan!" panik Rani yang duduj di jok belakang seraya membopong Sasha.

"Sabar Rani!" (Namakamu) tidak dapat berpikir jernih, ia hanya memejamkan matanya berharap semuanya baik baik saja.

Tak lama jalanan sedikit longgar. Farhan dengan gesit memotong jalan raya.

"Mas.." Farhan melirik Rani dari kaca spion di atas Dashboard.

"Mas.. Badan Sasha dingin banget.." (Namakamu) menoleh ke belakang mendapati wajah Sasha yang pucat.

Rani terus menggoyangkan tubuh Sasha membangunkannya. Namun ia tak kunjung membuka matanya. Kegelisahan menyelimuti ketiga insan ini.

"Sha bangun sayang.."

Rani merasakan tubuh Sasha tergontai lemas. Ia mendekatkan jari telunjuk ke hidung Sasha memastikan Sasha bernafas.

"Mas.."

"Apa Ran?"

"Sasha udah enggak ada" ujarnya lemah. Nyaris tidak terdengar. (Namakamu) merasakan jantungnya berhenti berdetak. Demikian dengan Farhan.

Farhan meminggirkan mobilnya di tepi jalan. Ia menatap wajah Rani yang sudah berlinang air mata. Farhan membanting stir. Matanya mulai berkaca kaca. Ia mengacak gusar rambutnya dan menghempaskan tubuhnya ke sandaran jok.

(Namakamu) menatap tak percaya pada Sasha. Ia baru kenal Sasha beberapa hari dan kini anak manis itu telah tiada. Ia nenangis dalam sesegukkannya. Ia sudah menganggap Sasha sebagai adiknya sendiri.

(Namakamu) terngiang ucapan Sasha tadi. Ya, saat itu Sasha masih bisa tersenyum kepadanya dan terlihat begitu sehat. Apa tadi adalah ucapan perpisahan?

***

Pagi ini Sasha akan di makamkan. Semua hadir di pemakaman Sasha. Farhan dan Rani yang paling terpukul dengan kepergian Sasha. Dira ada disini, (Namakamu) yang mengajaknya, Devano dan Karel juga ada. Iqbaal, pria ini kini menatap sedih ke tanah merah ini. Ia bahkan belum sempat berkenalan dengan Sasha, belum menatapnya secara langsung. Apa Iqbaal memang tidak diperbolehkan untuk mempunyai saudara? Fildza juga meninggalkan, dan kini adik angkatnya.

Dira baru pertama kali melihat Rani disini. Hatinya begitu sesak. Setelah selesai pemakaman Dira lebih dulu menjauh.

"Ma mau ke mana?" tanya Devano mencegatnya.

"Mama mau pulang"

"Kakak anter"

"Dek, kakak anter mama pulang yaa" Devano menoleh pada (Namakamu) yang berdiri di sampingnya.

"Iya hati hati ya" tadi memang Devano yang juga mengantarkan Dira ke sini. (Namakamu) bersama Karel.

"Kak jangan sedih" (Namakamu) mengelus pundak Iqbaal. Ia tahu dari raut wajah Iqbaal bahwa ia juga merasa kehilangan Sasha.

"Enggak" Iqbaal tersenyum tipis. (Namakamu) juga membalasnya dengan senyuman tipis.

Beberapa orang sudah bubar kini hanya bersisakan Farhan, Rani, Iqbaal, (Namakamu) dan Karel.

Kedua belah keluarga ini seolah tidak terjadi apa apa. Iqbaal bersikap biasa saja dengan Rani demikian dengan Farhan. Karel merasa canggung berada disini. Ingin sekali ia mengajak (Namakamu) untuk pulang.

"Udah mau pulang?" tanya Karel pelan.

(Namakamu) mengangguk perlahan.

"Pa adek pulang dulu ya"

One Day (COMPLETE)Where stories live. Discover now