Meyakinkan Rasa

1.7K 146 2
                                    

Happy 2K viewersss😘💕🎉
Seneng deh hehee
Semoga selalu nambah yaa

Happy reading

***
Setelah pulang tadi, (Namakamu) hanya sibuk mondar mandir di ambang pintu kamarnya. Tangannya sesekali mengibas wajahnya yang masih memanas.

"Astaga!! Gue kenapa sih!!!"

'Bruk!'

"Aduh!!"

(Namakamu) meringis saat tubuhnya menabrak seseorang yang tiba tiba saja masuk tanpa mengetuk pintu.

"Dek lo kenapa?" tanya Devano yang reflek memegang pundak (Namakamu).

"Kak kalau masuk tuh ketuk dulu!" Devano hanya terkekeh seraya menutup kembali pintu kamarnya.

"Biasa juga enggak" (Namakamu) hanya mengiyakannya dalam hati.

"Mau ngapain?" lanjut (Namakamu).

"Numpang mandi ye, Karel lagi mandi" terlihat handuk berwarna hijau muda yang bertengger di pundak kanannya.

"Kenapa gak nunggu Kak Karel selesai sih? Gue kan juga mau mandi" kesal (Namakamu) sambil menarik lengan Devano menahannya melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

"Gue buru buru mau pergi"

"Halahh lo paling juga gak mandi gara gara di peluk Iqbaal tadi" lanjut Devano membuatnya terdiam. Mendengar nama Iqbaal saja membuatnya mengingat sepenuhnya kejadian tadi. Tangan (Namakamu) perlahan terlepas dan kesempatan itu Devano gunakan untuk segera masuk ke kamar mandi.

"Gue gak ngerti apa yang gue rasain"

***

Iqbaal tengah duduk di tepi ranjang seraya menggosokkan handuk pada rambutnya yang basah. Ia terkekeh sendiri sesekali layaknya orang tak normal.

"Gue ngapain tadi cium (Namakamu) coba? Gila gue yaa!" Iqbaal menggeleng gelengkan kepalanya.

"Tapi gue ngerasa nyaman banget meluk dia.. Masa iya gue suka sama dia! Apaan coba"

Iqbaal asyik mengoceh sendiri tanpa ada yang mendengarnya.

'Brak!'

Bunyi dobrakkan pintu membuatnya berhenti berbicara pada angin. Ia menggantung handuknya kembali di ambang pintu dan ia melangkah keluar kamar untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Ayah" gumam Iqbaal saat melihat Dimas dengan keadaan tak karuan memasuki rumah. Sudah beberapa hari ini Dimas tidak pulang dan Iqbaal tidak mencarinya. Begitu pula dengan Rani. Terakhir Iqbaal melihat Rani adalah saat di cafe.

"Iqbaal!" Dimas menghampiri Iqbaal yang hanya memasang wajah datarnya.

"Ayah minta tolong sama kamu,tolong kamu cari ibu kamu itu dan bawa dia pulang ke rumah!"

"Kenapa gak ayah aja?"

"Kamu ngelawan ayah!!?" Dimas meninggikan sedikit suaranya.

"Enggak, aku nanya yah, kenapa gak ayah yang cari sendiri? Kenapa aku?" jawab Iqbaal dengan santai tanpa terpancing emosinya.

"Dia ibu kamu jadi kamu yang cari!"

"Kan ayah suaminya" Dimas menghela nafas dalam. Menahan emosinya yang kian memuncak.

"Dasar anak durhaka!!"

"Siapa sih disini yang sebenarnya durhaka yah?" Iqbaal tahu ia tidak layak berbicara seperti itu dan pasti Dimas akan sangat marah kepadanya. Sebelum hal tidak enak terjadi, Iqbaal secepatnya melangkah keluar rumah dan melajukam motornya menuju rumah Frendy. Ia tidak membawa bajunya lagi karena sebagian bajunya memang sudah ada di rumahnya dengan alasan tidak bersusah payah membereskan pakaiannya setiap kali mengungsi ke rumah Frendy.

***

(Namakamu) sedari tadi menunggu Devano pulang dari rumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok. Hingga dirinya ketiduran di sofa ruang tengah. Ia terbangun dan mendapati jam menunjukkan pukul sebelas malam. Ia segera menuju kamar Devano.

'Clek!'

Devano tengah membereskan buku bukunya ke dalam ransel miliknya sedangkan Karel tengah menonton televisi. Keduanya menoleh pada (Namakamu).

"Loh kok bangun dek?" tanya Devano

"Lo kenapa gak bangunin gue sih kak? Gue dari tadi nungguin lo pulang tau?" (Namakamu) menyender di dinding kamar Devano seraya bersidekap dada.

"Mana gue tau dek lo nungguin hahaha lagian muka lo pules banget keknya dan tumbenan banget nungguin gue, pasti ada maunya!"

"Tidur sana anak kecil gak boleh tidur larut malam" sahut Karel.

"Sok tua lo kak!" balas (Namakamu).

"Gue mau cerita nih kak" (Namakamu) memasang puppy eyesnya pada Devano.

"Apa?"

"Tapi di kamar gue aja yaa"

"Paling cerita soal cowok, tau banget gue kalau rahasiaan gini" jawab Karel dengan santai.

"Cerita disini aja sih! Gue gak ember orangnya! Siapa tau gue bisa kasih saran ke lo" ucapnya dengan sombong.

(Namakamu) sejenak berpikir. Karel bukan tipe orang yang suka mengumbar rahasia dan ia juga tipe orang yang bisa memgatasi masalah.

"Hmm ya udah" (Namakamu) menarik lengan Devano untuk ikut duduk di atas ranjang.

"Cerita apa dek buruan gue ngantuk" ujar Devano.

"Pasti soal Iqbaal yang meluk lo, terus lo baper?" terka Karel.

"Bukan cuma itu"

"Maksudnya?"

"Tadi kak Iqbaal nyium jidat gue" ucapnya dengan ragu.

"APAA!!" Devano berteriak histeris kemudian mendapat jitakan dari adiknya.

"Suara lo kak!!"

"Lo serius?" tanya Karel.

"Iyaa, orang masih kerasa gini" ucapnya sambil mengelus bekas ciuman Iqbaal di kepalanya.

"Lo suka sama Iqbaal?" tanya Karel.

"Gatau gue"

"Kalau lo lagi deket sama Iqbaal gimana?" lanjut Devano.

"Gimana apanya?"

"Perasaan lo! Jantung lo disko gak?"

"Emang lo ngerasain itu sama Kak Steffi?" tanyanya polos membuat Devano dan Karel ingin menelannya hidup hidup sekarang juga.

"Ya iya lah dek!!"

"Jadi gue suka gitu sama kak Iqbaal???"

"Bisa jadi" balas Karel.

"Gak mungkin!! Yakali gue suka cowok kek dia!! Kaya gak ada pria lain aja!!"

"Eh cinta itu gak mandang apapun loh!" Devano menoel hidung (Namakamu) membuatnya berdecak.

"Aaaa gue gak mau suka sama dia!!"

"Hati hati kalau ngomong dek, rasa yang muncul itu gak bisa di tolak, semakin lo tolak, semakin muncul rasa itu" ucap Devano membuat (Namakamu) terdiam seketika.

"Sejak kapan kakak gue bijak gini?"

Bersambung..

Maaf yaa baru next terus pendek membosankan wkwk..
Harus beradaptasi dulu.. Baru ide ide bermunculan nanti..
Tolong Vote Comment yaa
Thankyou😘💕

Salam,
Meliyana

One Day (COMPLETE)Where stories live. Discover now