Marah

2.1K 163 8
                                    

Vote comment boleh kali:))
Ntar double deh kalau di commentnya juga double😂

Happy Reading Sweety💕

***

Iqbaal melangkahkan kakinya menuju kursi, ia memilih duduk saja. Walaupun di atas sini terasa panas ia tidak mempermasalahkannya.  Ia tidak mengerti kenapa dirinya membawa (Namakamu) ke sini, padahal tempat ini adalah markasnya bersama Frendy. Entah dorongan apa yang membuatnya menjadi terbuka pada (Namakamu).

Gadis itu sedari tadi asyik berdiri memandangi langit Jakarta di siang hari.

"(Nam)"

"Hm?"

"Lo gak capek udah berdiri setengah jam?"

"Enggak, empat jam juga gak capek" Iqbaal melongo mendengarnya. Yang benar saja.

"Sini, duduk, panas ntar lo pingsan lagi" (Namakamu) membalikkan badannya dan bersidekap dada pada Iqbaal menatapnya sinis.

"Sini! Apa sih liatnya kek gitu?" kesalnya lantaran (Namakamu) malah menatap sinis padanya.

(Namakamu) menuruti permintaan Iqbaal. Ia duduk di kursi yang berseberangan dengan Iqbaal.

"Kalau lo butuh tempat cerita, cerita aja" ucap Iqbaal. (Namakamu) hanya menatapnya datar.  Kemudian ia bersiap mengeluarkan semua perasaannya.

"Gue kesel sama bokap gue, akhir akhir ini selalu sibuk sama kerjaan dia udah beda gak kek dulu lagi, dulu mau sepenting apapun kerjaannya bokap gue selalu prioritasin keluarga tapi sekarang pekerjaan datang dikit aja udah ninggalin keluarganya, kaya semalam, lagi makan malem, gue udah seneng banget, tiba tiba dapet telpon eh langsung pergi" ocehnya tanpa berhenti.

Iqbaal hanya ternganga. (Namakamu) mudah sekali cerita mengenai masalah pribadinya ke orang lain yang bahkan belum ia kenal baik.

"Kenapa?" tanya (Namakamu) mendapati wajah bingung Iqbaal.

"Gue gak nyangka lo ceritain masalah pribadi ko ke orang yang gak lo kenal"

"Tadi nyuruh cerita, sekarang sewot, gimana sih?? Bukannya kasih saran!" protes (Namakamu) sambil berdecak.

"Iyaa iya.. Yaa mungkin pekerjaan bokap lo lebih penting.. Dari pada kerjaan yang kemarin kemarin" balas Iqbaal.

"Gue gatau pasti.. Tapi feeling seorang anak itu kuat kak! Gue ngerasa bokap gue beda sekarang"

"Coba liat aja nanti ke depannya gimana.. Gue gak bisa kasih saran lebih.. Gue gak bisabikut campur urusan keluarga lo"

(Namakamu) mengangguk, iya juga. Iqbaal tidak akan mengerti urusan keluarganya dan tidak berhak ikut campur. Ia hanya bisa memberikan saran sewajarnya.

"Lo sendiri masalah apa?"

"Gue gak bisa ceritain, karna masalah pribadi gue. Gue gak bisa cerita sama orang lain kecuali orang yang berarti buat gue, si Frendy, sahabat gue, gue gak bisa terbuka kaya lo" jelas Iqbaal. (Namakamu) hanya manggut manggut mengerti.

"Hmm, eh balik ke sekolah yuk" (Namakamu) melirik jamnya sudah satu jam ia berada di luar sekolah dan sebentar lagi waktu isitirahat.

"Ayo"

***

Maura keluar kelas mencari (Namakamu) karena sudah jam istirahat. Tadi (Namakamu) juga alpa di buku absen. Gadis itu belum juga balik ke kelas. Ia sedikit khawatir dengannya.

Maura mencarinya ke kantin, siapa tahu (Namakamu) sudah berada di sana. Ia sempat ingin membalikkan badannya ketika mendapati Devano yang menatapnya dari jauh. Ia takut jika Devano mencari adiknya, apa yang harus ia jawab? Jika ia bilang (Namakamu) bolos, ia akan marah. Bilang (Namakamu) di kelas ataupun di sekitar sekolah ia pasti akan menyusulnya.

One Day (COMPLETE)Where stories live. Discover now