Luapkan emosi

2.3K 165 9
                                    

Mau ucapin terimakasih yang udah vote comment beberapa part sebelumnya dan gue seneng banget udah support:)

Vote commentnya juga ngaruh ke panjang cerita nih kalau banyak yang support yaa lebih panjang dan lebih seru ngaruh juga sama alurnya😂 hehehe

Jadi terus vote dan comment ya temen temen thanks so much mwah💕

Happy reading...

***

Motor Devano baru saja terparkir mulus di halaman rumahnya bersama sang adik. Wajah (Namakamu) berubah bahagia saat nelihat mobil milik ayahnya terparkir di sebelahnya.

"Kak papa udah pulang jam segini!!" ucap (Namakamu) dengan girang.

Devano melepas helmnya. "Iya dek, tumben banget, ayo masuk" Devano merangkul mesra (Namakamu) berjalan sejajar memasuki rumah.

"Papa!!" pekik (Namakamu) saat melihat ayahnya sedang bermesraan dengan ibunya di ruang tengah sambil menonton tayangan di televisi.

"Adek, kakak!" panggil Farhan seraya beranjak dari duduknya. (Namakamu) berlari memeluk ayahnya disusul oleh Devano. Farhan mengelus kepala (Nanakamu) membuatnya sedikit meringis akibat bola basket tadi. Ia tidak mau farhan tau apalagi Dira, pasti akan heboh nantinya. Ia juga tidak mau Devano yang disalahkan karena tidak menjaga adiknya dengan baik. Farhan memang jarang di rumah sekarang. Bahkan tiga hari belakangan ini Farhan tidak pulang ke rumah. Ia mengatakan bahwa dirinya menginap di rumah teman kerjanya sambil menyelesaikan tugas tugas dikantor.

Devano dan (Namakamu) tidak lupa menyalim Dira yang berdiri di sebelah kiri Farhan.

"Papa punya kejutan buat kalian!" ujar Farhan dengan sumigrah.

"Apa pa?" Dira hanya senyum-senyum saja.

"Nanti malam, kita dinner di luar!" serunya membuat (Namakamu) kegirangan dan bertepuk tangan layaknya anak kecil yang diberi mainan baru. Devano hanya tersenyum senang.

"Yeayy!!" ujar (Namakamu) sambil melompat lompat.

"Makasih ya pa" ujar Devano.

"Iya kak"

***

"Baru pulang baal?" Iqbaal baru saja melangkah masuk rumahnya, melewati ruang keluarga, suara Dimas membuatnya menghentikan langkahnya. Ia menoleh pada ayahnya yang tengah membersihkan vas antiknya menggunakan kain basah.

"Iya yah" ujarnya dengan malas. Ia tau ini hanya basa basi dengannya. Rani tidak ada di rumah entah ke mana.

Iqbaal hendak melanjutkan langkahnya namun terhenti lagi.

"Gak salim sama ayah?" Iqbaal melangkah berat mendekati ayahnya kemudian bersiap menyalim Dimas. Namun Dimas malah terdiam.

"Gak usah deh, tangan ayah kotor" ucapnya seraya memperhatikan tangan kanannya yang agak kotor akibat debu.

Iqbaal hanya menghela nafas kemudian membalikkan badannya menuju kamar.

"Dari mana kamu?" tanya Dimas dingin pada Rani yang baru saja memasuki rumahnya. Iqbaal masih mendengarnya kemudian hanya melirik sekilas ke belakang. Pasti setelah ini akan ada mercun di siang hari.

"Jalan-jalan"

"Sama selingkuhan kamu?"

"Sama teman teman aku Dimas! Stop kamu selalu bilang aku selingkuh!"

"Nyatanya emang iya kan!!"

Disisi lain. Iqbaal mengganti pakaiannya kemudian memasukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam ranselnya. Ia akan pergi ke rumah frendy. Dari pada ia jadi tuli seharian ini. Ia menutup kembali pintu kamarnya setelah keluar. Ia berjalan melewati Dimas dan Rani begitu saja tanpa pamit, tanpa melirik, bahkan tanpa diperhatikan, seolah Iqbaal hanyalah angin yang lewat.

One Day (COMPLETE)Where stories live. Discover now