Biru langit dengan Gradasi warna Jingga kembali menghadirkan sempurna senja
Menghadirkan suasana yang membuai siapa saja terutama penikmatnya
Mentari perlahan tenggelam meninggalkan kelamnya bumi
Ia hanya perlu beristirahat karna ia harus kembali setiap malam berganti
Langit yang biru perlahan meninggalkanku
Tetap dengan penantian yang sama yang tak pernah ada usainya
Bolehkah aku mengeluarkan beban dengan rintihan tangis yang disuarakan air mata?
Bolehkah aku mengeluh pada dunia jika aku lelah mencintai seorang saja?
Aku hanya ingin bertanya bertanya dan bertanya!
Untuk kesekian kalinya bumi tak mau berpihak padaku lagi
Bumi lebih suka jika aku berteman dengan harapan penantian dan kecewa
Yang meleburkan ku dalam luka
Tidak ada cinta yang bisa menyelamatkan ku dari apa saja
Bahkan aku lupa jika dunia masih dan tetap berputar pada porosnya
Karna aku hanya selalu merasakan putus asa yang tak ada habisnya
Dari Hujan Untuk Angin, Jumat 24 Januari 2020.
Hujan dengan rela bertahan untuk angin yang senang menyia nyiakan:)
YOU ARE READING
DIFFERENT WORLD [COMPLETE]
Poetry#8sendirian * * Seperti luka yang tersayat, namun tak pernah dapat dilihat Tentang filosofi rasa yang membutuhkan sedikit pereda Ini hanyalah sebuah antologi yang mendefinisikan rasa Ditulis oleh sang Hujan untuk tersampaikan kepada Angin Disamarkan...