Bagian 23- Sebuah Pondasi

Start bij het begin
                                    

Semenjak kejadian di kedai kopi, Bintang tidak lagi bertemu dengan Keytasha. Sudah mencoba untuk kerumah gadis itu, namun hasilnya nihil. Rumah Key bahkan terlihat tidak berpenghuni. Disekolah Key tidak ada, padahal setiap pagi Bintang selalu menunggu didepan kelas Key, siapa tahu saat Bintang bertanya pada teman-teman Key, mereka bohong, cuma alibi mereka untuk tidak mempertemukannya dengan Keytasha. Namun sama saja, Bintang tidak melihat gadis bermata teduh itu berangkat memasuki kelas.

Ini sudah hari keempat Key tidak masuk sekolah. Apa gadis itu benar-benar niat ingin menghindari Bintang hingga tak masuk sekolah juga?

"Sebenarnya, Key itu kemana sih. Udah empat hari loh dia gak masuk." Tanya Vina kepada temannya saat mereka sedang makan di kantin.

"Dia juga gak ngabarin, kita. Whatshaap dia enggak aktif juga empat hari ini." Sahut Risma.

"Tu anak emang seneng banget bikin kita khawatir, kita dianggap temen gak sih sama, Key?!" Sahut Celvi emosi, pasalnya mereka sudah berteman dua tahun, namun Key tetap belum bisa terbuka dengan mereka. Padahal mereka beneran tulus dengannya, mereka tidak ingin melihat Key selalu sendirian. Namun gadis itu seolah tak menganggap pertemanan mereka itu penting. Selalu menyimpan semua sendirian, selalu diam, membuat Celvi lama-lama geram.

"Mungkin, Key punya masalah yang sangat rahasia kan, Cel? Jadi dia belum bisa cerita sama kita." Jelas Risma, sebenarnya dia juga merasa seperti Celvi, namun dia tidak ingin berburuk sangka saja, siapa tahu Key memang punya masalah yang emang gak bisa dia ceritakan.

"Tapi selama ini dia kaya gitu loh! Gak pernah terbuka sama kita! Padahal kita beneran peduli sama dia!" Sahut Celvi

Vina menghela nafas gusar, melihat Celvi yang kelihatan sangat emosi. "Gue sebenarnya juga ngerasa dianggap gak dianggap sama Key, tapi udahlah gue gak mau berburuk sangka aja sama dia, emang sejak pertama gue lihat dia, melihat mata Key, dia itu rapuh banget, banyak banget beban dimata dia, banyak banget yang dia pendem sendirian, dia itu gak baik-baik aja menurut gue, dia butuh kita namun dia juga gak bisa nunjukin kalau dia emang butuh kita."

Risma mengangguk, setuju dengan perkataan Vina, Risma juga menyadarinya sejak pertama kali dia meminta Key untuk duduk sebangku dengannya, saat pertama kali ia berkenalan dengan Key, saat tahu jika Key memang suka menyendiri.

"Tapi kita udah berusaha nunjukin kalau kita peduli kan sama dia? Kita udah berusaha gak ninggalin dia dan buat dia percaya kalau kita emang temen dia, kita sayang sama dia, kenapa Key susah buat percaya sama kita sampai enggan buat cerita?!"

"Percaya sama orang itu susah Cel, apalagi kalau dia yang terus dikhianati, kata percaya bahkan sudah tidak ada artinya lagi buat mereka." Ucap Vina.

"Gue cuma peduli sama dia, Vin."
"Iya gue tahu, kita semua peduli sama dia, Cel."
Celvi mulai terisak, dia hanya ingin Key juga menganggap mereka teman, bukan hanya sekedar teman, tapi sahabat, itu saja. Celvi mau Key terbuka sama mereka, cerita semua keluh kesahnya.

Vina dan Risma mulai mendekat, merangkul Celvi dan mencoba menenangkannya.

"Guru-guru dikelas juga, gak pada nanya kan Key kemana? Padahal dia gak masuk empat hari." Ucap Risma

"Iya, mereka selalu melompati nama Key saat absen, tidak curiga atau bingung kenapa Key gak masuk." Ucap Vina

"Mungkin gak mereka tahu sebenarnya Key kemana?" Sahut Risma.

Dan saat itu juga, Bintang yang mendengar semuanya melangkah pergi meninggalkan kantin.

🍁🍁🍁

Bintang menelusuri koridor setiap kelas, mata tajamnya lurus menatap kedepan. Ia berhenti pada sebuah ruangan. Melihat apakah ada seorang yang akan mengganggunya atau tidak. Ketika semua dirasa aman, Bintang langsung masuk kedalam ruangan tersebut.

Jarinya menelusuri setiap dokumen dan surat-surat penting yang ada di meja. Mata tajamnya juga sekali-kali mengawasi keadaan sekitar.

"Ahh, gak ada apa-apa soal Key." Bintang mengacak rambutnya frustasi, ia kembali merapikan dokumen dan kertas yang sudah dia acak-acak diatas meja guru piket. Kemudian ia kembali melangkah keluar sebelum ketahuan.

"Bintang!" Bintang berhenti, menengok kearah sumber suara yang memanggil namanya. Matanya menyipit melihat seorang laki-laki melambaikan tangan menghampirinya.

"Hmmm?"
"Lo lihat Key gak? Kok gue jarang banget lihat dia minggu ini." Ucapnya.
"Ngapain lo nyari Key?"
"Gak kenapa-kenapasih, cuma mau ngobrol aja."
"Gue gak tau dia kemana, dan gue lagi nyari dia dimana." Ucapnya kemudian melangkah pergi.

Adam yang bertanya pada Bintang mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa dengan Bintang, tidak biasanya laki-laki itu bersikap dingin. Bintang yang dikenalnya adalah laki-laki yang hangat dan enak diajak berbicara, sikapnya selalu friendly. Lalu kenapa dengan diri Bintang sekarang?

"Pms kali tu anak." Ucapnya kemudian ikut pergi.

Bintang membasuh mukanya ditoilet, hasilnya sama saja. Pikirannya tetap tak bisa dingin jika menyangkut soal Keytasha. Ia melangkah keluar, pergi ke tempat belakang perpus ; tempat favoritnya dengan Key ketika sedang bersantai.

"Kamu dimana Key? Kenapa menghilang? Kenapa semesta juga turut membantumu menghilang dariku?!" Teriaknya. Tak peduli jika ada murid yang mendengar dan mengatakan dia gila. Toh nyatanya memang dia sudah gila! Dia gila karena cintanya dengan Keytasha. Dia gila karena Keytashanya marah dan menghilang darinya.

"Jangan hukum aku kaya gini, Key."
"Kamu tahu aku gak akan bisa jalanin hukuman kamu yang kaya gini!"
"Lebih baik kamu marahin aku sepuasnya, tampar aku sepuasnya, Key. Jangan menghilang kaya gini!" Bintang menghantamkan tangannya pada pohon besar yang tak berdosa itu. Tak peduli tangannya yang memar dan berdarah. Rasa sakitnya masih tak sebanding dengan sakit hatinya yang merindukan Keytashanya.

"Bintang!"

See u love❤️

AKSARA BUMI (REVISI)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu