Bagian 21- Semesta adalah Tuhan

135 42 95
                                    

Semesta.
Ada yang jatuh tetap dibawah, ada yang sudah jatuh, tapi masih mencoba ingin terbang, ada yang jatuh, tapi malah milih ketimbun tanah. Semua itu, bukannya sesuai apa yang kita inginkan? Semesta hanya mencoba untuk mengabulkan, bukan?

Tapi bagaimana jika semesta yang justru malah mengendalikan semuanya? Semua yang coba manusia bangun, diputar balikan bak bianglala yang ia buat mainan. Sengaja membuat kita benci akan tingkahnya. Tapi mau dibawa ke ujung langit permasalahannyapun tetap kembali pada sebuah nama yang sudah digaris besarkan dan tak mampu disangkal. Takdir.

Kenapa harus begitu?

Karena semesta adalah Tuhan.

Kenapa begitu?

Karna Tuhan tak dapat dimainkan.

Malam lebaran, Key menutup wajahnya dipojok kamar dengan boneka besar. Seruan dari luar dihiraukannya. Keytasha tidak ingin menemui wanita yang menunggunya diluar dan tidak ingin melihat pria kejam yang bersama wanita itu.

Gagang pintu bergerak. Gadis kecil itu waspada takut jika pintu terbuka dan mereka yang muncul.

"Key."
"Key gak mau keluar, Eyang."
"Ibumu sudah menunggu, Key."
"Gak mau."

Kayah mendekat, mengelus rambut cucunya penuh sayang. Dia mengerti Key belum bisa menerima takdirnya, usianya masih kecil, dan sepantasnya Key tidak menanggung beban seberat itu. Ini semua salahnya. Kayah yang menyembunyikan semuanya dari Keytasha kecil. Andai saja dirinya jujur kepada Key. Pasti semua tidak akan seberat ini, tidak akan serumit ini. Key pasti paham dan menerimanya pelan-pelan.

Air matanya mulai turun.

"Key, maafin Eyang." Lirih Kayah, dia memeluk Key erat.

Key menggeleng, dia tidak bermaksud membuat orang yang dia sayang menangis, Key hanya tidak ingin menemui orang yang diluar. Padahal Key ingin bermain dengan saudara-saudaranya. Bertukar cerita dengan Amanda seperti biasanya diluar, bermain kembang api dan memakan banyak makanan bersama-sama.

"Key, ayo main main kembang api, aku beli banyak!" Seru gadis kecil yang masuk ke dalam kamar Keytasha sembari membopong kotak kembang api berukuran besar ditangannya.

"Key gak bisa mbak." Sahut Key

Amanda mendekat, ikut naik keranjang bergabung dengan Key dan neneknya. Dia menatap mereka bingung. Amanda tidak tahu kenapa Key menangis, padahal dia sudah membelikan Key kembang api banyak biar bisa main puas, tapi kenapa Key masih menangis.

"Eyang, Key kenapa?"
"Enggak apa-apa, sayang."
"Amanda udah beliin Key kembang api banyak, tapi kenapa Key masih nangis?" Jawab Amanda sesegukan.
"Ini bukan karena kembang apinya kurang Amanda, Key cuma lagi gak enak badan aja." Jelas Kayah.

Amanda berhenti menangis, melihat wajah Key sendu, dia mendekatkan tubuhnya pada Key dan memeluk saudaranya itu erat. "Key, jangan nangis, ayo main. Key pasti seneng." Ucapnya semangat.

Key tak sampai hati menolak Amanda, apalagi gadis itu sudah membawa banyak kembang api untuknya.

"Ayo, Key mau main." Jawab Key akhirnya, ia mengusap air mata yang membuat matanya menjadi bengkak, Kayah tersenyum akhirnya mereka keluar.

Key langsung menarik Amanda menuju halaman, berlari agar tidak bertemu dengan Prih dan Tohirin.

Amanda semangat membopong semua kembang apinya. Key menyalakan lilin. Mereka berdua tertawa riang memutarkan kembang api.

"Key." Key menegok kesuara lembut itu, matanya nanar. Andai Key bisa memeluknya.

"Bunda pamit dulu ya, udah malam." Key hanya mengangguk. Tangannya terulur untuk menyalami ibunya. Walaupun Key tidak ingin berinteraksi, tetap saja dia sudah diajarkan itu saat masih kecil. Key beralih ingin meraih tangan Tohirin juga, tangannya sudah terulur. Namun pria itu mengabaikan tangan Keytasha dan malah menghampiri Amanda untuk menyambut tangan Amanda yang ingin menyalaminya.

AKSARA BUMI (REVISI)Where stories live. Discover now