SATU• terima atau tidak?

2K 351 203
                                    

-
-
-
D

i usia muda penuh semangat ini, tentu saat yang paling membahagiakan adalah saat pulang sekolah, suara bel yang berdering mampu membuat mata yang mengatup terbuka lebar. yes! rasanya ingin cepat pulang kerumah, tidur, makan, jalan with pacar dan lainnya. Namun berbeda dengan Sella Syahila, cewek manis satu ini selalu saja melakukan ritualnya yaitu menyendiri di taman kota Jakarta.

Sella sudah seperti penunggu tempat itu, hampir setiap waktu pasti dia ada disana, tak berbuat apa-apa hanya berbaring dengan pemikiran kosongnya. Modernnya ini di sebut menyatu dengan alam.


Taman itu cukup sepi, tak kalah sepi dengan kuburan umum. Taman itu tak cukup luas mungkin hanya sebesar lapangan bola dan ia terletak di tengah-tengah antar 2 SMA terbaik di Jakarta.

Tepat di samping bagian kanan adalah SMA Bima sakti, SMA dengan berbagai fasilitas ditawarkan, seperti lapangan tenis, basket, futsal, kolam renang, cafe, guest house, masjid, klinik dan lain-lain. So dengan sederet fasilitas lengkap bak hotel, itu tentu diperlukan biaya tak sedikit untuk bisa masuk di SMA Bima sakti.

Dan, di samping kiri taman adalah SMA negeri, jika di pandang dari segi fasilitas jelas kalah telak dengan SMA Bima sakti. Namun dari segi pengajaran dan tata krama SMA negeri tak kalah dari SMA mana pun.

Bak pelangi di tengah pemandangan tepi pantai, sebuah pahatan yang di lukiskan indah. Kata cantik kata tempat untuk Sella, gadis dengan seragam sekolah SMA Negeri kemeja putih dan rok kotak-kotak berwarna biru malam. Gadis gaje yang baru saja berlari, dia kelelahan dengan napas tak beraturan kehabisan tenaga dari kegiatan lari yang tak ada alasan jelasnya.

Sella terhenti sembari memandang pohon beringin besar, entah seberapa kali dia melakukan ini, dan dia selalu terpaku akan indahnya pohon besar itu, tak tau jelasnya indah di bagian mana, Sella tak bisa menjawabnya dia hanya menyukai setiap kali pohon itu menghembuskan dedaunannya. Pohon besar yang menjulang tinggi di tengah-tengah taman. pohon itu juga merupakan saksi bisu tumbuh kembang Sella selama ini, pohon yang nyaris setiap hari Sella kunjungi itu juga merupakan tempat Sella bersandar untuk melepas penatnya.

Sella terlihat menggenggam erat tali ransel yang ada di punggungnya, ransel itu dapat diperkirakan memiliki berat berkilo-kilo, karena membawa satu toples permen karet dan sekaleng soda.

Kata orang-orang Sella itu gadis yang sempurna. Dia memiliki paras yang tak ada di wajah Indonesia, dia memiliki kulit putih susu dan mata berwarna coklat, yang nyaris tidak ada pada warga lokal tempatnya. Jika model majalah di sandingkan dengan Sella, yakinlah tak akan Sella kebanting. Dia cantik dengan tubuh dan paras yang ideal. Rambut coklat terawat, bibir kecil merah muda yang bisa memancarkan senyum karismatik, gigi putih nan sejajar, lesung pipi dan di tambah lagi dengan sepasang mata yang tajam jelas makin mempertegas kalimat awal adalah kebenaran.

Jarum jam menunjukan pukul satu saat Sella melihat benda yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. ia pun secara perlahan melepas ransel hitam yang melekat ditubuh belakangnya. Dan, ia tak lupa melepas jaket hitam berlogo BTS yang merupakan pemberian hadiah ulang tahun dari ibunya yang mengikat di pinggul, lalu menaruh nya direrumputan dengan asal asalan.

tak lama kemudian dia mengambil sebungkus permen karet kesukaannya betul pada toples besar. Perlu di catat permen karet udah menjadi makanan pokok bagi dirinya setiap hari, dan puluhan bungkus permen karet bisa kalian jumpai di saku seragam sekolahnya. Jorok? Yaaaa begitulah..

Sella membuka sebungkus permen karet, dengan percaya diri Sella melempar permen karet keatas, kearah langit yang cerah.

Haapp... dengan gesitnya Sella menggerakkan kepalanya kekiri mengikuti arah permen karet yang akan mendarat dan ia pun berhasil memasukan permen karet itu kemulutnya.

Marsella (1)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant