Kereta Jogja

2.1K 479 21
                                    

▪️12 Hari Lagi


Kebiasaan banget dah, cabut ke mana sih? Bimbingan?

Revel mendapatkan pesan tersebut dari Wendy. Sampai waktu merangkak setengah jam, ia tidak kunjung membalas. Pertama, ia bingung. Kedua, bingung juga. Ketiga, bingung terus.

Tidak mungkin ia bilang bahwa dirinya sedang di kereta, menuju Yogyakarta. Oke kalau Wendy tidak banyak tanya. Kalau sebaliknya? Bisa fatal. Masak iya seorang Revelio Ismail mau-maunya mengantar Yeriana pulang keluar kota. Atau malah jauh lagi, bisa-bisa Wendy tahu siapa Yeriana sebenarnya. Uh, itu akan jadi pertanyaan besar! Revel belum kepikiran untuk mempersiapkan jawaban logis.

Saya ada urusan yang lebih penting, akhirnya Revel membalas begitu.

Tak kurang dari satu menit Wendy menjawab, beneran? bukan karena lo nggak enak kan, Bang? Senior angkatan lo yang datang memang  Bang Fadel sama Kak Aghis doang.

Itu juga bisa dijadikan alasan. Kata Revel dalam hati. Ia merasa tidak pantas ada di syukuran ulang tahun Gisel. Tidak enak rasanya menjadi senior yang belum kunjung lulus. Revel takut pada tatapan-tatapan penuh penilaian itu.

"Kasihan belum lulus."

...

"Kok, skripsinya belum selesai juga?"

...

"Dia pasti hanya berleha-leha makanya tidak kunjung beres."

...

Oke, mungkin itu hanya pikiran buruk yang tercipta oleh kecemasan Revel. Tapi entahlah. Meski mereka tidak pernah mengatakan itu, Revel bisa merasakannya.

Salam saja untuk yang lain. Saya sudah minta maaf pada Gisel. Oh iya, jangan lupa berikan kado yang kita beli kemarin, ya.

Revel tidak berminat membalas lagi jika Wendy masih bertanya. Sehingga dimasukkanlah ponsel ke saku jaket.

"Khhhhrrrkkk."

Revel cukup terkejut oleh suara dengkuran yang cukup keras. Pelakunya adalah setan kecil yang semalam menerornya. Ya, dialah Yeriana.

Gadis itu langsung tidur ketika kereta mulai bergerak. Ia yang duduk di sisi jendela, menyandarkan kepala ke kaca. Matanya memang rapat sepenuhnya. Tapi tidak dengan mulutnya. Bagian itu terbuka lebar, bahkan mengeluarkan dengkuran keras. Pfft!

Ide licik lantas melintas di benak Revel. Cowok itu membuka fitur rekan video menggunakan ponsel. Satu menit lamanya Revel mengabadikan cara Yeriana tidur. Sambil menahan tawa ——karena rupanya Yeriana mulai ngiler—— ia terus memastikan video yang dibuatnya terlihat fokus pada sang pelaku.

Dilihat-lihat, Yeriana ternyata punya dua tahi lalat di wajah. Satu di pangkal hidung atas. Satu lagi di tulang pipi dekat telinga kanan. Filtrum, alias lekuk vertikal antara hidung dan bibir milik Yeriana tampak tegas. Waktu Yeriana berkopi darat dengan Wendy, Revel sempat melihat gadis itu tertawa. Gelaknya mengingatkan Revel pada seseorang. Yang mana ketika ia tersenyum setengah gusinya akan ikut pamer di antara deretan gigi. 

Aku dan Sang Pemusnah MasalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang