|12| Partner

113K 11.5K 874
                                    

Selalu ada hal baru yang ingin kita coba, tapi jangan lupa untuk memahami konsekuensi yang akan ditimbulkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selalu ada hal baru yang ingin kita coba, tapi jangan lupa untuk memahami konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Jangan terburu-buru.

Saat ini Lembayung tengah berada di kamar untuk mengistirahatkan badannya sejenak. Mungkin hari ini ia tak ada pemotretan, tapi ia tak bisa menyimpulkan dulu. Jadwal selalu berubah-ubah setiap saat, maka dari itu ia perlu memanjakan tubuhnya agar selalu sehat.

Perutnya pun sangat lapar saat ini, ia pun memakai kacamata yang selalu menutupi penyamarannya. Saat kakinya turun di tangga ke satu, ia melihat Zidan dengan baju santainya sudah berada di meja makan. Lembayung pun dengan santai duduk disampingnya.

"Baru pulang?" tanya Lembayung basa-basi.

Zidan pun menatapnya dingin, kemudian kembali fokus pada ponselnya.

Lembayung yang merasa tak mendapatkan jawaban pun menghela napas panjang. Berhadapan dengan Zidan, memang membuatnya kesal dan harus menerima sesak. Tanpa basa-basi Lembayung pun menyiapkan makanan untuk Zidan. Ia dengan telaten melayani sang suami walaupun Zidan tak menganggap dirinya ada.

Lembayung kemudian mengambil piring untuk dirinya. Namun sebelum ia mengambil nasi, suara dering ponsel membuat ia segera melihatnya. Ternyata yang menelponnya adalah sang manager. Dirinya pun memandang Zidan yang melihat ke arahnya juga. Dengan gerakan cepat ia berlari menuju kamarnya dan menutup pintu dengan sangat rapat.

Zidan yang melihat tingkah Lembayung hanya bisa menatapnya tajam. Kenapa hanya telepon ia mengangkat di lantai atas? Satu pikiran terbesit di kepalanya. Siapa yang menelepon Lembayung?

"Halo."

"Nanti malam ada pemotretan, say. Waktunya pukul 09.00 lo bisa?" tanya sang manager diseberang sana.

Lembayung pun berpikir sejenak. Ia tak mempermasalahkan jam, tapi ia takut jika pergi malam akan bertemu Zidan.

"Bayarannya lumayan besar, tau. Nanti juga ada partner untuk lo."

"Boleh. Jemput, ya."

"Siap, hati-hati keluarnya."

Tut.

Sambungan telepon pun terputus. Bertepatan dengan itu, Zidan membuka pintu kamarnya dan menatapnya tajam. Lembayung pun menatap Zidan was-was. Apa Zidan mendengar semuanya? Bagaimana jika Zidan tau dirinya yang sebenarnya? Rencananya untuk mendapatkan cinta sejati dari Zidan pupus sudah.

"A--da apa, kak?" tanya Lembayung gugup.

Zidan pun masuk dan menutup pintunya. Ia terus memandang Lembayung dengan tatapan tajam. Bahkan jarak mereka pun sangat dekat karena Zidan terus melangkahkan kakinya menuju dirinya.

Marriage QueitlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang