|10| Tengah Malam

115K 11.4K 1.1K
                                    

Diam-diamMungkin dalam diam kau sudah mulai mencintai dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam-diam
Mungkin dalam diam kau sudah mulai mencintai dirinya.
Layaknya cinta Fatimah kepada Ali.
Mungkin sekarang kau tau bisa memilikinya, tapi bukankah Allah maha membolak-balikkan hati seorang hamba-nya?

Lembayung menutup laptop setelah memeriksa tawaran pekerjaan juga penghasilan dirinya. Dengan rasa kantuk yang menyerang, ia menidurkan badannya di kasur yang lembut dan empuk. Matanya perlahan-lahan terpejam ketika rasa kantuk semakin membesar.

Dirinya kembali terjaga saat suara ketukan pintu semakin lama semakin kencang. Ia menengok ke arah jam. Pukul sudah menunjukkan 12.00 malam. Ia merasa merinding terlebih lagi Zidan sedang tidak ada di rumah.

"Cupu, bangun!" teriak Zidan sembari menggedor pintu kamar Lembayung sangat kuat.

Mengetahui Zidan lah yang mengetuk pintu kamarnya, ia pun segera memakai kaca mata dan wik yang selalu membalut penyamarannya. Dengan sempoyongan dirinya pun membuka pintu dan menemukan Zidan dengan wajah cool menatapnya.

"Lama banget, sih," decak Zidan.

"Maaf, aku ngantuk banget, kak," balas Lembayung sembari menguap.

Zidan pun hanya tersenyum miring.

"Buruan masakin gue. Gue lapar abis pulang maen," pinta Zidan pada Lembayung.

Lembayung pun menatapnya tak percaya. Tengah malam begini ia di bangunkan hanya untuk memasak? Yang benar saja. Besok dirinya kembali ke sekolah, bagaimana jika dirinya kesiangan gara-gara ini.

"Tapi ----"

Zidan pun langsung menyambar ucapan Lembayung yang ingin menolaknya.

"Buruan! Gue minta lo yang masak!" pekik Zidan sembari mendorong tubuh Lembayung.

Dengan perasaan kesal setengah mati, Lembayung pun turun dari tangga menuju dapur. Ia pun memasak apa yang ada di kulkas untuk Zidan.

"Rasain lo," ucap Zidan tersenyum  kemenangan.

Zidan pun ikut turun dan duduk di meja makan sembari memainkan ponselnya. Ia tampak acuh ketika Lembayung memasak sembari menahan rasa kantuknya. Tak ada rasa kasian pun dalam hatinya. Yang ada hanyalah rasa kepuasan juga senang karena mengerjai Lembayung.

Hanya butuh waktu beberapa menit hingga sebuah sajian spaghetti carbonara tersedia di depan wajah Zidan. Mencium baunya yang lezat membuat Zidan mengalihkan pandangannya pada spaghetti yang terlihat mengiurkan itu.

Marriage QueitlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang