|2| Kenyataan pahit

147K 13.3K 2.7K
                                    

Memang harus begini menerima semua kenyataan yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang harus begini menerima semua kenyataan yang ada. Aku takut berbicara akan merusak suasana yang ada.

Meninggalkan ocehan tak jelas dari ratu bully, mereka berdua menuju ke kelas mereka. Beberapa menit lagi suara bel akan berbunyi membuat mereka berdua mempercepat langkahnya.

Sepanjang perjalanan, Dewi sibuk memperhatikan penampilan sahabatnya. Walaupun terlihat cupu, tapi tetap cantik. Hanya saja kulitnya yang coklat dan rambut yang kusut membuat dirinya terlihat seperti gembel. Ralat. Seperti orang yang tidak mandi beberapa hari.

"Kenapa? ada yang salah sama gue?" tanya Lembayung pada Dewi yang menatapnya seperti menilai.

"Ada," jawab Dewi polos. Ia kembali memperhatikan secara lekat wajah sahabatnya itu.

Lembayung memberhentikan langkahnya. Memutarkan tubuhnya seperti poros yang bergerak. Dengan mata yang memincing ia mencoba untuk bertanya pada sahabatnya. Apa penampilannya tak terlihat cupu? Atau warna kulit dirinya yang memudar? Yang jelas ini seperti sebuah hubungan yang menggantung, sangat membingungkan.

"Apa? warna kulit gue luntur?" tanya Lembayung memperkecil suaranya di kata terakhir.

"Enggak. Gue heran. Lo itu kenapa gak mau lawan Rachel, sih? gue gak tega liat lo begitu terus," tutur Dewi dengan sangat serius.

Astaga. Dirinya pikir penyamarannya sedikit mengalami perubahan. Ia Menghela napas sejenak. Bisa saja ia melawan kata-kata wanita itu, tapi kembali lagi ke tujuan awal dirinya. Mencari pria yang benar-benar tulus mencintai dirinya tanpa memperhatikan fisiknya. Jika ia melawan wanita itu maka gagal sudah semua usaha yang ia lakukan.

Lembayung pun memusatkan pandangannya ke semua arah. Ternyata koridor ini sangat sepi. Kemudian ia menjawab, "gue gak papa. Biarin dulu mereka berkarya. Ada saatnya gue balas mereka, tapi gak sekarang. Tujuan gue belum tercapai masa gue mau mati gitu aja. Ibarat seseorang yang minta kejelasan sama pria, tapi tak kunjung ia dapatkan, begitu juga gue. Sebelum ada pria yang tulus sama gue, gue gak akan berhenti gitu aja."

Dewi pun bertepuk tangan dengan sangat kuat ketika mendengar kata-kata sahabatnya itu. "Gila. Salut, gue."

"Gue minta sama lo jangan emosian, Wi. Gue beneran gak papa, kok. Orang cantik, mah, kuat," ucap Lembayung sembari terkekeh.

"Cantikan gue kemana-mana, dah," cibir Dewi dengan tingkat kepedean setinggi awan.

"Sialan, lo," balas Lembayung sembari berlalu begitu saja.

Dewi yang melihat sahabatnya berjalan lebih dahulu segera mengejarnya. Main tinggal-tinggal saja. Keduanya pun memasuki kelas dengan bergandengan tangan. Jika di kelas Lembayung akan memainkan perannya sebagai seorang cupu. Ia hanya akan berbicara ketika ada yang mengajaknya berbicara. Jika tidak ia hanya akan membaca buku.

Marriage QueitlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang