Chap. 1

50 6 0
                                    


Khalisa Putri Maharani  namanya. Gadis berumur 14 tahun gadis lugu yang berasal dari keluarga sederhana dan pas pasan. Tinggal bersama dengan Ayah Ibu serta Adiknya. Ayahnya pedagang kaki lima dan Ibunya seorang ibu rumah tangga.

Khalisa sudah terbiasa untuk berjuang sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan. Entah dengan menabung dari uang jajan yang hanya 2000 atau dengan mengabaikan waktu mainnya agar bisa membatu orang tua dengan harap cepat mendapatkan hal yang ia inginkan.

Sejak kecil Khalisa dididik untuk mandiri,berjalan diatas kaki sendiri tapi sayang Ayah dan Ibu lupa mengajarkan Khalisa tentang kejujuran.

Khalisa tumbuh menjadi gadis dewasa yang selalu menutupi kelemahannya di depan semua orang. Dipaksa kuat menjalani hidup dengan lika liku yang seharusnya bukan tanggungannya.

"Lisa, Bisakah kamu pergi ke pasar untuk membeli beberapa barang?"

Suara itu seketika memecahkan keheningan di kamar nya. Kamar yang berlatar baby blue tak banyak ornamen didalamnya.

Layaknya kamar pada umumnya ada tempat tidur untuk beristirahat,Lemari untuk menaruh pakaian dan juga rak dan meja buku yang menjadi tempat favoritnya ketika banyak hal tak lagi dapat terucap.

Ya,Khalisa banyak menghabiskan waktu di kamarnya. Kalaupun ia keluar mungkin hanya karna organisasi nya dan teman temannya.

"Iya bu" jawabnya bergegas meninggalkan ruang ternyaman untuknya. Saat ia keluar tak ia temuka sosok ibu yang memanggilnya tadi

Ia mencari ke teras depan tak kunjung ada. Pertanyaan yang muncul di kepala juga cukup membuatnya kesal.

"Kemana sih ibu" gerutunya pada ibu yang tak kunjung datang

Khalisa bukan seseorang yang tepat untuk diminta menunggu sendiri. Ia akan merasa sangat bosan jika harus menunggu dalam waktu yang tak pasti.

Tak lama sosok wanita yang ia tunggu menghampirinya dengan tangan yang menggenggam spatula,rambut yang acak acakan serta apron putih yang dipakainya.

Ibu, iya itu ibu
Ibu memberikan sejumlah uang dan catatan apa yang harus Khalisa beli. Lalu tak lupa pesannya.

"Hati hati dijalan. Jangan lama lama ya ibu membutuhkannya"

Khalisa hanya mengangguk setuju. Digapainya kunci motor yang ada di meja tv lalu bergegas keluar. Tak lupa juga ia kenakan jaket maroon kesayangannya.

Jarak dari rumah ke pasar memang tak begitu jauh. Tapi enggan rasanya untuk berjalan di bawah teriknya matahari pukul 11.00 itu.

Tak butuh waktu lama, suasana ramai suara pedangan menarik pembeli untuk membeli dagangannya sudah terdengar.

Diparkirkannya motor berwarna hitam dihalaman pasar tersebut. Lalu dengan langkah cepat nya ia segera mencari penjual yang menjual apa yang ia butuhkan.

Cabe✔
Tomat ✔
Bawang Merah✔
Bawang Putih✔
Daun Salam✔
Jeruk Nipis✔

Setelah apa yang di minta ibu terpenuhi semua. Ia pun menyusuri jalan menuju motornya. Namun kejadian tak disangka nya terjadi.

Ia melihat 2 orang sedang berkelahi dengan salah satunya menjadi dominan dan yang satunya berdarah darah. Tak ada yang dapat memisahkan keduanya.

Khalisa pun lemas,jantungnya seakan berdebar lebih cepat. Keringatnya jatuh tak tertahankan. Lalu seseorang melihatnya dan membantunya untuk menepi.
Dibuatkannya Teh Manis harap harap Khalisa akan membaik.

Tak ada yang bisa dilakukan. Hanya duduk dengan wajah pucat dan keringat yang tak henti hentinya menetes dari pelipisnya.
Kejadian yang mengingatkan ia akan masa lalunya. Sungguh miris

"Neng sudah baikkan?" Tanya ibu warung yang membantunya
Meleburkan bayangan masa lalu yang seketika terputar kembali saat melihat kejadian itu

"Udah bu,Terimakasih ya.Ini uang Teh manisnya"  balas Khalisa dengan kondisi yang sudah cukup membaik

"Iya neng. Hati hati dijalan ya" pesan ibu warung
Hanya di balas anggukan oleh Khalisa

Ia pun sampai di depan motornya. Sesampainya ia tak langsung mengendarainya melainkan duduk memantapkan hati agar tak terjadi apa apa

Setelah mantap. Ia pun mengendarai motornya dengan kecepatan standar bahkan sangat pelan. Karena Khalisa tidak ingin merepotkan siapapun.
Termasuk Ibunya

Sesampainya di rumah ia disambut dengan adiknya yang sedang bermain bola di halaman rumah.

"Kak,ditunggu ibu didalam" ucapnya ketika Khalisa turun dari motornya
Lagi lagi Khalisa hanya mengangguk

Dilepasnya jaket maroon yang menempel di badannya lalu bergegas menemui ibunya di dapur dengan membawa barang yang sudah diminta oleh ibu

"Buu " panggil Khalisa sesaat sebelum ia duduk dan meminum air dia meja makan

Ibu pun menoleh lalu mencecarnya dengan berbagai pertanyaan mengapa Khalisa begitu pucat dan lemas.
Khalisa pun bercerita tentang apa yang ia lihat di pasar tadi.

Lalu ibu hanya tersenyum dan melanjutkan kesibukannya.
Khalisa yang merasa tugasnya sudah selesai memutuskan untuk kembali ke ruang nyamannya.

Berkutik dengan banyak buku membayangkan semua hal bisa terjadi. Memikirkan masa depan. Kadang juga ia marathon film seperti remaja lainnya.

Khalisa memang seseorang yang mudah bergaul tapi bukan berarti hidupnya hanya tentang dia dan kawan kawannya. Banyak waktu yang ia habiskan sendiri terutama dirumah.

Sesampainya dikamar. Khalisa mengambil sebuah novel. Novel Hujan karya Tere Liye yang belum slesai ia baca. Novel ini mengajarkan kita banyak hal yang terjadi saat Hujan. Kehilangan Pertemuan,Persahabatan yang sangat apik dikemas.

Sebenarnya bukan hal yang sulit bagi Khalisa menyelesaikan banyak novel tapi entah mengapa belakangan ini sangat sulit untuk menyelesaikan novel itu.

Rak buku yang penuh akan novelnya yang sudah ia baca. Sedikitpun ia tak lupa jalan cerita setiap novel yang ia baca.

"Khalisa kamu dimana?" 12.02
"Khalisa ketemu yukk " 12.05
"Khal...."  12.10
"Kemana sii gk ada kabar" 20.10

Dentingan hp Khalisa yang membuatnya membuka hp itu. Tak butuh banyak waktu untuk membalasnya. Sebuah pesanpun sudah dikirimnya.


"Aku dirumah,fi . Sore ini jam 4 kutunggu dirumah"

Tak banyak basa basi memang. Tapi itu terjadi hanya jika Khalisa dirumah sedang dalam mode tidak baik.

Tak banyak yg mengenal Khalisa dengan baik. Setiap di tanya bagaimana pendapatnya tentang aku. Pasti 90% menjawab aku judes dan galak.

Padahal tidak semuanya benar. Itu hanya soal waktu. Waktu untuk mengenal lebih dalam siapa aku.

Setelah sekian lama membaca rupanya mataku sudah penat. Dan tanpa sadar aku tertidur dengan buku yang masih ada ditanganku dan posisi duduk di kursi meja belajarku.

***
03.00 PM

Tersentak ia lalu duduk dengan posisi yang benar. Menghela nafas lalu sadar akan janji pertemuannya dengan Raffi.

***
Gimana cerita barunya?

Comment ya

Terima saran dan kritiknya

❤❤❤

#riyuni_

KHALISADove le storie prendono vita. Scoprilo ora