[211219]

2.1K 331 68
                                    

Ruang tengah ramai dengan suara Jungkook dan Miku yang sibuk bermain. Anak dan ayah itu tampaknya bersenang-senang sebelum keberangkatan ke New York beberapa hari kemudian. Beberapa kali Mia yang berada di dapur mendengar sorakan si kecil, disusul suara tawa sang suami.

Sepuluh menit berkutat dengan tepung, telur, mentega, gula dan mixer, Mia akhirnya memasukkan adonan kue ke dalam panci serbaguna yang baru dibeli. Dilepasnya celemek, lantas merapikan meja dari segala kericuhan yang ia buat dengan bahan-bahan tadi.

"Harum sekali."

Si cantik menoleh, tersenyum dan menghampiri Jungkook yang menggendong Miku. "Semoga saja kali ini jadi," katanya, lalu mengambil alih si putri kecil yang terlelap di bahu sang ayah.

"Nanti kecilkan saja apinya." Mia berpesan sebelum membawa Miku ke kamar.

Jungkook mengangguk. Ia mendekat ke panci, memerhatikan adonan yang mulai mengembang dan menebar wangi yang membuat cacing di perut bersorak riang. Lupakan soal diet, dia ingin kue sekarang.

Di kamar, pelan-pelan Mia merebahkan Miku. Rambut lurus yang mirip dengan yang ia punya diusap pelan, lantas kening si kecil dikecup. "Good night, Sayang," bisiknya.

Selesai menyelimuti dan mematikan lampu utama, Mia pun kembali menuju dapur.

"Sudah dikecilkan apinya?" Dia langsung bertanya, membuat Jungkook memalingkan kepala.

"Sudah. Tapi kuenya mengecil, padahal tadi tinggi," lapor si tampan dengan raut bingung.

"Benarkah?" Buru-buru Mia melihat, dan benar saja kuenya mulai mengecil. Segera ia mematikan kompor dan membuka tutup panci, tapi bau gosong malah tercium, bercampur dengan harum yang membuat lapar.

"Yah... gosong," keluh si cantik ketika sudah mengeluarkan kue dari loyang.

Jungkook menggaruk kepala. Kue buatan Mia terlihat lucu, kecil dan gosong di bagian bawah. Padahal tadi dia sempat melihat kue itu mengembang tinggi. Tapi kalau soal harum jangan ditanya. Meski ada bau gosong, tapi bau yang menggoda selera lebih dominan.

"Aku mau." Jungkook menatap lapar ke kue yang menciut.

"Tapi kuenya--"

"Yang gosong kan cuma di bagian bawah." Dengan semangat lelaki Jeon itu mengiris kue. Bagian gosong dibuang, dan yang tersisa digigit cepat.

"Ini enak, serius!" Jungkook membulatkan mata. "Aku mau lagi."

Mia menatap datar. "Bodoh!" makinya pelan.

Sang adam tertawa kecil. Irisan yang sudah ia pisahkan dari bagian gosong disodorkan ke Mia terdiam. "Kuemu memang enak," ucapnya tanpa ada rasa marah.

Ragu, Mia menggigit kue di tangan Jungkook, diiringi senyum lelaki itu tentu saja.

"Bagaimana?" tanya sang adam yang tergelitik rasa ingin tahu.

Wanita Jeon itu mengangguk. Kuenya memang enak, Jungkook tidak bohong. Yang minus di sini hanya bentuk, sisanya oke.

"Enak, 'kan?" Jungkook tersenyum, kemudian kembali mengiris kue dan menaruhnya ke piring. "Ini cemilanku malam ini. Jangan diambil!" katanya tegas.

"Tapi--"

"Ditambah susu coklat hangat, ini jadi sempurna."

Si cantik Jeon melipat tangan kesal. Bibirnya mengerucut lucu, membuat sang suami yang berniat mengambil tempat penyimpanan susu menoleh. Lelaki itu mengerjap, tapi tiba-tiba langsung mengacak rambut sang hawa.

"Aigoo! Jangan imut begitu!" gerutunya dengan wajah merona.

"Kenapa? Kau tergoda? Atau mau marah?" oceh Mia seraya merapikan rambut yang berantakan.

"Iya, aku tergoda. Jadi, bisakah kita melakukannya seronde?" bisik si tampan dengan ekspresi jahil.

"Tidak. Aku sedang libur melayani."

Jungkook mencebik. Sekali lagi, dia mengacak rambut Mia, baru setelahnya membuat dua gelas susu coklat hangat yang akan jadi teman mengobrol mereka di malam minggu.

"Kau mau di sini atau di depan?" tawar lelaki Jeon itu ketika minumannya sudah selesai dibuat.

"Depan."

Melangkah duluan, Jungkook pun membawa nampan yang berisi susu dan kue. Mereka duduk di sofa, tapi oleh Jungkook Mia malah ditarik agar duduk di depannya. Ah... posisi yang sangat intim.

"Hangat." Ia berbisik, lantas mengecup ceruk leher yang harum parfum. "Sayang... jangan terlalu sering pergi," pintanya kemudian dengan lirih.

"Why? Kau kesepian?" Mia mengusap rambut suaminya tanpa perlu melihat ke belakang. Helaian halus merasuk di sela-sela jari, membuktikan bagaimana hasil perawatan si tampan selama ini.

"Mm, aku kesepian."

Mia tak menjawab. Dia tahu maksud Jungkook, dan dia juga sadar, belakangan ini dirinya memang terlalu sering pergi untuk mengurus toko onlinenya.

"Aku tahu kau marah karena selalu kutinggal tanpa pamit. Aku juga tahu kau menangis karena itu. Tapi kumohon, bertahanlah. Aku bekerja untukmu, untuk Miku, untuk kita semua."

Mia diam. Lidahnya kelu mendengar permohonan dari si tampan Jeon.

"Jika ini caramu menghukumku, maka tolong berhenti. Aku tersiksa saat tak menemukanmu di rumah ini setiap kali pulang."

Bagai ada kawat berduri di tenggorokan saat Mia menelan ludah. Setelah sekian lama tak bicara sedalam ini, Jungkook malah menyampaikan sebuah permohonan yang mengiris perasaan.

"Jung...."

"Aku senang kau punya kesibukan selain di rumah. Aku juga senang kau bisa menghabiskan waktumu dengan hal berguna. Tapi aku juga merasa kehilangan dan kesepian."

Mia menyeka air mata yang sempat jatuh. Dia berbalik, langsung tersenyum dan menangkup pipi sang suami.

"I love you," ucapnya lebih dulu. "Terima kasih sudah menyampaikan perasaanmu. Aku akan coba penuhi," sambungnya tulus.

Jungkook balas tersenyum, meraih tangan halus si cantik, kemudian mengecupnya dengan khidmat. "Aku menyukaimu. Sangat-sangat menyukaimu," katanya sungguh-sungguh.

"Terima kasih."

Mata kelinci Jungkook menatap lurus ke wajah cantik sang istri. Diusapnya pipi yang mulai tirus, lantas dikecup lembut. "Maaf jika aku terdengar egois," sesalnya tak enak hati.

"It's okay. I still love you." Mia tertawa.

Lelaki tampan itu tersenyum. Dipeluknya tubuh mungil nan hangat sang istri seraya membisikkan kata cinta. Mia tak menjawab, hanya membalas pelukan dan menyurukkan wajah ke dada yang bidang.

"Ah... aku mau makan kue, tapi aku tidak mau melepas pelukan ini." Jungkook tiba-tiba bicara, membuat Mia yang di dadanya tertawa kecil.

"Aku juga tidak mau dilepas," sahut wanita Jeon tersebut.

"Benarkah?"

"Mm. Pelukan suami yang terbaik!"

"Aigoo, istriku sayang."

Ruang tengah itu mulai menghangat. Dan jika saja dinding dan semua benda yang ada bisa menyampaikan perasaan, mereka pasti sudah bersorak gembira. Pemilik mereka memang yang terbaik dalam hal berbau romantis.

"Jung."

"Hmm?"

"Ayo buat adik lelaki untuk Miku."

—FIN—

Hope you like this story

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now