July 14th, 2019

2.4K 376 48
                                    

Jam 12 tepat.

Mia menyendok sepotong kue yang dibuatnya bersama sang ibu, lalu menyuapkan ke mulut. Hatinya campur aduk, disebabkan oleh Jungkook tentu saja. Lelaki itu, membuatnya marah karena pergi tanpa pamit—lagi—dan dia tidak diizinkan untuk menyusul.

Jujur, Mia sedikit stress akibat hal tersebut. Mendekati hari ulang tahunnya, Jungkook bukan memberi kebahagiaan, tapi malah rasa kesal berkelanjutan. Seperti malam ini, hingga jarum panjang menunjuk angka dua, si tampan tak ada tanda-tanda untuk menghubungi. Padahal dia sudah berharap Jungkook adalah orang pertama yang mengucap selamat ulang tahun.

"Terserahmu saja," desah si cantik sambil bangkit dari kursi. Dia ingin tidur sekarang.

Tetapi, saat hendak mengambil minum di kulkas, sebuah panggilan video masuk. Sejenak dia tertegun diam, tapi kemudian menggeser tombol menolak panggilan. Hanya saja, Jungkook bukan orang yang pantang menyerah. Panggilan video kembali masuk dan orang yang menghubungi masih sama.

Mia, dia tetap menolak panggilan berulang kali.

Ada satu pesan yang masuk. Isinya menyuruh si cantik mengangkat panggilan tentu saja.

Mengembuskan napas, Mia pun menempelkan ponsel ke telinga. Kali ini Jungkook menghubungi lewat panggilan biasa.

"Mia? Sayang, aku—"

"Aku mau tidur."

Kalimat itu dingin, menusuk perasaan Jungkook yang sudah dihujani rasa bersalah sejak awal.

"Aku tahu kau marah." Jungkook berkata lirih, penuh penyesalan yang terdalam. "Maaf, aku tidak di sana mendampingimu," lanjutnya pelan.

"Tidak masalah. Ada Eomma, Appa, Oppa, Miku." Mia berkilah, coba menyembunyikan rasa sakitnya ditinggal Jungkook di hari ulang tahun.

"Kau boleh marah—"

"Aku sudah marah, dan itu tidak berguna."

"Mia...."

"Aku harus tidur." Mia meneteskan air mata. Hatinya benar-benar sesak sekarang.

Jungkook menelan ludah. "Happy birthday, My Queen," katanya lirih.

Mia tak menjawab, hanya menangis tanpa suara dan tak mengizinkan Jungkook untuk tahu.

"Jangan menangis...." Jungkook berbisik dengan suara bergetar saat mendengar tarikan napas Mia yang berbeda. "Ini ulang tahunmu," ucapnya lagi.

"Bodoh."

Ada tawa sumbang yang terdengar. "Aku mencintaimu," katanya setulus hati.

"Aku tahu." Mia menyeka matanya yang sembab.

"Jadi, bisakah kita video call sekarang? Ada—"

"Aku harus tidur sekarang."

"Mia...."

"Dan aku tidak mau ada video call untuk sementara waktu."

Jungkook diam.

"Dah... selamat malam."

"Mm, selamat malam."

Dengan begitu, panggilan selesai. Mia menarik selimut, merebahkan diri di samping Miku yang sudah lebih dulu terlelap. Dikecupnya kening si cantik, lalu mengusap pipi gembul yang menggemaskan.

"Terima kasih sudah menemani Eomma," bisiknya sungguh-sungguh.

Sekali lagi, ia mengecup si cantik semata wayang. Baru setelahnya ia coba memejamkan mata dan mencoba untuk tidur.

—♥—

Di lain tempat.

Jungkook termenung memandang kue ulang tahun dengan lilin angka 21 di atasnya, hal yang membuatnya terlambat menghubungi. Semula, dia berniat merayakan dengan Mia meski mereka berjauhan. Tetapi, mendengar perkataan Mia tadi, dia benar-benar sudah kehilangan kesempatan.

"Maaf," gumamnya sembari mengambil korek api dan menyalakan lilin tersebut.

"Semoga Tuhan selalu memberimu kebahagiaan dan bersedia memaafkan aku yang selalu menyakitimu,"—dia menarik napas—"I love you, Jeon Areum," lanjutnya.

Lilin ditiup, lantas ia tersenyum miris. Seharusnya momen ini mereka rayakan bersama, bukannya seorang diri seperti ini. Sungguh, rasanya sangat menyakitkan.

"Jungkook bodoh."

Mengabaikan lelah, lelaki Jeon itu pun menyandarkan punggung ke kursi. Kepalanya terdongak, sedang mata gelapnya melukiskan wajah cantik sang istri yang dirindu.

"I love you, so much."

—FIN—

Yeay! Selamat ulang tahun ke-20 buatku. Just hope all the best for me. And thank you so much for all 😊

Purple U 💜

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now