Mi Manchi

679 147 11
                                    

Minggu-minggu pelik. Jungkook sibuk, juga Mia. Hari-hari Jungkook habiskan di dorm dan gedung agensi, sibuk berlatih, rekaman dan beragam kegiatan lain yang berhubungan dengan lagu baru juga konser. Dia jarang pulang dalam dua minggu terakhir, memaksa Mia untuk paham dan membiasakan diri tanpa hadirnya di rumah.

Wanita muda itu tak membantah banyak, hanya mengingatkan agar Jungkook tetap bisa meluangkan waktu bersama Miku meski hanya sebentar. Awalnya Jungkook mengiyakan, berjanji akan menjaga waktu pribadinya di masa-masa golden age sang buah hati. Tetapi, janji itu memudar seiring waktu, menyisakan Mia yang mulai pening memikirkan suaminya.

"Mommy... Daddy tidak pulang lagi, ya?"

Mia tercenung mendengar pertanyaan Miku yang duduk di pelukannya. Mereka sedang berada di taman belakang, melihat beberapa bunga yang mekar sekaligus pemandangan langit sore. Ini hari kelima Jungkook tidak pulang, juga hari kedua si tampan tidak menghubungi sama sekali hingga matahari condong ke kaki langit sebelah barat. Biasanya, Jungkook rutin menghubungi mereka hingga dua sampai tiga kali sehari. Terakhir, adalah ketika dia merilis lagu kemarin malam.

"Mommy... Miku rindu Daddy...."

"Mommy juga rindu Daddy." Dikecupnya rambut si gadis kecil, lalu memeluk lebih erat. "Daddy sedang sibuk. Tapi nanti pasti Daddy pulang, Sayang."

Miku tak menjawab dan hanya cemberut memainkan jemari sang ibu. Dia ingin Daddy-nya, itu saja.

Memahami keinginan sang anak, Mia pun mengambil ponsel di meja samping dan coba mengirim sebuah pesan ke Jungkook. Syukur-syukur jika pesannya langsung dibalas.

"Mommy."

"Hm?"

"Daddy tidak sayang Miku lagi, ya?"

Deg!

Mencelos hati Mia mendengar pertanyaan random dari Miku. Bagaimana bisa gadis kecilnya berpikir sampai di sana?

"Daddy tidak pernah bermain dengan Miku lagi. Daddy langsung tidur ketika pulang." Miku menjelaskan uneg-unegnya tanpa diminta.

Mia, dengan hatinya yang tak karuan, hanya mampu memeluk dan memberikan pengertian sebisanya kepada Miku bahwa sang ayah lelah, jadi tidak sempat bermain. Tetapi, semuanya pasti akan kembali normal setelah kesibukan ini berakhir.

Si kecil Jeon tak berkata banyak, hanya mengiyakan ketika sang ibu bertanya apakah dia paham. Lantas, mereka mengakhiri kebersamaan di taman belakang dan menggantinya jadi ke ruang tengah yang lebih hangat. Apalagi kartun kesukaan Miku sudah tayang, membuat gadis kecil itu dengan cepat melupakan masalahnya tadi. Menyisakan sang ibu yang semakin bertambah pikirannya.

Berulang kali benda persegi dicek kotak masuknya, tapi tetap saja tulisan di bagian kontak Jungkook adalah 'offline', seolah laki-laki itu sudah melupakan ponsel sepenuhnya.

Di tengah Miku yang sedang asyik menonton, Mia terpikirkan dua orang yang mungkin bisa membantunya; Jimin dan Suga. Segera, ia mengirim pesan pernyataan apakah Jungkook ada di sana kepada keduanya.

"Mommy, kenapa jerapah lehernya panjang?"

"Ya? Kenapa sayang?" Mia bertanya, tadi pertanyaan Miku tak terlalu ia dengarkan karena fokus mengirim pesan ke Jimin dan juga Suga.

"Kenapa jerapah lehernya panjang?" Miku mengulang pertanyaan, kemudian menunjuk film kartun di TV  yang jadi sumber rasa penasarannya.

Mia berpikir sejenak, kemudian men-search di salah situs kemudian mendengarkan penjelasan audio. Lanjut, ia memberi tambahan sedikit-sedikit agar gadis kecilnya semakin paham.

Di tengah penjelasan, tiba-tiba sebuah notifikasi pesan muncul. Mia berhenti bicara dan langsung membuka pesan suara yang ternyata dari Jungkook.

"Sedang apa? Merindukanku, hm? Ah... aku minta maaf karena tidak sempat menghubungi, jadwalku benar-benar padat. Tapi kuusahakan untuk pulang secepatnya. I love you."

Juga ada foto yang dikirim oleh Jungkook, menunjukkan bahwa ia masih ada di ruang latihan.

"Nah... Miku sudah dengar sendiri Daddy sibuk, 'kan?" Mia mengusak rambut halus Miku, membuat si kecil langsung memanyunkan bibir.

"Ei... jangan cemberut,"--Mia tertawa kecil sambil mencubit gemas pipi gembul sang anak--"come on! Miku mau makan apa sekarang? Mommy buatkan!" rayunya kemudian.

Mata bulat Miku membesar, membuatnya benar-benar seperti Jungkook versi kecil. Menggemaskan dan lucu.

"Spaghetti!"

Dengan begitu, menu makan malam sudah ditentukan.

•----•

Malam hari. Setelah Miku tidur beberapa menit yang lalu, Mia pun sendirian di kamar. Semula, dia menaik-turunkan beranda sosial media, membaca beberapa hal yang dianggap menarik, tapi kemudian menutup aplikasi tersebut setelah merasa bosan. Buku novel yang dibeli beberapa bulan lalu adalah hal selanjutnya yang ia ambil. Membaca rangkaian kata yang membentuk cerita mungkin akan sedikit mengurangi jenuhnya sendirian.

Tepat setengah jam berlalu, layar ponsel yang berada di atas meja menyala. Mia, segera mengambil benda pintar tersebut dan mengerenyitkan kening saat membaca nama Jimin yang tertera.

"Mm, yeoboseo?" sapanya ketika sudah menempelkan ponsel ke telinga.

"Sedang apa?"

Mia memperbaiki letak gagang kacamata, lantas menatap buku sambil menyebutkan kegiatannya barusan. "Kenapa tiba-tiba menelepon?" sambungnya langsung.

"Aaa... itu, ada yang merindukanmu, tapi ponselnya sedang mati."

Tak urung, senyum simpul hadir menghias wajah si cantik Jeon. "Siapa?" tanyanya berpura tak tahu.

"Suamimu."

Terdengar tawa Jimin karena kalimat Jungkook barusan. Kemudian disambung dengan bunyi ponsel yang berpindah tangan.

"Annyeong, Bidadari Hatiku."

Sebutkan, gadis mana yang tidak akan meleleh jika dirayu dengan kalimat serupa di kala tengah merindu?

"Yak... memalukan." Mia merona, tapi tak dipungkiri bahwa ia senang dengan panggilan tadi.

Gumam panjang dari Jungkook terdengar, disusul dengan ia yang berkata, "Sepertinya besok aku bisa pulang."

"Benarkah?!"

"He-em, aku usahakan. Demi istriku yang cantik jelita. Juga si kecil yang lucu. Ah! Sampaikan salam sayangku dengan Miku, oke?"

Belum sempat Mia menjawab, Jimin sudah lebih dulu menyerobot obrolan dengan berkata, "Mia, kau tahu tidak? Jungkook di sini setiap sebelum tidur, pasti akan pergi ke kamar mandi dulu."

"Aku mencuci muka, Hyung!"

"Tidak ada orang yang mencuci muka sampai setengah jam lebih."

"Aku juga gosok gigi."

"No no no! Alasan! Lantai kamar mandi terlalu licin jika hanya dipakai untuk gosok gigi dan mencuci muka."

Mia tak kuasa menahan tawa mendengar perdebatan aneh dari dua pria dewasa di seberang telepon. Dia paham maksud Jimin (dan pembaca di sini juga pasti paham), tapi itu bukan masalah, bukan? Lagipula Jungkook memang sedang berada di masa-masa panas, jadi ketika berpisah cukup lama, ya... begitulah.

"Mia! Siapkan dirimu besok!" Jimin berteriak, kemudian tertawa gelak karena berhasil menggoda sang adik paling muda.

"Mi, sudah, ya? Bayaran memakai ponsel Jimin Hyung terlalu mahal. Kalau sempat akan kutelfon nanti. Bye, Baby!"

Dan sambungan terputus. Selesai. Mengembalikan Mia ke fakta bahwa dia sendirian malam ini. Ah... menyedihkan. Semoga saja benar besok Jungkook pulang.

--FIN--


Who misses NC stories?

[Jungkook x Mia]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن