(47) SWEET

300 15 11
                                    

2000+ word...
Vote sebelum baca bisa kan? :)

.
.

.
.

Keesokan harinya merupakan hari penantian bagi kami semua. Ya. Hari ini adalah hari di mana hidup ayahku dipertaruhkan. Antar hidup ataupun tiada. Aku sangat takut apabila terjadi apa-apa terhadap ayahku. Kalaupun itu terjadi, aiu tak akan tinggal diam.

Sudah satu jam kami menunggu di luar ruang operasi. Sampai sekarang belum ada informasi sama sekali dari dokter. Selama inikah, Ya Tuhan.

Beberapa jam kemudian, perawat pun keluar dari ruang operasi. Namun, ia keluar dengan keadaan yang sangat tergesa-gesa. Kami pun menahannya.

"Sus.. Apa yang terjadi?"

"Kali ini saya tidak bisa menjelaskan dahulu, nona.. Biarkan kami bekerja terlebih dahulu.. Kami jamin ayahmu akan baik-baik saja.."

"Bagaimana kami tidak khawatir melihat anda yang gelisah seperti ini, sus?"

"Baiklah.. Akan saya ceritakan sebentar lagi.. Tapi, saya mohon untuk tetap berdoa.. Saya akan segera kembali.." ucap perawat itu kemudian pergi.

"Ahh.. Ayah.. Bagaimana ini? Aku takut terjadi sesuatu pada ayah, Kak.." ucapku sambil bersandar di pundak kakakku.

"Kita harus terus berdoa, Lisa.. Semoga ayah baik-baik saja.."

"Ya Tuhan, selamatkan suamiku.. Aku mohon.." ucap ibuku sambil menangis dan memohon-mohon kepada Tuhan.

"Permisi, se-.. Hei, mengapa kalian semua menangis? Ada apa?" ucap seseorang yang tak lain adalah Marcell.

"Lisa ada apa? Ibu jangan menangis.." Ucap Marcell yang mengelus pundak ibu.

"Ada apa kak?"

"Tadi perawat tergesa-gesa. Dia tidak sempat menceritakan apa yang terjadi. Jadi, mereka semua takut kalau sesuatu menimpa ayah.."

"Oh, astaga.. Sudah sudah jangan menangis, ku mohon.. Kita harus terus berdoa agar operasi ini sukses dan ayah bisa kembali sembuh.. Percayalah, kakakku tidak akan mengecewakan kalian.." ucap Marcell yang meyakinkan kami. Kami pun berhenti menangis. Namun, lamunan lah yang menjadi pengganti hentian tangisan itu.

"Lisa.. Entah kenapa saat dirimu menangis tadi aku sangatlah tidak tega.. Ingin aku menghapus seluruh air matamu.. Namun aku tahu, ini tempat umum.. Aku tak bisa.. Aku harap aku hanya melihat mu menangis saat ini saja, Lisa.. Dan selanjutnya tidak.." batin Marcell sambil menatapku.

Beberapa menit kemudian, perawat kembali. Ia kembali dengan keadaan yang sama. Gelisah.

"Sus.. Ada apa tolong ceritakan.."

"Jadi begini, pak Anthony sekarang membutuhkan darah.. Kini stok darah di rumah sakit sedang tidak ada.. Kami mengira stoknya masih banyak karena semalam saya cek masih ada beberapa dan saya rasa cukup.. Tapi saat akan saya ambil tadi tidak ada.."

"Bagaimana sih, sus? Apa tidak bisa anda bekerja lebih baik.."

"Maafkan saya.."

"Sudahlah, saat ini ayahmu sedang butuh darah, Lisa.. Jadi, golongan darah Pak Anthony apa, sus?"

"AB (-)." aku terkejut mendengar itu. Sama.

"Apa ada yang golongan darahnya AB (-)?" semua menggelengkan kepalanya.

"Aku." ucapku buka suara.

"Kamu Lis?"

"Iyaa.. Sus, ambil saja darahku.. Apapun untuk ayahku.."

ALWAYS TOGETHER ✔Where stories live. Discover now