(42)

291 16 2
                                    

Tak lama kemudian, Jennie keluar dari kamar mandi. Melihat segala yang ada di kamarnya sudah tertata rapi. Dirinya sedikit termenung, karena ibunya selalu memperhatikan segala hal di rumah ini. Mulai dari pakaian, makanan, dan beres-beres rumah. Ia sedikit khawatir dengan kondisi ibunya apabila kelelahan nantinya. Sedangkan pembantu saja mereka tidak memiliki. Karena mereka tidak ingin merepotkan seseorang. Mereka ingin mandiri tanpa adanya bantuan.

Tapi, dengan dirinya yang bekerja dari pagi hingga malam hari, dan Ibunya yang setiap pagi selalu beberes rumah meskipun ada jam kerja setelah itu, pasti rasa lelah yang dialami ibunya akan bertambah. Ia yakin, jika ia membawa Yuri ke rumah ini, Yuri bisa meringankan beban ibunya. Yuri visa membantu beberes rumah dan selanjutnya baru pergi bekerja. Jadi, ia tidak perlu khawatir akan kondisi ibunya.

Namun, yang ia khawatir kan sekarang. Apakah, ibunya mau menerima Yuri sekarang?
Dirinya sempat bingung memikirkan hak tersebut, tapi dengan usaha apapun, dirinya akan menyatukan kedua insan ity kembali. Ia tak ingin perpecahan datang di tengah-tengah keluarganya. Ia benci akan PERPECAHAN.

"Pagi, Mam.." ucap Jennie sambil mencium kening Ibunya dan duduk.

"Mama udah bikinkan kamu sarapan kesukaan kamu... Sandwich dengan double cheese dan segelas susu coklat hangat buat kamu.." ucap ibunya sembari menyiapkan sarapan. Jennie tersenyum sambil melihat ibunya itu. Ibunya itu sangatlah KUAT. Ia tidak memperlihatkan kelelahannya meskipun dari pagi hingga malam badannya selalu bergerak.

"Terimakasih, Mam.." ucap Jennie kemudian menyantap makanan tersebut.

"Oh ya, Mam.. Jennie mau bicara.."

"Bicara aja sayang.." Ucap Ibunya yang masih sibuk mempersiapkan bekal untuk makan siangnya nanti.

"Mama...inga gadis bernama Yuri?" tanya Jennie uang tiba-tiba membuat ibunya tersentak dan perlahan-lahan membalikkan badannya mengarah kepada Jennie.

"Yu..Yuri?"

"Iya, Ma.."

"Memangnya kenapa sayang?"

"Dia..sepupuku bukan?" Mama kembali tersentak.

"Iyaa.. Coba ceritakan mengapa kamu menanyakan hal itu kepada Mama, apa tidak ada hal lain?"

"Bukan begitu,Ma.. Aku cuma mau bilang kalau Jennie udah tahu semua.. Jennie udah ingat semua yang diceritakan Oma.. Jennie ingat kejadian bertahun-tahun yang lalu.." Ucapan Jennie membuat ibunya terdiam.

"Apa dia ada di sini?"

"Dia bekerja di Cafe BLINK, Mam.. Dirinya baru menceritakannya kemarin.."

"Lalu? Sudah selesai bukan..? Ayo lanjut sarapanmu nak.."

"Tidak,Mam.. Sebentar.. Jennie mau bertanya.."

"Apa lagi sayang?"

"Apakah dia boleh tinggal di sini? Bersama kita.."

"Tidak.." ucap Mama yang langsung mentidakkan.

"Apa?"

"Ehh.. Bukan seperti itu sayang.. Tapi.."

"Please, Mam.. Boleh ya? Kasihan Yuri gak punya tempat tinggal.. Dia saja sekarang menginap di rumah temannya.."

"Bagaimana ya?" lirih Mama.

"Jeballl..."

"(Menghembuskan nafas kasar). Baik lah.. Dia boleh tinggal di sini.." ucap Mama dengan penuh pertimbangan.

"Terimakasih Maamm.. Mama emang wanita yang baikkkk banget.. Hehe.." Ucap Jennie sambil memeluk Ibunya.

"Hemm.. Sudah sudah.. Cepat berangkat kerja sana.. Ini udah jam 9 lebih.."

ALWAYS TOGETHER ✔Where stories live. Discover now