One

21.6K 988 35
                                    

“Brrm...” suara knalpot motor sport menghiasi arena track liar di jalanan ibukota Jakarta. Suara riuh redam dari para penonton balapan liar pun tak terelakkan, mengisi kesunyian malam yang sudah larut. Di tengah-tengah jalan terdapat dua buah motor sport yang siap sedia bersisian di posisi masing-masing. Yang satu berwarna merah-hitam dan yang satu lagi berwarna biru-putih. Di masing-masing kepala pengemudi motor telah terpasang helm full face yang menutupi keseluruhan wajah mereka, hanya menyisakan celah untuk mata yang tampak dari kaca transparan penutup helm.

Si pengemudi motor biru-putih melirik ke pengemudi motor merah-hitam dari celah helmnya, menatap lurus dengan tatapan menantang ke sepasang lensa hitam yang sekelam langit malam itu.

Are you ready to lose?” tanya si pengemudi motor biru-putih setengah berteriak, mengalahkan keriuhan sorak sorai penonton di sekitarnya.

In your sweetest nightmare! Be ready to eat my shit!” jawab si pengemudi motor merah-hitam dengan setengah berteriak juga.

Well, I love your guts,” tutup si pengemudi motor biru-putih sambil memandang lurus ke lini jalanan di depannya. Begitu juga dengan pengemudi motor merah-hitam. Mengambil posisi siap untuk melajukan motornya membelah jalanan track liar di hadapannya.

Ready?” seorang gadis cantik berpakaian minim berdiri di tengah-tengah keduanya sambil mengangkat tinggi sapu tangan checkered hitam-putih di tangannya.

“Set.” keduanya saling bertatapan dengan pandangan intimidasi satu sama lain untuk yang terakhir kalinya sebelum balapan dimulai.

Go!” suara riuh redam dari sorak sorai penonton menyemangati kedua pengendara motor itu, berbaur dengan suara bising dari deru motor sport yang dilajukan di atas kecepatan standard.

C’mon, baby! Let’s make that asshole eat our shit!” batin si pengemudi motor merah-hitam sambil terus memacu laju motornya.

Manouver-manouver ia terapkan dengan sangat sempurna, mengungguli si pengemudi motor biru-putih yang tengah mengumpat di belakangnya. Ia mengakselerasi lagi laju motornya, membelah jalanan ibukota yang lengang untuk balapan liar mereka malam ini.

Last round, dan dia benar-benar akan membuat si pengemudi motor biru-putih eat her shit.

Motor biru-putih itu tiba-tiba melaju sangat cepat, mensejajarkan diri dengan motor merah-hitam yang sedari tadi memimpin di depan.

Si pengemudi motor biru-putih tiba-tiba bergerak mendekat ke pengemudi motor merah-hitam. Si lensa hitam yang mengendarai motor merah-hitam menatap waspada motor lawannya yang semakin mendekat ke arahnya dengan langgam siaga.

Pengemudi motor biru-putih itu tiba-tiba menjulurkan kaki panjangnya yang terbalut celana jeans hitam untuk menendang motor merah-hitam milik lawannya. Sayang, si pengemudi motor merah-hitam jauh lebih waspada, tepat sedetik sebelum tendangan mencapai ke badan motornya, ia telah terlebih dulu menambah kecepatan lajunya, meninggalkan jauh di belakang motor lawannya.

Karena tendangannya meleset, si pengemudi motor biru-putih kehilangan keseimbangannya, badan motornya oleng dan ia kesulitan mengendalikan motor sport berbadan besar itu. Ia pun jatuh, menabrak permukaan trotoar yang dingin dan keras. Untunglah badannya terlindung oleh jaket kulit coklat tebal yang membungkus tubuh besarnya.

Penonton berdecak kaget melihat kejadian itu, kontras dengan pengemudi motor merah-hitam yang terus melajukan motornya sampai ke garis finish.

Ia menepikan motornya dan bergerak turun dari balik kemudi, melepaskan helm full face yang sedari tadi membingkai wajahnya. Rambut hitam panjang ikal yang indah terjuntai turun seiring terlepasnya helm yang menangkupi kepalanya. Lensa hitam itu menatap dengan pandangan merendahkan dan seringai kemenangan di wajah cantiknya yang kontras dengan aktivitas yang baru ia lakukan tadi.

Lensa hitam itu meletakkan helm full face-nya di dudukan motornya dan melangkah dengan langkah berbahaya ke pengendara motor biru-putih yang tergolek lemah di permukaan trotoar, berusaha bangkit setelah mendorong motornya menjauh dari badannya.

Si wanita berlensa hitam —pengemudi motor merah-hitam yang tadi— berdiri tepat di hadapan pria pengemudi motor biru-putih yang tengah berusaha bangkit. Ia setengah berjongkok di hadapan pria tersebut dengan sebuah senyum manis di wajah cantiknya.

Sebuah jemari yang lentik terulur di hadapan pria pengemudi motor biru-putih itu. Si pria menatap pengulur tangan itu, wanita berlensa hitam yang tadi menjadi lawannya dia arena balapan, tersenyum manis dengan pancaran sinar mata yang teduh, mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

Sedikit ragu pada awalnya, namun ia akhirnya menyambut uluran tangan tersebut.

Ketika tangan si pria hampir menyentuh tangan si wanita dengan sedikit mengangkat tubuhnya yang lemah agar dapat bertumpu pada genggaman wanita di hadapannya, tiba-tiba saja si wanita menarik cepat kembali tangannya. Membuat si pria kembali terjatuh karena tumpuannya yang lepas. Si pria meringis kesakitan dan mendesis setengah mengumpat pada wanita cantik berlensa hitam di hadapannya.

Si wanita mendekatkan wajahnya di lekukan leher si pria yang kini terbaring lemah di badan jalanan. Ia mendekatkan bibirnya pada telinga si pria, berbisik pelan dengan nada merendahkan.

Eat that!”

“Shit!” umpat si pria. Wanita tadi tidak berniat menolongnya, ia hanya ingin menjatuhkan si pria semakin dalam ke jurang kekalahan yang baru saja ia dorongkan ke hadapan si pria.

Dengan seringai menghina di bibirnya, si wanita berdiri dan memutar tubuhnya, melangkah menjauh dari si pria yang masih tergeletak lemah dan tak berdaya di permukaan trotoar.

“Aron, lo nggak papa?” kerumunan supporter pengemudi motor biru-putih mulai bergerak mendekat, mengerubungi si pria dengan mimik khawatir di wajah mereka, setelah si wanita agak menjauh.

“Tunggu!” sela si pria pengemudi motor biru-putih bernama Aron itu.

Si wanita pengemudi motor merah-hitam berlensa hitam yang tadi menoleh dengan tatapan bosan ke Aron, pria congkak yang baru saja ia kalahkan.

“Siapa nama lo?” tanya Aron setelah berhasil berdiri tegak dibantu oleh salah seorang temannya.

Seringai tercipta lagi di wajah cantik itu.

“Azareen. Azareen Givena Geovanni. Remember that name,” jawabnya dengan nada berbahaya sebelum menaiki motornya, meninggalkan arena track liar yang baru ia jawarai itu.

Shit! Gila, cewek itu keren banget! Teknik manouver-nya gokil, man! Pantes aja Aron kalah sama dia!” ujar suara seorang pria yang berdiri di samping Aron.

“Sst...” pria yang menumpu badan Aron mendesis memperingatkan temannya untuk menjaga ucapannya, takut temannya yang baru saja berhasil dikalahkan merasa tersinggung atas ucapan temannya yang bermulut ember itu.

Di luar dugaan, Aron tersenyum menyeringai. Menciptakan kerut tanya di wajah kedua temannya, Bagas —yang menumpu badannya— dan Kenzo —si mulut ember.

“Azareen Givena Geovanni, the tough girl,” ujarnya pada kedua temannya yang mengernyit keheranan.

***

= 15 November 2014 =

Hola... saya nggak sabar pengen update cerita The Iron Lady yang satu ini.. maafkan ketidaksabaran saya >.<

Anyway, thanks for reading. Good morning ^^

Lady KnightWhere stories live. Discover now