Thirteen

5.7K 472 28
                                    

'Love is blind; friendship closes its eyes. - Friedrich Nietzsche'

'Cinta itu buta; persahabatan menutup matanya. - Friedrich Nietzsche'

***

"Ya, gue Lionell, bocah lelaki sahabat masa kecil lo." Kata-kata itu terucap dengan jelas dan tegas.

Azareen tak membalas lagi. Ia memeluk Lionell.

Air mata mengalir di pipinya. "Ke mana aja lo selama ini?" lirihnya.

Lionell mengusap-usap puncak kepala Azareen penuh sayang.

***

"Kenapa lo pergi dulu?"

"Gue harus ikut keluarga gue. Papa lagi merintis anak cabang perusahaan di Yogyakarta. So, gue ikut pindah."

"Terus, dulu lo yang menyelamatkan gue di kebakaran waktu itu?"

Lionell menggaruk sisi gipsnya salah tingkah. "Dibilang menyelamatkan, sih, nggak juga. Gue malah menjerumuskan kita berdua. Bekas luka bakar di punggung gue itu buktinya. Gue gagal jadi superhero, sepertinya."

"Silly," komentar Azareen sambil menahan senyum.

"Terus, kenapa lo balik?" tanyanya serius. Mata hitamnya menusuk mata cokelat Lionell, mencari kebenaran dalam sepasang mata tersebut.

"Gue balik karena kehilangan sesuatu, dan gue pikir, sepertinya hal yang hilang itu tertinggal di sini, di Jakarta."

"Memangnya apa yang hilang?" tanya Azareen penasaran.

Lionell mengembangkan senyum. Ia menarik tangan Azareen dan menempelkannya di dada kirinya. Azareen dapat merasakan detak jantung yang sangat cepat. Detak jantung yang seirama dengan miliknya.

"Hati gue. Sebagian masih tertinggal di lo. Di sini," kata Lionell lembut.

Azareen hanya diam tak membalas, membuat Lionell berkerut bingung.

"Kok nggak respon?" tanyanya.

"Hati manusia memang bentuknya sebagian, kali."

Jawaban Azareen sukses membuat Lionell menganga. Melihat reaksi Lionell, Azareen terbahak.

"Lo kudu lihat wajah lo tadi! Sumpah, bego banget!" Ia larut dalam tawa.

Lionell mengatupkan bibirnya, menghilangkan keterkejutannya. Sial, Azareen baru saja mengerjainya!

"Lo mah! Nggak seru, gue lagi belajar sweet talking juga," keluhnya.

Azareen terbahak semakin kencang. Ia mencubit pelan pipi Lionell. "Lo lucu, deh, kalau cemberut. Kayak Baymax tuh pipinya. Gembul gitu...."

"Kalau gue Baymax, would you like a hug?" Lionell merentangkan tangannya memeluk Azareen.

Azareen terpekik kaget ketika Lionell sudah memeluknya. Ia menyikut tajam perut Lionell, membuat Lionell memekik kesakitan.

"Zie, lo mah gitu! Lo tahu nggak, dilarang anarkis sama pasien. Gue bilangin dokter baru tahu rasa lo," ancamnya.

"Such a childish boy," ejek Azareen sambil bersedekap.

"This childish boy is now stronger than you." Lionell menyeringai menyebalkan.

Azareen mendengus. "Kapan, sih, sifat menyebalkan lo nggak kumat?" tanya Azareen.

Lionell terbahak.

"Ada yang mau gue tanyain," kata Azareen.

"Apa?"

Lady KnightWhere stories live. Discover now