Seven

8.7K 587 35
                                    

'I propose we not make plans. I propose we gave this thing a chance and let it work out how it works out. - Amy Adams, Leap Year'

'Aku menawarkan kita tidak membuat rencana. Aku menawarkan kita memberi kesempatan untuk ini dan melihat bagaimana hasilnya. - Amy Adams, Leap Year'

***

Punggung dengan luka bakar itu...

Sebuah kerinduan menyelip dalam hati Azareen. Apa akhirnya dia menemukannya? 'Zie'-nya? Sosok yang menghantuinya selama sepuluh tahun lebih ini.

Jantungnya berdegub lebih cepat, menanti dengan was-was pria di hadapannya untuk berbalik, memperlihatkan wajahnya yang misterius.

"Sial!" Pria di hadapannya mengumpat pelan sambil mengacak rambutnya kasar.

"Moga-moga Bagas sama Kenzo bisa abisin mereka," sambungnya berucap pada dirinya sendiri.

Azareen mengernyit pelan. Bagas? Kenzo?

"Oh ya. Lo nggak papa, Zie?" Pria itu berbalik pelan.

Jantung Azareen serasa lolos dari rongganya melihat siapa sosok misterius yang telah menolongnya, dan mempunyai potensi yang besar sebagai bocah lelaki yang selama ini menghantui alam bawah sadarnya.

"Aron!" pekiknya.

Ya, pria itu. Aro Natakusuma. Pria arogan yang digelari Ryu sebagai kandidat potensial untuk digelari the dictator of the century. Pria yang telah dikalahkan sekaligus dipermalukan Azareen di arena balapan liar beberapa minggu yang lalu.

Mulut Azareen membuka tak percaya, namun tak ada kata-kata yang terucap dari bibir itu. Otaknya melayang, memikirkan berbagai kemungkinan bahwa bocah lelaki dalam pikirannya adalah sosok yang sama dengan sosok yang kini berdiri di hadapannya, menatapnya bingung sambil mengernyit.

"Nggak... nggak mungkin," lirih Azareen sambil menurunkan fokus pandangnya.

"What kind of impossibilities you're thinking right now?" tanya Aron dengan mimik wajah polosnya.

"Nggak," potong Azareen mendapatkan pengendalian dirinya dengan cepat. "Bukan sesuatu yang penting," lanjutnya sambil menatap Aron menyelidik.

Punggung dengan luka bakar itu... apa benar dia bocah lelaki itu? Bocah yang memanggilnya Zie?

Azareen akan mencari tahunya nanti. Sekarang, ia hanya akan menuruti alur yang tengah berjalan, putusnya.

"But, wait... Zie?" tanya Azareen memastikan. Dari mana Aron menyimpulkan untuk memanggilnya Zie?

Aron mengangguk. "Kan nama lo Azareen, dipanggil Zie wajar, dong," jawabnya.

Azareen mengangguk. Bisa jadi hanya kebetulan, tekannya dalam hati.

"Kayaknya udah aman." Aron menyelipkan kepalanya mengintip dari balik tembok gang.

Ia melangkah keluar perlahan lalu berbalik menatap Azareen.

"Lo mau balik ke sana?" tanyanya.

Azareen tengah berjibaku dengan pikirannya kemudian terenyak oleh pertanyaan Aron.

"Hah? What?" ulangnya bertanya.

Aron terkekeh pelan. "Jangan bilang jiwa lo diculik sama alien. Apa perlu gue beliin lo snack di iklan TV itu biar lo nggak bengong?" tanyanya geli.

Azareen hanya terdiam menanggapinya, masih bergumul dengan pemikirannya.

"Lo mau balik ke sana? Motor lo ada di sana, kan?"

Lady KnightWhere stories live. Discover now