Nine

6K 479 20
                                    

'Don't forget - I'm just a girl, standing in front a boy, asking him to love her. - Julia Roberts, Love Actually'

'Jangan lupa - Aku hanya seorang perempuan, berdiri di depan seorang laki-laki, memintanya untuk mencintainya. - Julia Roberts, Love Actually'

***

"Az, Az!" panggil Ryu untuk kesekian kalinya. Azareen yang tadinya hanya bergeming, tersentak menyadari panggilan Ryu.

"Hah? Err... kenapa?" tanyanya begitu meraih orientasinya kembali.

"Gue udah panggil lo lima kali, dan lo baru tanya gue 'ada apa' sekarang?!" tanya Ryu seraya menggelengkan kepalanya tak percaya.

Azareen hanya merespon dengan cengiran. Otaknya baru saja berkelana ke kejadian beberapa malam yang lalu, saat Aron menyelamatkannya. Aneh sekali, seorang Aro Natakusuma, musuh bebuyutannya yang pernah ia permalukan dengan kekalahan telak mau menyelamatkannya? Apa lagi yang mungkin terjadi? Puncak Everest bermigrasi ke Bukit Tinggi di Sumatera Barat?

Tapi, ada sesuatu yang janggal. Ada sesuatu yang tak biasa. Jantung Azareen. Berdebar dengan sangat jelas ketika tangan Aron yang kekar merengkuhnya, menyelamatkannya dari situasi yang kacau. Ini ... tidak normal. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Jadi, Pak Pujo pesan ke gue buat ingatin lo tentang makalah Teknologi Bahan. Nggak lupa kan lo?" Ryu menoleh ke sisi kanannya, ke Azareen yang masih berkelana dengan pemikirannya sendiri.

"Astaga, Az!"

Azareen terlonjak dan langsung menoleh. "Ke-kenapa?"

"Lo beneran butuh minum, Az. Lo kurang fokus, tuh. Lo kira gue radio rusak, kali ya? Gue nyerocos dari tadi cuma dicuekin," gerutu Ryu.

"Sorry, Ryu. Tadi lo bilang Pak Pujo kenapa? Dia minta makalah Teknologi Bangunan ya? Ntar gue kasih ke dia, deh," balas Azareen sambil berusaha mengingat-ingat apa yang dibicarakan Ryu tadi.

"Iya. Lo kenapa, sih, Az? Dari kemarin gue lihat lo nggak fokus gitu. Lo ada masalah?"

Azareen menggeleng cepat.

"Nggak, gue nggak apa-apa. Cuma kecapaian doang," kilahnya sambil menghindari pandangan menyelidik dari Ryu.

Ryu tahu Azareen berbohong. Pasti ada sesuatu, atau seseorang, yang mengganggu pikiran gadis itu. Tapi karena Azareen tidak mau menjawab, Ryu juga tidak akan memberondong gadis itu dengan pertanyaan. Percuma.

Mata Azareen berputar cepat menghindari mata Ryu. Ryu pasti bisa menangkap kebohongan dalam ucapannya, seperti yang sudah-sudah. Dan kalau pria itu mau memaksa, bisa dipastikan Azareen akan berakhir menceritakan kejadian beberapa hari lalu saat ia nyaris terjaring razia, dan Aron yang menolongnya, lalu ... bagian perasaan aneh ini. Sial.

"Lo ada urusan lagi sama Aron?" tanya Ryu tiba-tiba.

"Nggak," jawab Azareen cepat. Terlalu cepat.

"Terus, kenapa dia nyariin lo sampai ke sini? Dia bukan anak kampus sini, kan?" tunjuk Ryu pada sosok seorang pria berpostur tinggi besar dengan rambut mohawk tipis berwarna hitam dan jaket kulit cokelat pasir yang menyelubungi tubuhnya. Aron.

"Gu-gue nggak tau."

"Zie," panggil Aron begitu sampai di hadapan keduanya. Sebuah senyum ramah tersungging di bibirnya.

Aneh, menurut Ryu. Karena ia nyaris tidak pernah melihat senyuman selain seringai yang bermain di wajah Aron.

"Gue ada urusan sama Azareen. Bisa lo tinggalin kita berdua?" tanya Aron tanpa basa-basi pada Ryu. Tangannya terulur hendak meraih lengan Azareen, namun Ryu menepisnya.

Lady KnightWhere stories live. Discover now