Eleven

5.2K 449 17
                                    

'Revenge is sweeter when it serves hot. - Desi Tham'

'Balas dendam itu lebih manis jika disajikan selagi hangat. - Desi Tham'

***

Azareen terbangun dan menemukan dirinya dalam keadaan terikat ke sebuah kursi kayu bersandaran tinggi di sebuah ruangan berukuran 4 x 4 meter yang sempit dan pengap. Dindingnya terbuat dari lapisan papan yang sudah dikerubungi rayap. Bau apek sekaligus debu menghinggapi hidungnya, membuatnya merasa mual dan ingin bersin.

Pintu di ujung ruangan tiba-tiba terbuka.

"Akhirnya lo bangun juga." Azareen mengerjap-ngerjapkan matanya, membiasakan diri dengan cahaya yang tiba-tiba menyeruak masuk dari pintu yang dibuka oleh Aron.

"Hai, Zie...," sapanya sambil menutup pintu kayu itu dan menguncinya.

"Aron? Kenapa gue ada di sini?" tanyanya sambil berusaha meloloskan ikatan di tubuhnya. Sial, ikatannya terlalu erat untuk dilolosi dengan hanya menggoyang-goyangkan tubuhnya saja.

Aron tersenyum, menyeringai lebih tepatnya.

"Gue cuma mau ngajak lo bernostalgia, Zie. Bolehkah?"

"Mau lo apa?" Azareen langsung mencium tanda-tanda bahaya.

"Mau gue? Hahaha." Ia tertawa keras beberapa detik sebelum menghunjam Azareen dengan tatapan tajamnya. "Mau gue, lo menderita."

Biasanya Azareen tidak pernah merasa takut. Ia tidak pernah membiarkan dirinya dihinggapi rasa takut sedikit pun. Tetapi entah kenapa, kali ini kengerian mencekamnya. Badannya gemetaran, mungkin efek adrenalinnya yang berpacu terlalu cepat.

"Kenapa?" tanyanya berusaha terdengar datar tanpa emosi.

Aron mendengus kasar. "Kenapa lo tanya? Well, simple. Lo ingat kejadian beberapa minggu yang lalu? Di area wild track, di saat lo mempermalukan gue di hadapan teman-teman dan fans-fans gue." Mata Aron melotot mengerikan.

"Menurut lo, gimana rasanya dipermalukan seperti itu?" Ia meraih salah satu kursi kayu yang terletak asal di ruangan itu, menempatkannya di hadapan Azareen dan duduk tepat di hadapan gadis itu.

"Lo ... dendam karena hal itu?" tanya Azareen hati-hati.

"Well, baby. Dendam is a strong word. Lebih tepatnya gue merasa terhina. Dan, lo tahu, apa yang akan dilakukan oleh orang yang merasa terhina?Revenge," lirih Aron dengan nada rendah yang membuat bulu kuduk Azareen merinding.

Ia bangkit berdiri dan berjalan mengelilingi Azareen yang masih terikat. "Sepertinya Bagas dan Kenzo melakukan pekerjaan yang cukup baik. They fasten the tie great enough." Aron menelusuri ikatan di punggung Azareen. Seketika, Azareen merasa jijik dengan sentuhan Aron.

Aron berjongkok di depan wajah Azareen, mencengkeram kedua sisi wajah Azareen dengan satu tangannya, memaksa Azareen menatap tepat ke wajahnya.

"Mari kita lihat, apa yang bisa gue lakukan terhadap lo...."

"Kalau lo berani berbuat macam-macam, gue bakalan--"

"Bakalan apa? Hah? Bakalan menghajar gue dengan jurus karate lo? You're tied up, remember? Dan, setahu gue, gerakan karate membutuhkan kaki dan tangan, dan dengan tubuh seperti ini," tubuhnya menelusuri Azareen dengan gerakan menelanjangi, "gue nggak yakin lo bahkan bisa kick my ass, literally." Ia menggerakkan kedua tangannya membentuk simbol "V" yang ditekuk.

"Awas aja lo!"

"Stop talking. Let's make it quick. Hmm..., apa yang bisa gue lakukan ke lo yang bisa meninggalkan trauma yang dalam sehingga mulut cantik lo itu nggak bisa ngebacot lagi?" Ia bersedekap sambil mengernyit dalam, seolah-olah sedang berpikir keras.

Lady KnightWhere stories live. Discover now