Ten

5.6K 432 3
                                    

'Do you want some sweet orange? No, I just want some sweet revenge. - Desi Tham'

'Apa kau ingin jeruk manis? Tidak, aku hanya ingin balas dendam yang manis. - Desi Tham'

***

"Az, bantu Mama, dong! Jangan cuma ngedon di kamar sambil baca komik One Piece," seru Maureen sambil melongokkan kepala di pintu kamar Azareen.

Azareen meletakkan novelnya dalam keadaan terbalik, menandai bagian yang terakhir kali ia baca.

"Kenapa, sih, Ma?" tanyanya bosan.

"Bantuin Mama beres-beres, yuk!" pinta Maureen sambil membuka pintu kamar Azareen lebih lebar.

Malas-malasan, Azareen bangkit dari singgasananya--tempat tidurnya yang nyaman--untuk kemudian membantu Maureen membereskan rumah atau apapun itu.

"Pilah majalah-majalah dan buku-buku lama kalian, ya. Mau Mama loakin. Mama mau beresin gudang soalnya," tunjuk Maureen pada tumpukan kotak kardus di gudang.

"Memangnya mau ngapain, Ma? Kok tiba-tiba punya inisiatif buat beresin gudang?" tanya Azareen sambil berjongkok meraih salah satu kotak kardus berisi buku-buku pelajarannya sewaktu SD. Ia membolak-balik iseng buku Matematika Dasar di tangannya. Operasi hitung yang mudah, sulit dipercaya kalau saat Sekolah Dasar ia menganggap deretan soal ini sebagai soal tersulit di dunia yang tak bisa terpecahkan.

"Mama mau ganti suasana aja. Mama rencananya mau jadiin gudang sebagai perpustakaan. Brilian, kan, ide Mama?" sahut Maureen percaya diri.

Azareen hanya mengedikkan bahu cuek sambil mulai memilah buku-buku di kotak kardus tersebut. "Terserah Mama sajalah."

"Mama ke belakang dulu, mau cari peralatan bersih-bersih."

Maureen meninggalkan Azareen yang berkutat dengan tumpukan buku-buku bekas.

Azareen melirik dan memilah satu demi satu buku yang ada di kardus-kardus itu. Sampai matanya terhenti pada salah satu buku dengan sampul tebal berwarna merah. Buku itu terlihat seperti album foto kalau Azareen tak salah mengenalinya. Album foto yang sangat lusuh.

Didorong rasa penasaran, ia membalik lembar halaman album tersebut. Tampak foto Kareen dan Mario kecil. Kareen tampak manis dan kalem dalam balutan baju-baju terusannya yang feminim, sementara Mario, seperti biasa, terlihat seperti bocah lelaki tampan yang datar dan sinis. Sepertinya kakaknya yang satu itu tidak pernah berubah dari dulu. Azareen terkekeh pelan.

Lembar berikutnya adalah foto Azareen sewaktu kecil. Ia dengan rambut panjang yang dikucir kuda secara asal. Wajahnya penuh dengan coreng-moreng tanah di sana sini. Baju kaus yang dikenakannya penuh dengan noda lumpur, namun senyumnya merekah dengan lebar sambil membentuk lambang "peace" dengan kedua jarinya.

Lembar berikutnya, masih foto Azareen. Ia sedang memanjat pohon, sepertinya pohon mangga. Penampilannya masih berantakan dengan noda tanah di mana-mana dan senyum ceria yang sama dengan lembar foto sebelumnya, tetapi ada yang berbeda dengan foto ini. Azareen menyentuh sisi tempat perbedaan itu berada. Seorang bocah lelaki yang tersenyum lebar menampakkan deretan gigi susunya yang rapi. Rambutnya pendek dan kulitnya putih mulus walau noda tanah berlepotan di sekitar tubuh dan bajunya.

Bocah lelaki itu....

"Az...."

Buru-buru, Azareen menutup album di tangannya ketika Maureen tiba-tiba masuk.

"Ya Ma?" tanyanya berusaha senormal mungkin.

"Loh, kamu belum selesai milahnya? Cepetan! Itu tukang loaknya udah nunggu di depan," kata Maureen.

Lady KnightWhere stories live. Discover now