Fourteen

6.3K 442 31
                                    

'I guarantee that we'll have tough times. I guarantee that sooner or later, one or both of us will want to get out. But I also guarantee that if I don't ask you to be mine, I'll regret it for the rest of my life... because I know in my heart you're the only one for me. - Runaway Bride'

'Aku menjanjikan kalau kita akan mengalami waktu-waktu yang sulit. Aku menjanjikan kalau cepat atau lambat, salah satu atau kita berdua akan sama-sama ingin berhenti. Tetapi aku juga menjanjikan kalau jika aku tidak memintamu menjadi milikku, aku akan menyesalinya di sisa kehidupanku... karena aku tahu dalam hatiku kamu adalah satu-satunya untukku. - Runaway Bride'

***

"Kenapa jalannya jauh-jauh gitu?" tanya Lionell sambil mendekatkan tubuhnya ke Azareen, menyejajarkan langkah dengan gadis itu.

"You know, I feel uncomfortable with this attention. And the interest that lingers on their eyes. Gue nggak nyaman jadi spotlight," jawabnya sambil berusaha tak terlalu memperhatikan Lionell.

Azareen benar. Dia merasa tidak nyaman dengan semua kerumunan yang menatap mereka dengan sorot mata penasaran, seperti siap menyantap mereka hidup-hidup.

Pandangan-pandangan mata yang penasaran ini sangat wajar, karena melihat sepasang musuh bebuyutan yang tiba-tiba akrab, bahkan berangkat ke kampus dengan saling berboncengan, bukan sebuah pemandangan yang lazim, bukan?

Azareen memang biasa menjadi spotlight, spotlight sumber ketakutan dari orang-orang di sekitarnya karena auranya yang mengerikan. Tetapi, untuk diperhatikan seperti ini karena berjalan bersama Lionell, eks-musuh bebuyutannya, bukanlah jenis spotlight yang membuatnya nyaman. Ia sungguh ingin menggali lubang untuk keluar dari situasi ini sekarang.

Azareen tersentak. Sebuah tangan yang besar dan hangat menggandeng tangannya. Ia mendongak dan melihat Lionell yang tersenyum dengan kilat jail yang bermain di wajahnya.

"Kenapa harus nggak nyaman? Gue ada di sini buat lo buat berbagi rasa malu dan ketidaknyamanan lo." Kata-kata Lionell membuat Azareen terperangah. Ia lalu mengulas sebuah senyum, senyum malu-malu, sambil menyejajarkan langkah dengan Lionell.

Keduanya berjalan melintasi kerumunan yang tengah memandang mereka sambil berbisik-bisik penasaran.

Ryu memandang pasangan baru itu dari belakang. Hatinya patah, tapi ia berusaha tabah.

Ia bertanya-tanya dalam hati, benarkah waktu dapat menyembuhkan hati yang patah? Sepertinya ia harus bersikap lebih baik pada waktu mulai sekarang.

***

Kareen melintasi kamar Azareen yang terbuka dan tidak dapat menahan diri untuk mengintip ke dalam kamar adik perempuannya.

Mereka memang tidak terlalu dekat, tapi tetap saja, hubungan persaudaraan tidak dapat dielakkan. Kareen ingin mendekatkan diri dengan adiknya, memperbaiki hubungan mereka yang canggung.

Apalagi, setelah menikah dengan Evan, ia jarang berkunjung ke rumah orangtuanya juga jarang berhubungan dengan adiknya. Jarak yang terbentang di antara mereka rasanya menjadi semakin jauh.

"Az, lagi ngapain?" tanyanya sambil mengintip ke dalam kamar adiknya yang berantakan.

Azareen menoleh, lalu menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. "Nggak lagi ngapa-apain," katanya sambil membuang muka.

Kareen mungkin tidak dekat dengan adiknya, mungkin tidak banyak jumlah detik yang mereka habiskan bersama, tapi berdasarkan pengalamannya, melihat tumpukan baju yang berserakan memenuhi ranjang Azareen, ia dapat menyimpulkan.

Lady KnightWhere stories live. Discover now