Five

9.7K 672 49
                                    

Beauty is power; a smile is its sword. – John Ray’

'Kecantikan adalah kekuatan; sebuah senyum adalah senjatanya. - John Ray'

***

Tamat riwayat Azareen. Ia sudah tidak dapat menemukan celah untuk berkelit. Rasa perih di pergelangan tangannya terasa semakin nyata, otaknya terus memutar cara, bagaimana untuk lolos dari jeratan kelompok begal tak tahu diri ini.

"Ucapkan selamat tinggal pada wajah cantikmu, gadis sombong," desis sang ketua kelompok begal.

Pasti ada cara, batin Azareen tak patah arang. Sebuah ide brilian singgah di otaknya. Ia cedera tangan, bukan kaki. Ia masih bisa menggunakan kakinya untuk melawan.

Azareen mengambil ancang-ancang dalam diam sambil menunduk --berpura-pura pasrah-- ia sudah menandai targetnya dengan tepat.

Ninn... ninnn... ninn...

Suara sirine polisi menjerit nyaring.

"Shit! Polisi!"

Dhuagg...

Azareen sempat-sempatnya melayangkan sebuah tendangan manis ke selangkangan sang ketua kelompok begal yang tadi hampir menghunuskan pisau ke arahnya.

"F*ck! Cewek gila!" Si ketua meringis sambil mengumpat, tangannya bertumpu ke arah selangkangannya yang baru saja menjadi bulan-bulanan Azareen. Aset masa depannya terancam berkat keganasan Azareen. Pity her future wife...

Azareen tersenyum menang, "Eat that, you jerk!"

"Bos, nggak ada waktu lagi. Ayo cepat kabur! Sebelum polisi nahan kita!" jerit salah satu anggota kelompoknya memperingatkan. Ryu dan si ibu-ibu tadi bahkan sudah mereka lepaskan dengan pasrah. Kini mereka mulai mengambil ancang-ancang kabur, takut kalau sampai polisi berhasil meringkus mereka.

"Damn! Kali ini lo lolos, awas lain kali. Habis lo sama gue, cewek barbar!"

Kelompok begal itu tampak ketakutan sendiri dan mulai berlarian membubarkan diri.

"Coward chicken. Bahkan old-school trick semacam ini masih berhasil? How great I am." Suara yang terdengar sangat familiar terdengar dari salah satu sudut etalase toko, diikuti derap sol sepatu yang menghentak paving block.

Azareen menoleh dan menemukan siapa pahlawannya, yang telah mengusir berandalan-berandalan itu untuknya.

"Mom!" ia memekik tak mampu menahan keterkejutan ketika menemukan sosok Maureen, sang ibu, berjalan santai menghampirinya sambil menggenggam ponselnya.

"Old-school trick, kids. Ada gunanya Mama masih menyimpan rekaman sirine polisi seperti ini," Maureen terkekeh sambil memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan rekaman sirine polisi yang baru saja ia putar.

Oh, what a genius Mom!

"Thanks a bunch, Mom," ucapnya tulus.

"Te--terima kasih, Bu, Dek. Saya nggak tau bakalan jadi apa tanpa kalian," ucap si ibu-ibu calon korban begal tadi.

Azareen tersenyum membalas. "Sama-sama, Bu. Bukan masalah besar."

"Sekali lagi terima kasih. Terima kasih." Terima kasih, hanya itu yang mampu diucapkan si ibu-ibu sampai berlalu bersama bayi dalam gendongannya dengan menaiki motor matic-nya yang tadi dihentikan paksa oleh kelompok begal tadi. Azareen, Maureen, dan Ryu melambai mengantar kepergian sepasang ibu dan anak itu.

"Azareen," panggil Maureen lembut. Azareen menoleh.

Maureen tersenyum lembut dan berdiri tepat di hadapan Azareen. Tangannya terulur ke wajah Azareen, menyisipkan sejumput rambut panjang sang putri ke belakang telinganya dengan lembut, sampai...

Lady KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang