Eight

7.2K 486 5
                                    

'Why are you trying so hard to fit in when you were born to stand out? -What a Girl Wants'

'Kenapa berusaha begitu keras untuk menyesuaikan diri kalau kamu terlahir untuk menonjol? - What a Girl Wants'

***

"Az, jangan, deh! Jangan bikin nyokap-bokap lo khawatir lagi," cegah Ryu ketika melihat Azareen duduk di permukaan tempat tidurnya sambil menunduk menalikan sepatu converse merahnya.

"Napa, sih?" tanya Azareen cuek.

"Mama lo, dia udah histeris di bawah waktu gue dateng. Nyuruh gue usaha buat cegah lo tracking lagi malam ini," jelas Ryu.

Oh, jadi ini semua tentang Mama lagi?

Azareen meraih ponsel dan kunci motornya di sudut ranjang. Ia meraih sebuah ikatan rambut di meja rias dan mengekor kuda rambut panjangnya secara asal. Jangan heran kenapa di kamarnya ada meja rias. Bukan berarti ia tipe yang bertahan lama-lama berhadapan dengan cermin sambil mendempul wajah setebal mungkin, tapi semua itu hasil dari paksaan Mama-nya, siapa lagi memangnya? Mama-nya bersikeras kalau Azareen harus mempunyai meja rias di kamarnya, untuk tetap mengingatkannya bahwa pemilik kamar itu adalah seorang perempuan. Alasan yang tidak logis, bukan? Tapi, begitulah Mama. Walau sebenarnya maksudnya baik, untuk kebaikan Azareen sendiri.

"Elah, ribet banget. Cuma kali ini doang. One last track, deh. Gue udah terlanjur janji sama Panji buat duel sama dia." Azareen tetap berkeras melangkah keluar setelah meraih jaket kulitnya yang digantung di balik daun pintu.

"Az!" Lagi dan lagi. Ucapan Ryu hanya dianggap angin lalu olehnya.

Ryu menghela napas pasrah.

"Az, don't go!" larang Ryu lagi. Ia menahan lengan Azareen, membuat gadis itu mau tak mau berhadapan dengannya.

"Just shut up, Ryu. Lemme go," Az berkeras. Ryu hanya mampu menggeleng menanggapi sahabatnya yang satu itu. Mata Azareen menyiratkan tekad dan Ryu tahu, tidak ada yang bisa dilakukannya lagi untuk mencegah sahabatnya yang satu itu.

"One last track," ucapnya pelan.

Seketika, Azareen menyunggingkan senyum penuh arti. I promise, itu yang bisa ditangkap Ryu dari senyun Azareen. Ia kembali berpaling dan melangkah menjauh dari Ryu.

"Az! You still wanna go?" tanya Maureen begitu mendapati anak bungsunya yang sudah siap dengan tampilan wajibnya saat akan balapan.

"Erm, Ma..." Azareen tampak salah tingkah begitu Maureen menangkap basah dirinya.

Maureen menghela napas lelah. "Az, Az... Mau sampai kapan kamu bikin Mama uring-uringan kayak begini? Hentikan hobby kamu itu. Kamu itu cewek, bersikaplah seperti cewek."

Sesuatu dari kalimat Maureen barusan menyulut Azareen. Kamu itu cewek, bersikaplah seperti cewek.

Selalu dan selalu. Kata-kata itu selalu ditujukan kepadanya. Seakan-akan ia adalah seorang pendosa berat, hanya karena ia tidak menaati paradigma Mama-nya mengenai sikap cewek yang seharusnya. Azareen lelah. Sangat.

"Ma, I don't need your help to remind me of everything. I am an adult already, I have my own right to decide my own life. Aku udah dewasa, aku punya hak untuk menentukan hidupku sendiri. And I don't need your help," tutup Azareen. Ia melangkah pergi meninggalkan Mama-nya dan Ryu yang masih terpaku di posisi mereka, terperangah mendengar ucapan Azareen barusan.

Sedetik kemudian, Maureen tersadar dari keterperangahannya.

"Az! Azareen!" ia menjeritkan nama Azareen, namun putri bungsunya sama sekali bergeming, hanya menghadiahi ibunya dengan pemandangan punggungnya.

Lady KnightWhere stories live. Discover now