Bagian 22- Namanya Petualang

Depuis le début
                                    

"Tidur." Jawab Key.
Adam sedikit terkejut, kadang dia lupa. Key memang beda. "Kok tidur disini? Enggak ada pelajaran?"
"Ngantuk." Jawab Key kembali menenggelamkan kepalanya.

Adam duduk didekat Key, mengelus rambut Key lembut. "Masih inget nama gue?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Adam." Adam tersenyum, kemudian mengangguk. Tangannya mengelus rambut Key kembali namun ditepis oleh cewek itu.

"Kamu ngapain disini?"
"Ahhh, gue kan suka cabut duluan di dua puluh menit terakhir, Key."
"Oh."
"Lo laper gak, Key? Ke kantin yuk mumpung belum ramai." Key mengangguk, Adam tersenyum kemudian meraih tangan Key dan menggandengnya. Key menolak, ia melepaskan tangan Adam dan berjalan dibelakang laki-laki itu. Adam hanya tersenyum kikuk dan meminta maaf karena sudah lancang pada Key. Lalu cowok itu kembali mensejajarkan langkahnya dengan Keytasha.

🍁🍁🍁

"Mie goreng telor satu, mbak."
"Siap Dam."
"Key mau makan apa?"
"Bakso aja."
"Oke." Adam mengangguk. "Sama Bakso satu, mbak." Mbak Siti menganggukkan kepala kemudian melanjutkan kerjanya dibantu oleh asisten yang merupakan tetangganya di kampung.

"Mau minum apa mas Adam, mbak Key?"
"Saya lemon tea aja bude, Key mau apa?"
"Key, es teh aja." Bude Sri, asistennya mbak Siti itu mengangguk kemudian membuatkan pesanan mereka yang tak lama datang. Adampun sekalian membayarnya.

"Gue gak nyangka, lo bisa bolos juga, Key." Ucap Adam sambil terkekeh pelan.
"Lagi malas aja."
"Hahaha, mau bolos juga enggak bakal ngaruh sama otak lo, Key."
"Maksudnya?"
"Tetep aja lo pinter."

Hening, mereka meneruskan makan siangnya. Tak lama kantin mulai berdatangan beberapa siswa lain, hingga kantin itu benar-benar penuh karena bel istirahat baru saja berbunyi.

"Loh Tang, ngapain lo berdiri disini liat orang-orang makan."
"Lagi mikir."
"Mikir apaan?"
"Sesuatu yang bisa gue pikir, dan sedang gue pikirin."
"Ya apaan tolol. Mati aja lo."
"Ah gue harus pergi, duluan ya Bi." Bintang berbalik, melupakan perut laparnya, dengan patah hati yang berhasil mengenyangkannya.

Abi hanya menatap Bintang heran, kemudian melangkah menuju kantin yang sudah ramai. Matanya tertuju pada dua manusia yang sedang menikmati makan dengan tenang. "Ah pantesan si curut aneh, peri cantiknya sama orang lain." Kekeh Abi.

Key mulai tak nyaman, ia buru-buru menghabiskan baksonya. Adam peka terhadap itu. Key memang tak suka keramaian. Adam pun menyudahi makannya setelah Key meminun es tehnya.

"Gue bantu keluar, Key. Tapi gue harus megang tangan lo, biar gampang." Ucap Adam. Key hanya mengangguk ragu kemudian tanpa sadar Adam sudah meraih tangannya dan membantu Key keluar dari keramaian yang menyesakkan.

"Terimakasih, Adam."
Adam tersenyum lebar, mengacak rambut Key lembut. "Sama-sama."
"Ikut gue yuk, Key."
"Kemana?"
"Maling buah."
"Hah?!"

🍁🍁🍁

"Adam hati-hati."
"Mangganya udah matang, Key." Ucapnya berbinar. Key hanya menghela nafas. Kepalanya bergerak tak tenang, takut ada guru atau satpam yang melihat dan menghukum mereka. "Tangkap ya, Key." Adam menjatuhkan mangganya didepan Key. Key mulai mengambil dan menaruhnya ketepi.

Adam turun setelah mendapat dua mangga yang besar-besar. "Nanti minta dikupasin sama ibu kantin." Key hanya mengangguk, kemudian melihat buah mulbery yang sudah keungu-unguan. Dia menghampiri pohon yang tidak terlalu tinggi itu.

"Aku baru tahu, digedung belakang ada banyak buah-buahan kaya gini." Ucapnya senang. Adam mendekat, membantu gadis itu meraih ranting yang banyak buah mulbery matangnya.

"Oh ya?" Key mengangguk. Adam senang, dia berhasil membuat gadis itu betah dengannya. "Kalau gitu, ini jadi tempat rahasia kita berdua, Key."
"Memang belum ada yang tahu, ya?"
"Kalau ada mungkin sedikit, gedung ini jauh dari kelas-kelas, siapa yang mau jalan sampai sini kan?" Key mengangguk, benar juga. Gedung ini berdekatan dengan gudang. Dulunya laboratorium fisika, namun laboratorium fisika sudah dipindah didepan. Sekarang gedung ini kosong, belum tahu mau dibuat apa, katanya sih mau dibuat ruang esktrakulikuler tari dan kesenian. Namun sampai sekarang belum juga ada yang menggunakan.

"Rambutan, mau Key?"
"Besok lagi aja, Adam. Ini udah mau masuk."
"Berarti besok mau petualang sama gue lagi?"
"Petualang?"
"Inikan namanya petualangan." Ucapnya girang, memamerkan gigi putih yang berjejer rapi itu.
"Gak tau." Bagai dijatuhkan dari atas gedung, hatinya hancur bercucuran. Adam tersenyum kikuk, Key sangat menggemaskan sekali. Ingin dia curi dan bawa pulang agar tidak ada yang bisa mengambilnya. Terlalu susah untuk didekati membuat Adam gemas sendirinya.
"Yaudah, kalau mau kapan aja lo bisa kesini."

Mereka berjalan beriringan, kembali ke kelas masing-masing karena bel sudah berbunyi. "Sampai ketemu nanti pulang sekolah dikantin, Key. Makan mangga!." Teriak Adam saat mereka berpisah arah.

"Kamu Key kita cariin juga, habis darimana?" Tanya Risma.
"Jalan-jalan sebentar."
"Lo jalan-jalan, Key? Sendirian?" Ucap Celvi terkejut.
"Sama Adam."
"Surya Adam?" Key mengangguk.
"Lo kenal dia, Key?" Tanya Vina.
"Teman kelas sepuluh, kalian kenapasih?"
Risma, Celvi dan Vina hanya membulatkan mata terkejut. Tidak seperti biasanya Key mau melakukan hal ribet yang buang-buang waktu dengan orang lain.

"Tadi Bintang nitip ini." Risma memberikan sebuah kotak eskrim yang masih dingin. Key menerimanya. Dan membaca sebuah note kecil diatas.

Hai peri cantik, aku kasih kotak eskrim ini ya, siapa tahu kotak eskrim ini bisa lebih dari sekadar makan bakso berdua dikantin.

Bintang.

Bintang cemburu.

"Kalian makan aja, aku udah kenyang banget." Ucapnya memberikan kotak itu pada Risma lagi.
"Tapi, Key..."
"Kalau kalian gak mau, suruh makan anak laki-laki aja, pasti mereka mau."
"Kalau Bintang tahu gimana?"
"Jangan dikasih tahu, makanya!"

🍁🍁🍁

Bintang sudah berdiri didepan kelas Key sejak bel pulang sekolah berbunyi kurang dari lima belas menit yang lalu.

"Key mana, Ris?"
"Masih didalem." Bintang masuk, melihat Key yang masih memasukkan buku-bukunya. Dia tersenyum manis lalu menghampiri Peri cantik.

"Dorrrrr!"
"Bintang!"
"Hahaha, ayo pulang bareng."
"Gak bisa!"
"Kenapa?"
"Aku ada janji sama orang." Bintang diam, lalu duduk diatas meja. Menatap Key yang sedang menggunakan sweeternya. Key berdiri, hendak keluar. Bintang masih ditempatnya.

"Sama Adam ya?" Tidak ada jawaban. "Kamu deket sama dia, Key?" Key masih diam.
"Aku cemburu." Key melebarkan langkahnya.

"Key, Key, Key." Bintang mengejar, Key. Adam yang melihat dari kejauhan mengerutkan keningnya. Tangannya membawa satu piring besar berisi mangga yang tadi dipetiknya, yang kini sudah dikupas oleh mbak Siti. Dia juga sudah meminta mbak Siti untuk membuatkan sambal rujaknya.

"Lo dateng juga Key, dan Bintang? Lo ngapain lari-lari bro?"

Bintang duduk, memesan air mineral satu. Mengejar Key sambil teriak-teriak ternyata melelahkan juga.

"Gue manggil Key, tapi mungkin telinga Key lagi bermasalah kali, makanya gak denger." Ucap Bintang yang mendapat pelototan sadis dari Keytasha. Bintang tak memepedulikannya.

"Gue sama Key ada janji makan mangga bareng disini, karena lo disini bisa sekalian gabung." Ucap Adam sambil tersenyum. "Mbak siti sama bude Sri kalau mau juga boleh, sini." Tawar Adam yang dibalas oleh tolakan halus oleh keduanya. Mereka memilih membereskan barang dagangan karena kantin akan segera tutup.

Bintang menatap Key dengan senyum yang mengejek. "Wlek." Katanya menjulurkan lidah.

AKSARA BUMI (REVISI)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant