Extra Chapter

1.5K 96 6
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Beberapa bulan setelah kejadian itu. Kejadian di mana rahasia itu terbongkar. Semuanya berjalan baik-baik saja, memang awalnya cukup sulit. Dan itu membuat mereka menjadi canggung. Apalagi si sulung yang paling sulit menerimanya.

Saat ini, mereka sedang berkumpul di ruang keluarga kediaman Zhu sambil sesekali saling melempar lelucon sebagai pencair kecanggungan di antaranya.

Si bungsu terlihat tersenyum sesekali. Rasanya, semua bebannya seolah hilang, terbawa oleh waktu. Tidak ada lagi kambing hitam di antaranya dan kedua kakaknya. Semuanya akan dibicarakan dengan sangat baik jika terjadi suatu kesalahan.

Sang kepala keluarga berdeham, sebagai pereda tawanya, lalu berkata, "Kamu udah kelas dua belas, mau lanjut ke mana, Far?" tanya Hayden.

"Pa, jangan nanya itu. Masih bingung. Lagian masih setahun lagi, masih lama," jawab Farel.

Beberapa minggu setelah diketahuinya fakta itu, Farel, dan Fadel mengganti panggilannya kepada Hayden, dan Kirana menjadi papa, dan mama. Iya, Farel sudah kelas akhir, tetapi masih bingung mau melanjutkan ke mana.

"Nggak setahun. Beberapa bulan lagi," sanggah Hayden.

"Iya, tapi masih lama lah," jawab Farel.

"Nggak lama, Ge. Time flies so fast," celetuk Dave yang sedari tadi fokus pada gawainya.

"Diem lo," ucap Farel.

Hayden dan Kirana terkekeh mendengar jawaban putra sulungnya. "Pikirin baik-baik dari sekarang, Far," ucap Hayden yang dibalas dengan acungan jempol oleh si pemilik nama.

"Kalian juga," ucap Kirana, membuat kedua putranya yang sedang asyik bermain permainan di gawai kakaknya menoleh.

Hari semakin larut, membuat semuanya memilih kembali ke dalam kamarnya masing-masing. Ah ya, Farel dan Fadel tetap satu kamar, mereka yang memintanya. Padahal masih ada kamar kosong.

Baru saja Hayden akan menutup pintu kamarnya, bel rumahnya terdengar, membuat Hayden mau tidak mau harus kembali turun.

Membuka pintu rumahnya, Hayden cukup terkejut dengan kedatangan dua orang dewasa. "Ngapain ke sini?" tanya Hayden pelan, takutnya yang lain akan mendengarnya.

"Biarin kita masuk dulu!" seru Darrel.

Hayden mendengkus kesal. "Malem banget?" tanyanya, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.

Mereka--Darrel dan Yifei--berjalan mengikuti ke mana Hayden menuju, tentunya setelah menutup kembali pintu rumahnya. Hayden berjalan menuju ruang tamu. Dinyalakannya kembali lampu itu, lalu memersilakan tamunya duduk.

"Ajakin semuanya kumpul," pinta Yifei, membuat pria itu semakin kesal.

"Tungguin bentar!" seru Hayden sambil bangkit dari duduknya menuju kamarnya.

Sesampainya di kamarnya, Hayden langsung mengajak Kirana untuk kembali turun, lalu menuju kamar Dave. Baru saja ia mau mengetuk pintunya, ternyata pintunya tidak dikunci, membuatnya langsung saja masuk.

Menyalakan lampu kamar Dave, membuat Hayden membulatkan matanya sempurna ketika melihat keadaan Dave. Segera saja ia berlari menghampiri Dave yang sedang meremas kuat dadanya sambil meringkuk.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang