19. Hanya kesalahan

1.2K 134 10
                                    

Happy 1k readers!!! terharu aku (I won't ever delete this little memory even this book already hits 50+k now)

Gue yakin kalian bisa menghargai suatu karya. Iya betul, klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Setelah kejadian itu, hubungan Dave dengan Farel dan Fadel bisa dikatakan kurang baik. Lihatlah, biasanya mereka jika sedang libur sekolah akan menghabiskan waktu bersama, tetapi sekarang mereka hanya saling diam.

Dave jarang keluar dari kamarnya. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar untuk menyendiri. Tidak, lebih tepatnya menenangkan pikirannya, dan mencari beberapa cara agar semuanya kembali seperti sebelumnya.

Hayden dan Kirana bahkan mendiamkan Dave sekarang. Mereka masih tidak menyangka jika putra bungsunya berani melakukan hal itu. Sialnya, ini membuat Dave semakin kesal kepada Farel dan Fadel. Tidak bisa ia tolak jika rasa bencinya terus bertambah.

Dave akhirnya memutuskan jalan-jalan keluar rumahnya untuk sedikit menenangkan pikirannya. Terlalu bosan juga di rumah. Remaja itu menyambar jaket yang digantung di belakang pintu dan langsung berjalan keluar.

Dave sedikit melirik ruang keluarganya. Di sana, di ruang keluarga, tempat di mana dulu ia selalu merasakan kehangatan telah berubah menjadi ruangan yang paling ia benci. Farel, Fadel dan kedua orang tuanya sedang bercanda dan menjahili satu sama lain. Dave yang menahan emosi hanya menghela napas kasar dan mengepalkan tangannya.

Apa kehadirannya memang sudah tidak dianggap lagi? Apa mereka lebih nyaman dan bahagia bersama orang asing itu? Apa mereka masih sayang padanya? Apa dirinya memang melakukan kesalahan yang sangat fatal? Apa maksud orang tuanya melakukan ini? 

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu berputar di pikiran Dave. Ia takut, ia takut jika suatu saat nanti kehadirannya memang sudah tidak dianggap. Lantas jika itu terjadi, ke mana ia akan pulang?

"Dave, jangan overthinking," batinnya mengingatkan.

Tanpa disadari, Fadel ternyata memerhatikannya. Ketika menyadari jika Fadel memerhatikannya, segera saja ia berjalan keluar rumahnya dan menutup pintu rumahnya cukup kencang, membuat semuanya mengalihkan pandangan ke arah pintu.

Sesampainya di suatu tempat yang entah tempat apa itu, Dave memarkirkan motornya dan berjalan ke arah rerumputan pinggiran danau. Tempat ini cukup menenangkan, pikir Dave.

Dave menidurkan dirinya di rerumputan tersebut. "Gue pengen semuanya balik lagi, tapi gue gak mau kembali ke sikap gue yang dulu. Percuma, gak akan ada lagi yang percaya," gumam Dave.

Ia melamun cukup lama hingga rasa sakit itu tiba-tiba muncul, membuatnya bangun dari posisi tidurannya dan langsung menekan dada kirinya. Sekuat tenaga ia tahan, tetapi rasa sakit itu tidak hilang. Bahkan sekarang, ia merasa tenaganya hampir habis hanya untuk menahan sakitnya. Ringisan pelan terdengar dari mulut Dave, terdengar sangat menyakitkan. Sungguh, ia tidak tahan dengan sakitnya.

Sampai tepukan pelan di pundaknya membuat ia membuka matanya. Cukup terkejut dengan kedatangan Gassan yang tiba-tiba. Segera saja ia menurunkan tangannya dari dada.

"Lo kenapa?" tanya Gassan khawatir. Entah sejak kapan dan darimana.

Bukannya menjawab, Dave malah menghempaskan tangan Gassan. "Gak perlu tau. Dan jangan berani bilang apa yang lo liat ke siapa pun termasuk orang tua gue!" seru Dave dan membuat Gassan diam.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang