50. 结束

1.7K 104 33
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Farel terbangun ketika merasakan gerakan dari sampingnya. Mengerjapkan matanya berkali-kali, Farel pun langsung bangkit dan duduk. Ia tidak sengaja tertidur di kasur milik adiknya. Farel menyentuh kening sang didi, membuat Fadel mengernyit bingung.

Mengerti maksud dari Fadel, Farel pun berkata, "Badan lo tadi panas." Fadel mengangguk sebagai jawaban.

"Ge," panggil Fadel sembari memposisikan untuk duduk. Farel menoleh. "Kita ... bukan anak kandung paman sama bibi, 'kan?"

Farel diam. Ia bingung, apa yang harus diucapkannya? Jika ia mengucapkan hal yang sebenarnya, mungkin Fadel akan sulit menerimanya, tetapi jika ia mengucapkan hal yang sebaliknya akan memperkeruh situasi.

Farel menelan ludahnya, lalu menggeleng dan berkata, "Kita anak kandung mereka. Lo nggak lupa 'kan sama yang tadi?"

Mendengar jawaban sang gege, Fadel pun menunduk. "Kirain cuma mimpi, ternyata beneran," gumam Fadel.

Malas untuk meneruskan obrolan itu, Farel pun mengajak Fadel untuk berkumpul di ruang keluarga. Sayangnya, Fadel malah menolaknya.

"Di, ayo ke bawah," ajak Farel.

"Gak mau."

"Di!" Suara Farel lebih keras dari sebelumnya, membuat Fadel menoleh ke arah Farel.

"Gue gak mau, Ge, mereka egois!" sentak Fadel yang masih sulit menerima kenyataannya.

"Kalau lo kayak gini, lo juga egois, Fadel!" Oh sial, Farel sudah memanggil sang adik dengan namanya. Biasanya, jika sudah seperti ini, Farel memang sudah emosi.

"Mereka egois, gue gak suka."

"Kalau lo kayak gini, sama aja lo juga egois, Fadel!"

Fadel yang tersulut emosinya pun menatap Farel tajam. "Lo terus bilang gue egois, tanpa lo sadari, lo juga egois selama ini, Ge!" teriak Fadel. Farel menatap Fadel tidak percaya. "Selama ini gue biasa aja ke lo, tapi sebenernya gue muak sama lo, Ge, sama semua sikap lo yang banyak berubah, termasuk jadi lebih mentingin diri sendiri!" lanjutnya.

"Fuck, whatever you say," ucap Farel menuruni ranjangnya.

Fadel menatap Farel yang berjalan menjauhinya. Jujur saja, ia tidak mau dirinya kembali bertengkar dengan Farel, tetapi sekarang, ia belum bisa menerimanya, membuat emosinya tidak terkendali.

●●●

"Gimana Fadel?" tanya Kirana ketika menyadari kedatangan Farel.

Tidak berniat menjawabnya, Farel pun memilih duduk di samping Dave. Sementara Jayden mengajak Daisy, dan Axelle untuk masuk ke kamar, dia ingin memberi waktu untuk mereka.

"Farel?" panggil Hayden, membuatnya menoleh.

"Masih belum terima semuanya," jawab Farel.

Dave tersenyum miris. "Dave juga masih belum terima semuanya, tapi ... apa boleh buat? Ini udah takdir Tuhan buat kita. Lagian ini udah kejadian dan gak mungkin putar waktu," ucap Dave.

Semuanya menoleh ke arah Dave. Ya, yang diucapkan oleh Dave memang benar, mereka semua belum menerima semuanya. Apalagi Farel yang masih meragukan kebenarannya. Cukup sulit memang.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang