44. Another problem solved, wasn't it?

1.1K 99 10
                                    

Happy 4k readers (I won't ever delete this little memory)

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Sedari tadi Kirana terus menelepon ketiga putranya. Keberuntungan berpihak padanya, tak lama pun ketiga putranya datang, membawa makanan.

Dave yang pertama masuk, langsung menghampiri Axelle yang sedang duduk sembari memainkan ponselnya. Tidak memanggilnya, Dave hanya menyentil telinga Axelle, membuat sang empu langsung menoleh.

"Dave Ge!" seru Axelle bangkit dari duduknya dan langsung memeluk Dave. Dave pun balas memeluknya. Ah, ia sangat merindukan sepupunya itu.

"Gue kangen lo, astaga," ucap Axelle masih memeluk Dave.

"Tau kok, gue 'kan orangnya kangen-able," celetuk Dave membuat Axelle melepaskan pelukannya dan memukul lengan Dave pelan.

"Geez, nyesel gue ngomong itu." Dave terkekeh mendengarnya.

"Bibi Daisy di mana? Terus Paman Jay di mana?"

"Mama di halaman belakang, kalau Papa lagi keluar dulu, ada perlu katanya." Dave mengangguk sebagai jawabannya.

Farel dan Fadel masuk, membuat Dave dan Axelle menghentikan obrolan ringannya. Axelle sedikit mengernyit. Siapa mereka? Ia sama-sama agak lupa.

Agak lama, akhirnya Axelle tersenyum. "Farel, Fadel?" tanya Axelle.

Fadel membalasnya dengan senyuman, lalu berjalan menghampirinya. Ia sudah ingat siapa itu Axelle, karena tadi bertanya kepada Dave. Sementara Farel, ia memilih memalingkan wajahnya.

"Gimana kabar lo?" tanya Fadel.

"Baik, lo gimana?"

"Baik juga," jawabnya. "Untuk sekarang," batinnya melanjutkan.

"Lo gimana, Far?"

"Baik," jawab Farel singkat, "gue mau ke kamar, ya," lanjutnya langsung berjalan menuju kamarnya.

Kirana yang sedari tadi ada di sana pun tersenyum melihat interaksi mereka. Ingat dengan janjinya kepada Jayden, Kirana pun bangkit untuk meminta izin kepada Hayden. Setelah mendapat izin, Kirana pun langsung menuju danau itu.

Wanita itu terus menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan orang yang dicarinya. Jayden melambaikan tangannya. Kirana pun berjalan menghampirinya.

"Hai, Jay!" seru Kirana, "apa kabar?"

"Baik, Na. Lo gimana?" Tidak menjawab, Kirana hanya tersenyum menanggapinya.

"Udah lama nungguin?"

"Lama lah. Lo lama amat sih."

"Daripada Hayden curiga," jawab Kirana mengambil tempat duduk di sebelah Jayden.

"Iya, iya," jawab Jayden.

Cukup lama hening, lebih tepatnya ini terasa sangat awkward, akhirnya Jayden membuka suara. Dirinya memang tidak menyukai suasana canggung seperti ini.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang