37. I'm here for you

1.3K 105 12
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Fadel langsung menuju kamarnya---kamarnya dan Farel---tidak menghiraukan panggilan Farel. Ia terlanjur kesal. Lebih tepatnya ia marah kepada Farel. Kakaknya sudah berubah, ini bukan Farel-nya, Farel yang dulu ia kenal tidak pernah egois.

Fadel langsung menutup pintu kamarnya kencang, hingga terdengar suara debuman. Langsung berjalan mengambil tasnya agar ada alasan untuk keluar. Farel ternyata mengikutinya. Sang kakak langsung menarik bahunya ketika tidak didiamkan, membuat Fadel berbalik menghadap ke arahnya.

"Lo kenapa sih?" tanya Farel kesal dengan sikap Fadel.

"Harusnya gue yang nanya. Lo kenapa?"

Fadel menepis tangan Farel di bahunya, lalu berjalan. Tetapi, dengan sigap Farel menarik tangan Fadel, membuatnya kembali berbalik.

"Lo kenapa?" Tidak berniat menjawab, Fadel malah memalingkan wajahnya.

"Sekali lagi gue nanya," ucap Farel kesal. "Lo kenapa?" teriak Farel, sementara Fadel menatapnya ketakutan.

Kenapa kakaknya malah berteriak padanya? Tidakkah kakaknya peka jika ia takut dengan hal itu? Fadel memejamkan matanya dan menarik napas, menepis rasa takutnya itu. Ini bukan saatnya untuk membiarkan rasa takut menguasainya.

"Lo yang kenapa?" tanya Fadel pelan, tetapi tegas.

Bugh!

Kesal, Farel langsung memukul Fadel hingga terjatuh, lalu menghampiri Fadel dan menarik bajunya, membuat Fadel kembali bangun.

Lagi. Farel kembali memukul Fadel. Tetapi, Fadel menahannya. Ia sudah menduga jika sang Kakak akan kembali memukulnya. Fadel memelintir kedua tangan Farel, membuatnya meringis dan membelakangi Fadel.

Fadel masih memelintir tangan Farel. Farel terus meringis. Tulangnya serasa bergeser dari persendiannya.

"Berhenti ganggu Dave!" sentak Fadel sembari mendorong Farel. Berjalan keluar kamarnya dan memilih kembali menemani Dave.

"Lo bahkan lebih belain orang asing daripada kakak lo sendiri!" teriak Farel, membuat Fadel berhenti dan menatap tajam ke arahnya.

Ia tidak mau lagi mengikuti semua ucapan dan perintah bodoh dari kakaknya. Ya, ia mengingkari janji yang ia ucapkan sendiri. Tidak peduli dengan ucapan Farel, Fadel langsung membuka pintu kamarnya dan keluar.

Farel mengacak rambutnya frustasi. "Sial!"

●●●

Fadel berjalan sambil mengusap ujung bibirnya yang terasa perih. Ah, bahkan bekas pukulan Dave pun rasa perihnya belum sepenuhnya hilang meskipun darahnya sudah berhenti mengalir, dan sekarang ditambah pukulan Farel.

Sial, di tangga Fadel malah berpapasan dengan Kirana. Segera saja, ia mengusap ujung bibirnya yang masih berdarah. Tetapi sayang, Kirana sudah terlanjur melihatnya.

"Bibir kamu kenapa?" tanya Kirana khawatir sembari menyingkirkan tangan Fadel dari bibirnya.

"It's not a big problem, Bi," jawab Fadel.

Kirana menatap Fadel curiga. "Bukan ulah Dave, 'kan?" Fadel menggeleng sebagai jawaban. Tentunya, ia berbohong. Ia tidak mau membuat Dave semakin jauh dari orang tuanya, meskipun di dalam hatinya ia masih berharap perhatian Hayden dan Kirana hanya jatuh kepadanya.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang