14.

1.1K 116 2
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Setelah beberapa bulan, Farel dan Fadel sekolah di sekolah yang sama dengan Dave, semua hal yang tidak terduga akhirnya terjadi.

Seperti sekarang ini, Fadel sedang bercanda bersama semua teman dekat Dave. Sayangnya, Dave tidak diikut sertakan dalam acara itu.

Dave awalnya biasa saja, tetapi setelah ia diamkan, yang terjadi malah semakin menjadi. Berawal dari perhatian orang tuanya yang sedikit beralih kepada Farel dan Fadel, dan sekarang temannya pun sama.

"Di!" panggil Farel yang baru saja sampai dan menghentikan acara bercandanya.

"Eh, Ge, ada apa?" tanya Fadel.

"Gue nyariin," ucap Farel, memukul pelan lengan Fadel, dan langsung memilih tempat duduk di sebelah Fadel, "lo juga, Zi, kenapa ninggalin gue?"

"Gue kira lo gak bakalan ke kantin, soalnya gue ajak tadi gak nyaut mulu," jawab Zian.

"Masuk ekskul apa kalian?" tanya Gassan.

"Basket kali, ya? Nerusin," jawab Fadel, menyuapkan batagor.

"Lo pernah jadi anak basket, Fad?" tanya Zian.

"Dia pernah jadi ketua tim basket malah," jawab Farel.

"Beneran?" pekik Gassan dan Zian bersamaan.

"Emang gue keliatan bohong?" Farel bertanya balik.

Jika kalian penasaran mengapa mereka cukup akrab, itu karena Dave yang memang dekat dengan Zian dan Gassan. Sebenarnya, saat ospek dulu, Gassan dan Dave sama-sama dihukum karena lupa membawa salah satu barang tambahan, dan Zian lah yang menghukumnya.

Dave cukup kesal, karena dirinya hanya didiamkan, tidak ada yang mengajaknya mengobrol, bahkan ditanya pun tidak, semuanya hanya tertuju pada Farel dan Fadel. Dave hanya memejamkan matanya dan menghela napas kesal.

"Cukup. Cukup mama papa, jangan kalian juga," batin Dave, tanpa disadari, tangan Dave sekarang mengepal kuat menahan emosi. Dave takut. Dave takut jika suatu saat nanti, Gassan dan Zian lebih nyaman bersama Farel dan Fadel, dibandingkan dirinya.

Dave memilih bangkit, untuk meninggalkan yang lainnya dan menuju toilet tanpa pamit, membuat yang lainnya bertanya-tanya. Sungguh, sekarang ia menjadi sangat kesal kepada Farel dan Fadel.

"Eh si Dave kenapa?" tanya Zian. Sedangkan yang lainnya hanya mengedikkan bahunya, tanda tidak tau.

"Marah kali," celetuk Gassan, yang memang lebih dekat dengan Dave dibanding Zian.

"Marah kenapa?" tanya Fadel polos.

"Lo kayak gak kenal Dave, Di," ucap Farel dan memakan kacang yang memang sedari tadi sengaja disediakan. Fadel hanya menganggukkan kepalanya. Ada benarnya juga, pikir Fadel. Lama tinggal bersama Dave, membuat Farel dan Fadel mengetahui sedikit banyak sikap dan sifatnya.

"Udah ah, ayo masuk!" ajak Gassan setelah mendengar bel berbunyi.

Semuanya berjalan ke arah kelas masing-masing. Sesampainya di kelas, Fadel langsung duduk di samping Dave---padahal mereka tidak sebangku, karena Fadel memilih bangku paling belakang.

"Lo kenapa?" tanya Fadel setelah duduk di samping Dave. Dave hanya melirik sebentar dan kembali fokus menggambar.

"Eh doi, permisi dong, gue mau duduk," ucap teman sebangkunya Dave. Ya, disana mereka memang duduk bersama dengan lawan jenisnya. Fadel menoleh ke arah perempuan itu.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang