31. Yes, actually they're strangers

1.1K 109 32
                                    

Happy 2k readers (I won't ever delete this little memory)

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Malam harinya, Hayden dan Kirana masih sibuk memandangi wajah damai milik Dave yang tidak memiliki beban. Ahh, mereka terlalu sibuk dengan yang lain hingga lupa dengan anaknya sendiri. Sementara Farel dan Fadel sudah tertidur. Tentunya, dengan paksaan dari Hayden dan Kirana. Apalagi Farel, ia bahkan belum benar-benar sembuh.

Terlalu sibuk memandangi Dave hingga ketika Randy datang pun mereka tidak menyadarinya. Randy yang mengetahui mereka tidak menyadarinya berdeham. Hayden dan Kirana langsung menoleh ke arah Randy dan tersenyum.

"Saya akan memeriksa Dave dulu," izin Randy berjalan mendekati ranjang Dave setelah Hayden dan Kirana mundur.

Hayden dan Kirana hanya memerhatikan Randy yang sedang memeriksa Dave, dalam hatinya mereka merapalkan doa agar Dave baik-baik saja.

Randy berbalik dan tersenyum kepada Hayden serta Kirana, lalu berpamitan setelah memberitahu kondisi Dave. Tentunya itu bukan senyuman yang sesungguhnya, itu hanya senyuman palsunya untuk menutupi suatu fakta.

Hayden memilih duduk di dekat Farel dan Fadel yang sedang tertidur, sedangkan Kirana memilih untuk menenggelamkan wajahnya dan duduk di samping ranjang Dave.

Tak lama, terasa suatu gerakan dari Dave. Kirana langsung mendongak dan memerhatikan Dave, memastikan apakah itu benar gerakan Dave atau hanya perasaan dirinya saja.

Dave mengerjapkan matanya. Hal pertama ia lihat adalah Kirana yang sedang tersenyum ke arahnya. Dave balas tersenyum. Sayangnya, itu tidak lama. Dave meringis kala dada kirinya terasa sakit, dan membuat Kirana panik.

"Sakit, Ma," ucap Dave lirih sambil terus memukul-mukul dada kirinya.

"Dave juga anak Mama, 'kan? Dave pengen diperhatiin juga," ucap Dave.

Kirana terbangun ketika mendengar ucapan Dave. Keringat membanjiri pelipisnya. Kirana pun menoleh ke arah Dave yang sekarang sudah tersadar dan memerhatikannya. Ahh, ternyata hanya mimpi. Syukurlah.

Kirana langsung memeluk Dave erat. "Jangan gini lagi, Mama takut," ucap Kirana. Dave hanya tersenyum sebagai jawaban.

"Aku gak janji, Ma," batin Dave.

Tengah asyik berpelukan, Randy kembali datang setelah Hayden menekan tombol merah di atas ranjang Dave dan langsung memeriksa Dave.

Randy sedikit membungkuk, mendekatkan mulutnya ke telinga Dave sambil berbisik, "Apa perlu gue kasih mereka?"

Randy kembali berdiri untuk melihat reaksi Dave. Terkekeh dengan reaksi Dave yang membulatkan matanya sembari menggelengkan kepalanya. Randy hanya membalasnya dengan senyuman dan sedikit mengangguk. Remaja itu pun bernapas lega.

●●●

Randy hanya duduk diam sambil melamun. Ia melamunkan pasien nakalnya. Siapa lagi jika bukan Dave. Ia bimbang, sungguh. Apa perlu ia mengikuti ucapan Dave? Tapi, ia yakin jika Dave tidak sanggup menerimanya. Ah sial dengan perjanjian bodoh itu.

***

Dave terus membujuk Randy. Oh lebih tepatnya memohon kepada Randy agar hasil pemeriksaannya tidak diberitahukan kepada keluarganya.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang