29. What's going on? (2)

1.1K 107 19
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Remaja tampan itu bangun pagi sekali, bahkan orang tuanya pun belum bangun. Ia langsung menuju kamar mandi, ya, meskipun ketika kulitnya bersentuhan dengan air, dingin langsung menerpanya. Ia berniat untuk menuju ke rumah sakit hari ini, tidak kuat dengan kondisinya sekarang.

Takut. Sejujurnya, ia sangat takut. Bagaimana jika kondisinya memburuk? Apa yang akan terjadi? Apa ia sanggup untuk memberitahukan orang tuanya? Apa orang tuanya akan kembali memerhatikannya ... atau malah menyalahkannya?

Dave menggelengkan kepalanya dan langsung mendekati kembali shower, membasuh wajahnya. Tidak akan terjadi hal buruk. Ia terus menguatkan dirinya dengan terus mengucapkan kalimat itu dalam hatinya.

Lima belas menit, akhirnya Dave selesai mandi. Setelah memakai pakaiannya, ia langsung berjalan keluar rumahnya dengan mengendap-endap, takut jika akan ada yang terbangun dan menanyainya.

Dave langsung mengendarai motornya menuju danau itu---sengaja untuk sekadar menghirup udara segar, karena ini masih pagi. Di perjalanan, Dave tiba-tiba mengeram motornya dan mengumpati dirinya sendiri.

"Bego!"

"Bego, anjir," gumam Dave menepuk-nepuk keningnya, "percuma gue keluar rumah sepagi ini kalau ketauan dari cctv rumah."

"Bodo amat. Mereka gak bakalan tau." Dave kembali menjalankan motornya menuju danau.

Hari cukup siang ketika ia sampai di tujuan, mengingat ia mengambil jalan memutar. Di danau, ternyata ia bertemu kembali dengan wanita yang tidak sengaja ia tabrak malam itu. Dave tersenyum ke arah wanita itu---ketika wanita itu menoleh ke arahnya---dan duduk di sampingnya.

"Dave, ya?" tanya wanita itu dan diangguki oleh Dave.

"Oh ya, saya belum tau nama ibu."

"Panggil saya Fei." Dave mengangguk dan tersenyum.

"Ibu lagi ngapain di sini?" tanya Dave karena merasa canggung ketika keduanya saling diam.

"Hanya olahraga pagi. Kamu sendiri ngapain?"

"Cari udara segar," jawabnya, "sumpek di rumah mulu mana didiemin lagi," batin Dave melanjutkan.

Keduanya larut dalam keheningan yang menyelimuti. Tempat ini memang sangat menenangkan baginya. Sepertinya, tempat ini akan menjadi pelariannya ketika lelah dengan keadaan di rumahnya.

Dave melihat jam tangannya. Ah, ternyata sudah siang. Pantas saja banyak yang berlalu-lalang. Ia pun bangkit, lalu pamit, "Saya permisi, Bu, ada keperluan lain."

"Hati-hati."

Sesampainya di rumah sakit, Dave langsung bertanya kepada salah satu resepsionis---menanyakan apakah Randy ada atau tidak. Ia pun berjalan menuju ruangan Randy setelah mendapat informasi tentangnya.

Dave mengetuk pintu ruangan Randy dan terdengar sahutan dari dalam yang menyuruhnya masuk. Remaja pemegang juara panahan itu berjalan ke arah kursi dan duduk di sana. Randy masih sibuk dengan berkasnya dan tidak menyadari jika Dave sudah duduk manis.

Randy mendongak, cukup terkejut dengan kedatangan Dave. "Eh, Dave?" Dave hanya bergumam sebagai jawaban.

"Ada perlu apa?" tanya Randy.

Family or EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang