Bagian 22 : reviation

1K 71 0
                                    

Perlahan-lahan, pria itu membuka matanya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, hal pertama yang ia dapat adalah ruangan hampa, gelap, dan kosong.

Ia berusaha berdiri, namun tubuhnya seakan kaku dan lemas. Seakan saraf-saraf nya sudah putus dan mati.

Ia meringis, begitu merasakan lehernya beserta tulang punggungnya nyeri. Suara ringisan itu keluar dari mulutnya, namun suaranya serak. Tenggorokannya bahkan seperti ada yang menyangkut didalam.

Taehyung berusaha berdiri, dan ingin meminta tolong. Namun apa boleh buat, tidak ada siapa-siapa yang akan menolongnya.

Suara langkah kaki terdengar mendekat kearahnya, Taehyung menegadah. Mendapati pria berambut merah maron menatapnya sambil tersenyum miring.

"Sudah sadar rupanya? " pria itu menaikkan satu alisnya. Namun tanpa aba-aba menendang wajah Taehyung membuat pria itu jatuh ke samping.

Kepalanya pusing, dan lagi-lagi darah segar keluar dari hidung mancung milik Taehyung.

"Aku kira kau sudah mati, " Mark berjongkok di hadapan Taehyung yang terkulai tak berdaya saat ini. Matanya seakan-akan mengisyaratkan permintaan tolong disana.

"Sebentar lagi, tuan Lee hanya membutuhkan mu sejenak lepas dari itu, kau mati." Mark berdiri dan menginjak tangan kanan Taehyung. Membuat pria itu berteriak kesakitan dengan seluruh tenaga yang ia punya.

"Jangan merintih, ini belum seberapa! " lalu setelah itu Mark benar-benar pergi meninggalkan Taehyung. Bahkan air mata lolos dari sudut mata pria malang itu, Taehyung menangis.

Jungkook berjalan, memasuki markas itu. Dengan seluruh tenaga yang ia punya.

Ia memasuki lorong-lorong gelap, menuju kepada ruangan kosong dan mirip seperti penjara itu.

Ia berhenti, matanya menangkap sosok wanita tua yang sudah tak berdaya duduk di kursi dengan tangan yang terikat ke belakang. Mata Jungkook memanas, ia bahkan tak bisa membayangkan jika Eunbi yang melihat ini.

Ia menarik napasnya dalam-dalam, lalu melangkah memasuki ruangan itu. Syukurnya, ruangan itu tidak di jaga siapa-siapa. Tidak ada Vernon maupun anak buah tuan Lee yang lain disana.

Jungkook mendekat kearah ibu Eunbi, setelah tiba di depannya. Di elusnya kepala wanita paruh baya itu, Jungkook bahkan sudah menganggap ibu Eunbi sebagai ibunya sendiri.

"Ahjumma.. " suara Jungkook memelan. Ingin sekali dia menangis, namun sepertinya ketakutan lebih menyelimutinya.

Ibu Eunbi perlahan-lahan mengangkat wajahnya, matanya sembab, wajahnya begitu malang dengan seluruh tenaga yang ia punya ibu Eunbi menjawab, "Kenapa? Kenapa kau tega.. "

Air mata wanita itu lolos, Jungkook semakin tak tega. "Maafkan aku, ahjumma.. "

Ibu Eunbi hanya dapat menangis, menangis dan menangis. Mau diapakan lagi, ia bahkan tidak tahu bagaimana rapuhnya hati Eunbi mencari dirinya di luar sana.

"Ini semua bukan kemauanku... " suara Jungkook semakin menusuk hati, ia kecewa, marah, kesal pada dirinya sendiri.

Jika membayangkan betapa tidak punya hatinya dia mempertaruhkan nyawa seorang wanita paruh baya demi lima belas juta won, Jungkook jahat. Ia benci dirinya sendiri.

"Eunbi, dia baik-baik saja, ahjumma. " Jungkook menatap wanita itu sambil tersenyum tipis.

"Apa kau bersamanya, nak? " suara parau wanita tua itu keluar. Jungkook mengangguk lemah.

"Kami... kami sudah menikah." sontak saja perkataan Jungkook membuat ibu Eunbi menatapnya dengan terkejut.

"Me-menikah? " suara wanita itu bergetar.

PSHYC - JJKМесто, где живут истории. Откройте их для себя