Tiga Puluh Tiga❤

4.2K 214 11
                                    


Pada suatu ruangan yang pengap dan gelap seorang lelaki tua sedang duduk di balik meja yang penuh dengan tumpukan berkas-berkas yang sudah berdebu. Entah sudah berapa lama benda itu ada di sana. Lelaki tua itu sedang memijat kepalanya yang pening, memikirkan cucunya yang makin lama makin tidak bisa di kendalikannya.

"Aku sedikit menyesal sudah mengirim Anne ke sarang Singa itu. Bukannya mengendalikan si Singa malah dia yang di kendalikan" Shinpey bersungut-sungut memikirkan cucunya yang begitu bodohnya mau-mau saja menuruti perkataan Leo.

Shinpey kembali memeriksa alamat mansion Leo yang baru di kirimkan Anne. Sekali lagi, Shinpey geleng-geleng kepala. Bagaimana mungkin Anne, cucu kesayangannya tidak menolak saat Leo membawanya pergi ke tengah hutan? Atau jangan-jangan Leo sudah mencuci pikiran cucunya? Pikiran-pikiran tak masuk akal berseliweran di kepala Shinpey.

"Sepertinya, sudah saatnya aku mengeluarkan senjata terakhir yang akan benar-benar membuat Leo hancur selamanya. Sepertinya cucuku sudah cukup membuatnya tertarik"

***

Enam bulan kemudian

Di sebuah taman, di tengah-tengah kota New York sedang ramai kerena ada festival seni. Banyak parade seni yang berlalu-lalang di depan para pengunjung yang rata-rata adalah wisatawan mancanegara.

Leo dan Anne sedang tertawa saat melihat satu, dua adegan lucu parade seni. Anne yang melihat Leo bisa tertawa seperti ini menjadi sangat senang, karena jangankan tertawa, tersenyum saja sangat sulit di lakukan oleh Leo.

Ah, tapi tidak juga. Bahkan Leo pernah tertawa terbahak-bahak saat dia berhasil mengeluarkan isi perut korban-korbannya. Bahkan Leo pernah tertawa sampai air matanya keluar saat dia bisa memajang kepala wanita tercantik yang berkerja untuknya.

Tetapi tetap saja tawa Leo kali ini lebih tulus dan membuat siapa pun yang melihatnya ikut tersenyum bukan malah bergidik ngeri. Anne tersenyum sekali lagi melihat kebahagian yang terpancar jelas di wajah Leo.

"Hm, aku tidak pernah pantas untuk mu Anne, jadi kau bisa pergi sekarang. Tinggalkan aku di sini. Aren dan Kavin akan mengantarkan mu pulang" kata Leo yang tangannya masih berlumuran darah. Lelaki itu baru saja kepergok sedang asyik memutilasi seorang pria yang tubuh dan wajahnya sudah hancur. Bahkan bola mata dan otaknya sudah berserakan di lantai.

Anne langsung berhamburan memeluk Leo, "tidak, jangan berbicara seperti itu lagi. Aku mencintaimu apa adanya. Aku tau kau bisa berhenti melakukan ini semua" kata Anne menenangkan Leo.

Leo mendongak, menatap wajah Anne yang tersenyum tulus. Bercak-bercak darah masih terasa basah di pipinya. Anne, gadis itu bahkan tidak terlihat takut padanya. Leo sangat bersyukur masih ada orang yang mau dan bisa melihatnya dengan pandangan seperti ini. Pandangan biasa. Bukan pandangan takut dan ngeri. Bahkan terkadang Aren atau Kavin pun memandangnya ngeri.

"Jadi, mari kita bersihkan dirimu" tangan Leo di tarik berdiri oleh gadis yang saat ini dicintainya.

"Kau tidak takut kepada ku setelah melihat ini semua?" Tanya Leo sambil menatap Anne.

"Sedikit. Tapi, aku lebih takut jika kau terus-menerus tenggelam dalam hobby buruk mu"

"Terimakasih sudah mau menerima ku apa adanya. Aku berjanji tidak akan membunuh demi kesenangan ku lagi. Tapi jika aku melakukannya, kau da..."

PSIKOPAT Love ME (Complete ✓✓) Sudah TerbitМесто, где живут истории. Откройте их для себя