12

3.2K 269 4
                                    

Martin terbangun dari tidurnya. Jam menunjukkan pukul 7.00 pagi dan sejujurnya ia masih sangat mengantuk. Namun, pukul setengah sembilan ia sudah harus berada di back office. Ia melihat Regina masih terlelap. Bulu matanya cantik dan hidungnya mancung. Rambutnya yang kecokelatan tergerai dan semakin bersinar karena cahaya matahari. Pipinya yang bulat membuat Martin gemas. Baru kali ini ia dan seorang wanita berada di satu kasur meskipun jarak mereka cukup jauh. Entah setan apa yang mendorong Martin berbuat seperti ini. Ia hanya bisa tersenyum memandangi Regina.

Tiba-tiba Martin melihat Regina bergerak dan membuka mata, Martin yang salah tingkah memilih untuk pura-pura tidur. Saat membuka mata, di hadapan Regina terlihat Martin yang masih tertidur pulas (nggak tau aja dia udah bangun duluan). Seketika senyuman Regina mengembang, lebih ngembang dari pillow cheese cake yang lagi hits. Ya Tuhan, ganteng amat. Tidur aja ganteng. Mimpi apa gue bisa ngeliat pemandangan kayak begini, batin Regina. Ia ingin memandangi wajah ini seharian, bahkan kalau bisa selamanya. Nggak usah makan, nggak usah mandi.

Namun secara tiba-tiba Martin (pura-pura) terbangun, Regina pun salah tingkah dan (ikut pura-pura) terbangun. "Jam berapa, nih?" tanya Regina dengan mata terpicing karena matahari yang menyempil dari balik jendela. Martin meraba-raba sebuah meja kecil di sebelah kirinya kemudian mengambil handphone. "Baru jam 7" kata Martin. Regina pun mengambil handphone nya yang ia letakkan di bawah bantal. Regina langsung beranjak dari kasur dan mengambil sebuah botol air mineral dari meja. Sudah menjadi kebiasaannya untuk minum air putih setelah bangun tidur. Kemudian ia melakukan peregangan. Semua itu disaksikan oleh Martin yang sedang senyum-senyum sendiri melihat tingkah aktif Regina. Bahkan ia pun rasanya tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur, cewek itu masih sempat-sempatnya melakukan peregangan. Ditambah dengan kaos putih oversized dan... tanpa celana. Karena kaos tersebut lebih terlihat seperti daster di tubuh mungilnya.

"Nggak mandi?" tanya Regina setelah selesai melakukan peregangan. Kali ini ia sibuk mencari peralatan mandi di dalam kopernya. Martin tersadar dari lamunannya dan berusaha kembali ke pikiran normalnya. Tidak pada apa yang tiga menit lalu ia pikirkan dibalik kaos oversized Regina. Martin segera beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi kemudian menutup pintunya tanpa berkata apapun. Regina yang merasa diabaikan menggumam, "hello.. ada orang disini??". Regina menghela napas dan kembali ke kasur. Ia meraih handphone nya kemudian mencari tempat wisata rekomendasi dari internet. Ck! Percuma saja jika ia sendirian. Ia tidak mungkin menyuruh Martin untuk bolos ketika kantor Martin ada di lantai bawah. Ya, Martin sedang ada project di hotel ini.

Martin keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan masih menggunakan kaos dari semalam. Kemudian ia membuka lemari dan mengeluarkan sebuah kemeja biru. Kemeja yang mungkin adalah favoritnya karena Regina terlalu sering melihat Martin mengenakan kemeja tersebut. "Lo ngga apa-apa sendirian?" tanya Martin. "Santai. Gue bisa ketemuan sama temen gue nanti. Oh iya, nanti pulang jam berapa?" tanya Regina. "Seharusnya jam lima sore sih udah bisa balik. Tapi biasanya lebih. Kita perginya nanti malem aja, ya? Mau beli bakpia kan?" tanya Martin. Regina mengangguk. Adegan barusan terdengar seperti sepasang suami istri yang baru menikah. "Sarapan, yuk?" ajak Martin. "Gue belom mandi" jawab Regina. "Cuci muka, gosok gigi aja" kata Martin. Dengan sigap Regina masuk ke dalam kamar mandi.

Ia melihat wajah bangun tidurnya di kaca. Walaupun sudah tidak lagi original karena ia telah mencuci wajahnya. Hmm.. not bad. Batinnya. Regina menguncir rambutnya tinggi keatas kemudian mengelap wajahnya dengan tissue. Menambahkan sedikit pewarna bibir tipis-tipis supaya terlihat natural. Regina keluar dari kamar mandi kemudian bersiap keluar kamar. "Yuk!" kata Regina. "Gin..." panggil Martin. "Iya?" tanya Regina sambil berdiri dan memegangi gagang pintu. "Nggak pake baju itu" kata Martin. "Tapi ini panjang" jawab Regina. Martin menggeleng. Regina berusaha membujuk. Jawabannya tetap tidak. Kemudian Martin menggelengkan kepala ketika Regina kembali masuk ke kamar mandi. Tak berapa lama gadis itu keluar sudah dengan celana legging hitam dan crop tee abu-abu bergambar logo NASA. "Much better. Yuk!" kata Martin sambil tersenyum dan menggiring Regina keluar kamar.

Regina tidak berhenti menggoyangkan kakinya ketika mereka menunggu lift menuju resto yang ada di lantai 2. Ia terlihat gusar. Bagaimana jika ia bertemu dengan fans-fans Martin di hotel ini? Berani taruhan semua mata pegawai resto akan tertuju padanya. Martin yang sudah rapi dengan kemeja serta laptop di tangannya, sementara Regina tampil natural dan terlihat belum mandi. Walaupun memang ia belum mandi. Tapi Martin terlihat sangat tenang. Sesekali ia menggoyangkan rambutnya yang sudah agak panjang. "Potong rambut kek!" ujar Regina. "Ngga ada waktunya. Kemaren banyak kerjaaan" jawab Martin. "Hari ini nggak, kan? Potong, ya? Gue temenin" kata Regina. Martin tersenyum, "iyaaa Ibu Negara".

Setibanya di restoran, apa yang menjadi prediksi Regina 100000% terjadi. "Selamat pagi, Mas Martin" sapa seorang greeter cewek yang mungkin seusia dengannya. Cewek itu terlihat sumringah sebelum Martin mengeluarkan kalimat jahanam dari bibirnya. "Dua orang, ya" kata Martin. Kemudian Regina muncul dibelakang Martin. Seketika senyum cewek itu menghilang. Berganti dengan raut wajah bingung sekaligus cemburu. "Istri saya" kata Martin. Dengan sigap Regina menginjak kaki 'suaminya'. Martin menahan rasa sakit dengan tersenyum tipis dan menggeret Regina ke salah satu meja. "Ngawur banget, sih!" kata Regina. "Terus gue harus bilang apa? Ini pacar saya? Atau ini temen saya? Dengan penampilan lo yang baru bangun tidur. Orang-orang bakal ngeliat lo buruk. Kalo istri kan sah" kata Martin. "Ya tapi kan kita nggak sah" kata Regina. Belum, kata Martin dalam hati.

Karena ngga ada fotonya dia pake kemeja biru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karena ngga ada fotonya dia pake kemeja biru. Tapi ini kemeja dan biru. Walaupun batik ✌🏻

"Itu siapa?" bisik seorang cowok yang kelihatannya seperti juru masak. "Istrinya katanya, sih" jawab cewek greeter tadi. "Kok cemberut aja kamu? Patah hati yaaaaa?" goda si juru masak sambil mencubit pipi cewek greeter itu. "Nggak! Biasa aja!" jawab cewek itu dengan kesal. "Biasa tapi galak. Mau kepo aaah samperin kesana. Cakep juga bini nya" kata si juru masak. "Kayak gitu cantik? Sampeyan gilo ta?" kata cewek itu sinis. "Cantiknya natural. Pasti anak orang kaya. Liat aja kulitnya mulus banget. Itu nyamuk pasti kepleset kalo mendarat disana" kata cowok itu sambil berjalan menuju meja Martin.

"Selamat pagi, Mas Martin" sapa Karyo, si juru masak. "Ehh, mas. Pagi juga" sapa Martin balik sambil tersenyum. "Gimana sarapannya enak?" tanya Karyo pada Martin dan Regina. "Enak kok mas. Kayak biasanya hehehe.." jawab Martin. "Ini siapa, mas? Kok nggak dikenalin?" tanya Karyo. "Istri saya, mas Karyo. Regina, ini mas Karyo chef disini" kata Martin. Semua aja, Tin. Semuaaa lo umumin. Nggak sekalian pake pengeras suara??? batin Regina. Regina tersenyum sambil menyambut uluran tangan mas Karyo. Seketika ada ide yang muncul di kepalanya. "Enak makanannya. Saya suka. Kebetulan lagi hamil muda jadi biasanya mual kalo makan. Tapi ini nggak, hehehe.. ya kan sayang?" kata Regina pada Martin. Martin menegang. Sejak kapan ia menabung di rahim Regina? Martin hanya bisa tertawa kecil. "Waaah udah berapa bulan, mbak? Turut seneng. Anaknya kalo laki pasti guanteng kayak bapaknya. Kalo cewek cantik persis mamanya. Saya ambilin bubur kacang hijau ya. Bagus buat ibu hamil" kata Karyo yang bergegas menuju dapur. "Udah gila?!" tanya Martin meringis. "Kalo mau boong jangan setengah-setengah" kata Regina tersenyum puas penuh kemenangan.

Cewek tadi menahan Karyo untuk masuk ke dapur. "Tadi ngomong apa aja?" tanya cewek itu. "Udah, Ras. Kalo kamu masih naksir dan berharap mending berhenti aja. Itu istrinya lagi hamil muda. Udah, ah, aku mau bikinin bubur kacang hijau buat Bu Regina" kata Karyo. Jadi namanya, Regina. Hah? Bentar.. bentar.. hamil?!?! Jadi itu beneran istrinya? batin Laras dalam hati. JADI... MARTIN BENERAN UDAH NIKAH? Seluruh tubuh Laras lemas. Cowok idamannya yang sudah lama tak ia lihat, tiba-tiba datang dan telah menikah. Pantas saja Martin terlihat bersikap dingin kepada karyawan wanita. Regina adalah penyebabnya.

ReveuseWhere stories live. Discover now