7

3.5K 230 6
                                    

Sepanjang perjalanannya pulang Regina merasa kecewa, sedih, gelisah, tidak rela dan masih banyak perasaan buruk lainnya. Pikirannya melayang-layang dan mendadak mood nya hancur berantakkan. Bagaimana mungkin Martin bisa 'kencan' dengan Vero. Masa iya dia belum tau kalau Vero akan menikah? Dan Vero juga, dimana akal sehatnya? Perempuan yang akan menikah malah 'kencan' dengan lelaki lain.

Oke, soal perselingkuhan Vero dan Martin memang bukan urusannya. Toh, Martin juga bukan siapa-siapa. Tapi, ada rasa tidak rela jika Martin menerima Vero dibandingkan dirinya. Walaupun sejujurnya Regina tidak percaya diri apakah ia lebih baik dari Vero. Seketika Regina mengambil ponselnya kemudian mengetik sesuatu disana.

Regina
Lagi dimana lo?

Rangga
Kantor. Bentar lagi balik

Regina
Suntuk nih gw! Mau curhattt 😭😭

Rangga
Tempat biasa, ya. Ini aku siap-siap.

Sungguh tidak ada lagi yang bisa diandalkan selain Rangga. Tempat berkeluh kesah sekaligus tong sampahnya terhadap semua masalah. Apalagi Rangga seorang cowok, pasti bisa menganalisa lebih tepat dari segi laki-laki ketimbang Regina harus bercerita dengan teman perempuannya.

"Kenapa lagi sih kamu, beb?" tanya Rangga dengan manja. Meskipun ia sedang bersama dengan Regina, namun mata jelalatan dan radar love wins nya tetap mengudara, melihat koko macho yang ada di meja seberang. "Elo nih! Mau dengerin gue curhat atau cari mangsa, sih?" tanya Regina kesal. "Ya sekaligus dong, beb. Sambil menyelam minum vodka hihihi.." jawab Rangga terkekeh. "Gue tadi mau ngajak dia makan mie ayam. Udah gue pikirin kalimatnya biar nggak terkesan murah meriah banget sambil ngaca-ngaca eh dia malah ngopi sama si Vero di depan kantor" kata Regina dengan gaya ceplas-ceplos gas terus rem blong-nya. "Bukannya si Vero mau nikah? Kan kamu yang cerita waktu itu" kata Rangga. "Ya makanya itu! Gatel banget sih tu cewek! Udah mau nikah juga. Nggak kasian apa sama yang jomblo?! Dasar pelakor serakah! Itu juga cowoknya, bego banget dia mau aja sama tunangan orang! Ish!!! Kesel, Ga!" omel Regina.

Rangga melambaikan tangannya dengan gemulai sambil mengelus dada. "Yang pertama, Vero bukan pelakor. Martin kan masih milik bersama, beb! Yang kedua, bisa jadi Martin nggak tau kalo Vero mau nikah. Jaman sekarang tuh, ya, kalo bisa dua kenapa musti satu" kata Rangga.

Kemungkinan yang kedua bisa saja terjadi. Mungkin saja karena saking pintarnya Vero, Martin tidak tau bahwa Vero akan menikah. Sebelum Song Joong Ki-nya itu terbawa masalah, ada baiknya Regina sedikit membantu. Kemudian terlintas rencana di otaknya. Dan ia akan melancarkan serangan di hari Senin. Masa bodoh apa yang akan terjadi di hari Senin, it's saturday night! Waktunya bersenang-senang. Regina mengangkat tangannya memanggil waiter, "Mbak, open bottle Tequilla!!!".

****

Setelah semalam Regina mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan hari patah hatinya, pagi ini kepalanya seperti ditimpa batu kali. "Ughh.. sakit banget kepala" ujarnya saat bangun tidur. Regina melihat jam di handphone nya yang sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Hari Minggu yang sempurna. Bangun siang dan tidak perlu berpikir tentang pekerjaan. Namun tetap saja Song Joong Ki KW itu selalu betah berkeliaran bahkan ketika Regina membuka mata di pagi hari.

Kira-kira dia lagi apa, ya? Pasti di hotel bosen banget. Dia kemana ya kalo minggu gini? Masa iya dia kencan lagi sama nenek lampir? Pengen ngajak jalan tapi gue cuma daki di lengannya Vero. Haduuuuuh!!!

Berkali-kali Regina menimang handphone-nya. Haruskah ia berbasa-basi bertanya soal kerjaan? Tapi ini hari Minggu. Atau haruskah ia test kontak? Udah kayak jaman pakai BBM. Sungguh, jatuh cinta pada Martin membuat dirinya mati gaya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Walaupun ia tau mendapatkan Martin adalah hal yang tidak mungkin. Namun Regina memutuskan ingin tetap dekat dengan Martin sebagai teman.

ReveuseWo Geschichten leben. Entdecke jetzt